Sepulang sekolah Yuki dan Stefan tidak banyak bicara. Sejak insiden tadi siang Yuki berubah jadi pendiam. Insiden tadi membuat ia kehilangan rasa malunya. Stefan sibuk dengan ponselnya. Ia kini tengah menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya pada Ali dan Kevin. Sedangkan Yuki, ia sibuk dengan Hero, kucing kesayangannya. Yuki mengelus-elus kepala dan leher Hero.
"Meong... Meooongg..." Hero ber-meong ria sambil menempelkan kepalanya ke tangan Yuki. Sekilas mata Yuki memandang ke arah tempat makan Hero yang kosong. Ia lupa makanan Hero siang tadi sudah habis.
"Fan, gue keluar sebentar ya. Mau beli makanan untuk Hero." ujar Yuki seraya berjalan ke arah pintu.
"Ngga bisa besok aja. Udah malam gini," ujar Stefan tanpa menoleh Yuki. Ia sibuk dengan ponsel di tangannya.
"Hero bisa kelaparan. Lagian lo 'kan ngga mau bagi makanan lo sama Hero," ujar Yuki. Stefan melihat Yuki sekilas. Benar, Stefan tidak pernah mau membagi makanannya untuk Hero.
"Hero, Mami pergi dulu ya..." ujar Yuki sembari melambaikan tangannya pada Hero. Stefan menatap Yuki hingga gadis itu menghilang dibalik pintu.
"Gila!!" desisnya sambil tersenyum geli.
Hampir satu jam lebih Yuki keluar rumah. Stefan melirik jam yang ada di dinding, pukul 10 lewat 15 menit. Tapi sampai sekarang ia belum pulang. Stefan bolak-balik memandang pintu. Ia mondar-mandir tidak jelas.
"Meooonggg...." Stefan memandang Hero. Ia pun berjalan ke arah Hero dan mengelus lembut kepala Hero.
"Hero, Mami kok belum pulang ya. Papi jadi khawatir," gumam Stefan.
Teeeettt... Terdengar suara bel ditekan. Stefan mengernyitkan dahinya. Siapa yang bertamu malam-malam begini? Stefan berjalan ke arah pintu lalu membukanya. Seorang gadis berdiri didepan pintu. Ia berdiri membelakangi Stefan. Tubuh gadis itu terlihat lunglai. Persis seperti orang mabuk.
"Maaf, cari siapa ya?" tanya Stefan. Gadis itu berbalik dan tersenyum.
"Haloooowww, cowok ganteng..." ucap gadis itu sambil memegang pipi Stefan. Stefan bergidik ngeri. Ia mendorong pelan tubuh gadis itu.
"Maaf, Mbak. Mbak, ini siapa?" tanya Stefan kesal.
"Aku kekasih hatimu, hahaha..." ujar gadis itu seraya berjalan masuk kedalam.
Stefan terkejut melihat gadis itu yang masuk kerumah seenaknya saja. Ia pun mengejar gadis itu yang berjalan ke arah kamar Yuki. Gadis itu membuka pintu kamar Yuki, kemudian masuk kedalam.
"Hei!!" teriak Stefan sambil berjalan cepat menuju kamar Yuki. Stefan tercekat melihat gadis itu sudah merebahkan tubuhnya ke ranjang Yuki.
"Dasar cewek gila!!!" umpat Stefan kesal. Ia pun berusaha membangunkan gadis itu.
Gadis itu meronta-ronta, menolak turun dari ranjang Yuki. Stefan mulai merasa kesal melihat tingkah gadis itu yang seenaknya. Padahal ia tidak mengenal gadis itu. Stefan sudah kehabisan akal, ia pun menarik paksa kedua kaki gadis itu untuk turun.
"Wooiiii!! Lo udah gila ya?!?" pekik gadis itu kesal.
Gadis itu pun memukul Stefan dengan tas tangannya. Stefan berusaha menghindar dari pukulan itu, hingga tak menyadari posisinya yang tidak tepat. Gadis itu memukul Stefan bertubi-tubi. Stefan menunduk untuk melindungi kepalanya. Namun sial baginya, ia tidak dapat mengindar saat gadis itu memukul kepalanya yang kemudian menyentuh pinggiran tempat tidur. Tak ayal lagi, Stefan pun langsung pingsan. Namun posisinya tidaklah tepat, ia pingsan dipelukan gadis itu. Karena gadis itu mabuk, ia pun turut pingsan. Keduanya kini pingsan dalam posisi seperti orang sedang berpelukan erat.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Thing Called Love
Ficção AdolescenteSesuatu yang kecil akan bermakna lebih indah saat hati kita dapat memahaminya...