Bab 11 - Rahasia Terbongkar!!!

2.1K 184 2
                                    

Pagi-pagi sekali Kimberly sudah bangun. Ia membuat roti bakar untuk sarapan. Karena dua orang yang baru pindah sekamar sampai sekarang belum juga bangun. Kimberly melirik jam yang ada di dinding. Pukul 6.30 tepat. Lalu ia pun memandang pintu kamar Yuki. Tidak ada tanda-tanda kalau keduanya sudah bangun. Tapi sedetik kemudian...

"Awaaaasss... Gue duluuu..." pekik Yuki.

"Ngga!! Gue dulu," pekik Stefan tidak mau kalah. Keduanya malah berdesakan untuk keluar lebih dulu dari kamar. Kimberly yang melihat itu hanya menggeleng kepala.

"Kan gue dulu yang bangun," ujar Stefan.

"Enak aja. Jelas-jelas gue yang..."

"Hei, kalian. Sweet banget sih. Udah jadi kebiasaan ya, pagi-pagi hobinya berantem mulu," ujar Kimberly memotong ucapan Yuki. Kontan saja Yuki dan Stefan mendelik kesal. Kimberly terkekeh geli.

"Dasar cewek gila!!" desis Stefan tajam. Ia pun berjalan ke arah pintu.

"Kim, gue berangkat dulu ya..." ujar Yuki sembari mencium kedua pipi Kimberly. Lalu hendak berbalik. Namun Kimberly menahannya.

"Eh, gue udah capek-capek bikin sarapan untuk kalian berdua," ujar Kimberly. Yuki pun mencomot roti bakar dan memasukkannya ke dalam mulut. Lalu membawa sebuah roti di tangannya.

"Faaaan... Gue nebeng dooongg..." teriak Yuki.

Bruuumm... Bruumm... Stefan memanaskan motornya sebentar. Sedetik kemudian Yuki sudah bertengger di belakang Stefan. Setelah itu, Stefan pun men-starter motornya kemudian berlalu pergi. Yuki menyodorkan roti bakar pada Stefan. Kontan lelaki itu agak kaget melihat roti bakar di depan matanya. Yuki mengatakan kalau roti itu buatan Kimberly untuk sarapan mereka. Stefan menolak dengan tegas roti itu. Yuki sebenarnya tahu alasan kenapa Stefan tidak mau, karena Stefan tidak suka sarapan selain dengan nasi. Yuki merengut di belakang.

"Tapi Kim udah capek-capek bikinin sarapan buat kita," ujar Yuki pelan. Stefan mendesah pelan.

"Ya udah, mana rotinya?" ujar Stefan. Yuki pun tersenyum senang.

"Biar gue suapin ya," ujarnya seraya menyodorkan rotinya pada Stefan. Lelaki itu membuka mulutnya dan mengunyah rotinya.

Beberapa menit kemudian mereka telah sampai ke sekolah. Kali ini Stefan tidak menurunkan Yuki di tikungan lagi. Keduanya berhenti di parkiran. Disana sudah ada Ali dan Kevin yang menunggu. Mereka menunggu penjelasan lebih lengkap atas kejadian kemarin. Tak lama kemudian, motor Adi pun tiba. Ia menatap Stefan tajam. Lalu memandang Yuki sekilas sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan parkiran.

"Adiii..." teriak Yuki sambil mengejar Adi. Ia pergi begitu saja tanpa memedulikan Stefan.

"Fan, lo harus jelasin semuanya ke kita. Lo sama Yuki, kalian berdua ngga..." Ali menggantung kalimatnya.

"Vin, yang jadi saingan lo itu bukan gue, tapi si jangkung itu." ujar Stefan dingin seraya berlalu pergi.

"Kok..." Ali jadi bingung. Kevin menatap kepergian Stefan. Kemudian ia terkekeh geli.

"Kok lo malah ketawa sih, Vin." kesal Ali. Kevin memandang Ali sekilas, lalu kembali memandang Stefan.

"Lo ngga liat, Stefan kalo bersikap kayak tadi itu artinya apa?" tanya Kevin. Ali tampak berpikir, mengingat sikap Stefan yang barusan.

