Bab 22 - I Chose Him

1.8K 158 1
                                    

Stefan memperhatikan lekat wajah Yuki yang tertidur pulas. Ia pun tersenyum kecil saat mengingat bagaimana pertama kali ia melihat Yuki. Anak pindahan dari Amerika yang selalu buat masalah. Melihat itu, ia pun jadi berpikir bagaimana menjahili anak yang suka membuat masalah itu. Pertengkaran kecil berujung menjadi perkelahian mulut. Saling berteriak. Dan berakhir di ruang BK serta hukuman yang harus mereka terima. 

Yuki menggeliat dalam tidurnya. Tenggorokannya terasa kering. Ia pun membuka matanya perlahan. Dilihatnya Stefan yang sedang duduk di sampingnya sambil berpangku pada tangan kanannya. Stefan tersenyum kecil.

"Udah bangun?" tanya Stefan pelan.

"Hmm... gue haus," ucap Yuki lirih.

Stefan pun meraih segelas air putih yang ada di nakas. Lalu memberikannya pada Yuki. Sebelumnya ia membantu Yuki untuk duduk. Yuki meneguk minumannya perlahan. Setelah selesai, ia pun mengedarkan pandangannya. Sepi. Yuki memandang Stefan bingung.

"Mama sama Papa baru aja pulang. Kimberly ada tugas, jadi dia pulang lebih awal." ujar Stefan seolah mengerti raut wajah bingung Yuki.

"Kenapa lo ngga pulang?"

"Gue mau nemenin lo di sini," Stefan tersenyum tipis. Yuki memandang Stefan lekat.

"Ariel, apa dia baik-baik aja?" tanya Yuki pelan dan hati-hati. Stefan mengangkat bahunya pelan.

"Lo ngga ngejar dia? Nanti dia salah paham lagi," Stefan menarik napas pelan.

"Gue ngga bisa nyakitin dia, tapi gue juga ngga bisa ngeliat lo terluka karena gue. Kalo lo ada di posisi gue, apa yang akan lo lakuin?" tanya Stefan pelan. Nada suaranya terdengar sangat putus asa.

"Pertanyaan lo salah. Harusnya lo tanya seperti ini ke gue, apa gue rela ngeliat lo pergi dengan cewek lain?" Stefan tercekat.

"Lo pernah tanya itu ke gue?" Stefan menggeleng pelan.

"Sebagai sahabat, gue akan bilang, lo harus ngelakuin itu. Tapi sebagai istri, gue akan bilang, gue ngga rela suami gue pergi dengan cewek lain."

Suara pelan Yuki terdengar sangat tegas dan tajam. Stefan terdiam. Menatap Yuki tak percaya. Istri? Kenapa ia baru menyadari status itu. Antara mantan dan istri? Antara orang yang disayang dan orang yang tersakiti. Stefan baru menyadari posisi dimana seharusnya ia berada. Stefan tersenyum tipis. Perlahan ia mengusap lembut wajah Yuki.

"Gue suami yang buruk ya," ucapnya pelan.

"Baru nyadar lo," ujar Yuki.

Keduanya pun tertawa geli. Wajah pucat Yuki tidak menghilangkan senyum manisnya. Entah kenapa jantung Stefan jadi berdebar kencang saat melihat senyum Yuki. Ia pun tidak tahu perasaan apa yang ia rasakan saat ini. Tapi yang jelas, ia merasa tenang saat ia tahu Yuki baik-baik saja.

* * *

Dalam beberapa hari Yuki sudah bisa pulang. Setelah benar-benar pulih, ia pun kembali ke sekolah. Dengan ditemani Stefan yang selalu berada di sampingnya, Yuki menjadi sorotan teman-temannya di sekolah. Jadi berita tentang mereka berdua pacaran benar adanya. Stefan mengantarkan Yuki sampai ke depan kelasnya. Di sana sudah ada Adi dan Nina yang menunggu.

"Gue ke kelas dulu ya," pamit Stefan. Yuki mengangguk dan tersenyum.

"Cieee... so sweet banget sih yang dianterin sampe kelas," goda Nina. Yuki hanya tersenyum malu.

"Hai, jahat banget sih nggak jengukin gue," gerutu Yuki pada Adi.

"Males," ujar Adi pendek sambil memeluk Yuki erat. Yuki hanya tersenyum sambil membalas pelukan Adi.

Stefan berjalan menuju kelasnya, namun langkahnya terhenti saat melihat Ariel berdiri di hadapannya. Menatapnya lekat.

"Fan, aku..." Ariel menggantung kalimatnya.

"Aku pilih Yuki, Riel." ucap Stefan pelan namun tegas.

Ariel tercekat. Ia menatap Stefan nanar. Tidak percaya. Ini seperti mimpi, namun rasa sakitnya terasa sangat nyata. Ariel menelan pelan ludahnya susah payah. Stefan masih berdiri di posisinya. Ia tahu hal ini akan menyakiti Ariel. Tapi ia yakin ini adalah keputusan yang terbaik. Kehilangan Yuki untuk sementara sudah membuatnya seperti orang gila. Bagaimana kalau ia kehilangan Yuki selamanya.

"Aku ingin hubungan kita berakhir. Tapi bukan berarti kamu ngga penting buat aku, kamu adalah orang yang akan selalu aku sayangi, sebagai sahabat. Aku rasa itu lebih baik," ujar Stefan.

Ariel menatap Stefan lekat. Matanya berair. Tubuhnya bergetar. Ternyata hubungannya benar-benar sudah berakhir. Perlahan Ariel melangkah mendekati Stefan. Menggenggam erat tangan Stefan. Menatapnya semakin dalam.

"Sekali lagi, Fan. Please... aku akan tetap nungguin kamu," lirih Ariel. Stefan menggeleng pelan dan tersenyum.

"Aku takut kehilangan dia, Riel. Aku takut kehilangan Yuki. Aku..."

"Stop. Jangan terusin lagi," isak Ariel.

Dari kejauhan, Yuki berdiri di depan kelasnya. Memandangi apa yang terjadi di sana. Meskipun ia tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi ia dapat melihat Ariel menangis. Ia juga melihat Stefan menggenggam erat tangan Ariel. Lalu dengan perlahan menarik tubuh Ariel ke dalam pelukannya. Yuki tercekat. Seperti ada yang menusuk hatinya saat melihat itu semua. Entah apa itu, ia pun tidak tahu.

A Little Thing Called LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang