Yuki dan lainnya sedang berada di rumahnya bersama Stefan. Mereka menunggu Max datang. Karena Max akan membawa kabar berita dari Stefan. Yuki sudah tidak sabar. Hampir setengah jam mereka menunggu. Tapi, Max belum juga datang. Namun, tak berapa lama kemudian, Max datang bersama Gio. Sebelumnya Gio minta maaf karena tadi tidak memberitahu lebih dulu kalau ia tidak bisa mengantarkan Yuki. Dengan setengah kesal, Yuki menerima permintaan maaf itu.
"Gimana...gimana...apa kabar Stefan?" tanya Kimberly ingin tahu. Max duduk di sebelah Yuki. Ia memandang Yuki lekat, namun sedetik kemudian Max tersenyum.
"Stefan baik-baik aja. Cuma dia sedikit lebih sibuk, makanya dia ngga bisa ngangkat telepon ataupun bales pesan dari lo." cerita Max. Kedua mata Yuki membulat besar.
"Sedetik pun ngga bisa?" ucap Yuki keras. Max mengangguk cepat.
"Huh," Yuki menghela napas pelan.
"Dia juga kirim pesan buat lo. Katanya jangan deket-deket sama cowok lain. Dan lo juga harus jaga kesehatan." ujar Max yang membuat Yuki tersenyum senang.
Gio memperhatikan wajah Yuki dengan lekat. Mungkin tidak ada yang tahu apa yang ada dibalik senyum itu. Namun, ia tahu seperti apa wajah yang sebenarnya. Yuki berusaha menyembunyikan kekecewaannya dengan senyuman itu. Gio memandang Max. Max menunjukkan senyum tipisnya. Namun, sorot matanya memancarkan rasa bersalah. Huhh... Gio beranjak dari duduknya, ia mengajak Max untuk pulang. Sebenarnya bukan hanya untuk pulang, tapi ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ali dan Kevin pun berpamitan.
"Max, tolong kasih tahu Papa sama Mama, kalau gue nginep di sini." ujar Yuki.
"Oh, ya udah, kalian hati-hati ya." ucap Max.
"Honey, gue juga nginep sini. Lo pulang aja duluan," ujar Nina.
"Oh, kalo gitu gue pulang dulu ya, honey. Miss you..." ucap Ali sambil melambaikan tangannya.
"Gue balik dulu," pamit Kevin.
"Hati-hati ya," ucap Kimberly.
Ketiga gadis itu mengantarkan keempat cowok itu hingga mobil mereka menghilang di balik tikungan. Yuki, Kimberly, dan Nina memilih duduk di ruang tengah sambil menikmati cemilan. Yuki mencomot roti, lalu cepat-cepat meneguk jus jeruknya. Kimberly dan Nina yang melihatnya jadi sedikit bingung.
"Coba tebak, gue tadi ketemu siapa?" tanya Yuki sambil tersenyum. Kimberly dan Nina saling berpandangan, lalu keduanya menggeleng serempak.
"Gue ketemu sama Al." ucap Yuki kemudian.
"Apa?" pekik Nina kaget.
"Ngga hanya itu, gue juga dianterin pulang sama dia."
"What?!?" pekik Nina lagi, kali ini ia sampai berdiri saking kagetnya. Ia menatap Yuki lekat-lekat.
"Kok bisa?" tanya Nina tidak percaya. Yuki pun menceritakan bagaimana pertemuannya dengan Al. Lalu, berlanjut saling bercerita. Dan berakhir di nomor telepon yang tidak diberikan oleh Yuki.
"Al siapa sih?" tanya Kimberly bingung.
"Al itu senior kita di kampus. Masa lo ngga denger sih, senior cewek pada ngomongin dia, karena sikapnya yang selalu cool. Makanya gue kaget waktu ngedenger Yuki dianterin pulang sama dia," jelas Nina. Kimberly tampak berpikir. Sepertinya ia pernah mendengar nama itu. Tapi, dimana?
"Al?" gumam Kimberly.
"Alky Morth Avery, itu nama lengkapnya Al." ujar Nina. Kedua mata Kimberly membulat besar. Apa tidak salah yang ia dengar ini? Alky Morth Avery? Kimberly menutup mulutnya yang menganga. Yuki dan Nina yang melihat itu hanya mengedikkan bahu bingung.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Thing Called Love
Novela JuvenilSesuatu yang kecil akan bermakna lebih indah saat hati kita dapat memahaminya...