"Hah, ngga mungkin. Stefan... cem...bu...ru?" ujar Ali ragu. Kevin mengangguk pelan.

"Iya. Udah lama kan kita ngga liat tuh anak cemburu. Tapi dia cemburu sama siapa? Si jangkung? Siapa si jangkung?" ujar Kevin bingung. Ali mengangkat bahu pelan, ia tidak tahu.

* * *

Kimberly berjalan sambil menenteng map merah yang berisi surat-surat pindah sekolahnya. Hari ini ia memutuskan untuk masuk ke SMA Pelita. Sekolah dimana ada Yuki dan Stefan. Oleh sebab itu, sekarang matanya celingak-celinguk mencari sosok Yuki. Ia ingin memberitahu kabar ini pada Yuki. Langkah Kimberly terhenti saat melihat Stefan sedang duduk di depan kelas bersama dua temannya. Ia pun tersenyum lalu berjalan mendekati Stefan.

"Hai, adik ipa...." Kimberly menghentikan ucapannya. Mata Stefan kontan melotot. Hampir saja Kimberly keceplosan memanggil Stefan dengan sebutan adik ipar.

Kimberly tersenyum lebar untuk menutupi kesalahannya yang nyaris itu. Kemudian ia ber-say hello pada Ali dan Kevin. Stefan yang bingung dengan kedatangan Kimberly langsung menanyakan maksud kedatangannya ke SMA Pelita. Dengan penuh semangat dan suka cita, Kimberly memberitahukan kalau mulai besok ia akan bersekolah di SMA Pelita.

"Apa?!? Lo pindah ke sekolah ini?" tanya Stefan kaget. Kimberly mengangguk cepat.

"Makanya gue mau ngasih tahu soal ini sama Yuki. Lo tahu ngga Yuki ada dimana?" tanya Kimberly sambil celingukan mencari sosok Yuki. Stefan menggaruk pelan kepalanya yang tidak gatal.

"Gue ngga tahu." jawab Stefan pendek.

Kimberly manyun mendengar jawaban Stefan. Namun tiba-tiba mata Kimberly membulat senang. Pasalnya, ia melihat Yuki dan dua orang temannya sedang berjalan. Tanpa berpamitan lagi, ia langsung meninggalkan Stefan, Ali, dan Kevin.

"Baby..." teriak Kimberly sambil melambai ke arah Yuki.

Yuki celingukan mencari sumber suara. Tak lama senyumnya mengembang saat melihat Kimberly berlari ke arahnya. Yuki benar-benar terkejut dengan kehadiran Kimberly di sekolahnya. Kimberly mengatakan pada Yuki kalau ia pindah di SMA Pelita. Yuki sangat senang mendengar keputusan sepupunya itu.

"Kalo gitu, selamat ya, Kim..." ujar Yuki senang. Kimberly mengangguk.

"Oh ya, gue lupa. Lo masih ingat ngga sama dia," ujar Yuki seraya menunjuk Adi yang ada di sebelahnya. Kimberly tersenyum.

"Ya masih lah, lo Adi 'kan? Makin ceking aja lo," ujar Kimberly sambil tertawa geli.

"Sialan lo. Rese banget nih cewek, masa gue dibilang ceking. Orang ganteng gini, hehe..." ujar Adi sambil tertawa geli.

"Oh ya, Kim. Kenalin, ini temen kita, Nina..." ujar Yuki memperkenalkan Nina.

"Nina..." ucap Nina seraya mengulurkan tangan.

"Kimberly..." ucap Kimberly seraya menerima uluran tangan Nina.

"Oh ya, gimana kalo kita makan diluar. Gue traktir. Itung-itung perayaan gue ada disekolah ini," ujar Kimberly senang. Semuanya mengangguk senang.

"Gue boleh ajak seseorang kan," ujar Adi. Yuki menyipitkan matanya. Adi terkekeh kecil.

"Boleh dong. Kalo gitu ntar lo nyusul kita ya, biar nanti gue kasih tahu tempatnya." ujar Kimberly. Adi mengangguk, kemudian ia berlalu pergi.

A Little Thing Called LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang