Bab 50 - Big Problem!!!

1.6K 96 1
                                    

"Ki," panggil Stefan pelan.

"Mungkin udah waktunya untuk kita membicarakan tentang perjanjian nikahitu sekarang. Dan gue mau perjanjian itu berakhir, Fan." ucap Yuki dingin.

"Apa?" Stefan tercekat.

Di balik pintu, Al yang hendak masuk mengantarkan makanan untuk Yukimenghentikan langkahnya. Perjanjian nikah? Apa yang sebenarnya terjadi diantaramereka berdua? Kenapa begitu banyak rahasia? Al memundurkan langkahnyaperlahan. Ia mengurungkan niatnya dan memutuskan untuk menunggu pasangan itumenyelesaikan masalahnya.

"Ngga. Gue ngga mau," tolak Stefan. Yuki berbalik dan menatap Stefantajam.

"Kenapa ngga? Bukannya dari awal lo bikin perjanjian nikah itu supaya kitabisa pisah. Dan gue rasa sekarang inilah waktunya," Stefan menggeleng.

"Perjanjian nikah itu batal. Gue sebagai pihak pertama menolak untukmengakhiri pernikahan kita dan menghapus perjanjian nikah itu," ucapStefan tegas. Yuki tersenyum sumbang.

"Pernikahan yang mana?" tanya Yuki datar.

"Yuki!!!" ucap Stefan dengan nada tinggi.

"Elo ngga pernah nganggap pernikahan kita itu ada, Fan. Lo ngga inget udahberapa kali lo nyakitin gue dengan prasangka lo itu, hah? Dan lo ngga pernahanggap gue ada saat Ariel muncul dihadapan lo. Lo buat gue nunggu, Fan."

"Gue berusaha untuk ngertiin lo, tapi lo ngga pernah ngelakuin itu. Loselalu nganggap hanya diri lo, cuma elo yang tersakiti. Tapi, apa pernah longeliat gue sakit, heh?" Yuki menggigit bibir bawahnya menahan tangis yangsebentar lagi akan pecah.

"Lo ngga tahu 'kan gimana sakitnya gue waktu ngeliat lo ciuman sama cewekitu? Lo ngga tahu, Fan. Karena lo ngga pernah anggap gue ada dalam hiduplo." Yuki terisak.

"Saat lo minta gue untuk percaya sama lo, gue lakuin. Gue percaya sama lo.Tapi, lo sedikit pun ngga pernah percaya sama gue. Bahkan saat si kecil itutumbuh dalam diri gue, elo pun ngga percaya sama gue." Yuki menangishisteris.

"Gara-gara lo. Gara-gara ketidakpercayaan lo itu gue kehilangan sebagiandari hidup gue. Lo udah bunuh anak gue, Fan. Lo jahat!!! Lo jahat banget,Fan!!!" Stefan perlahan mendekat dan memeluk Yuki. Namun, Yuki merontakdan berusaha melepaskan dirinya.

"Lepasin gue!!!" teriak Yuki.

Di luar, Kimberly beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah pintu kamar rawatYuki. Ia hendak membuka pintu itu, ia sudah memegang handle-nya. Namun, tanganAl cepat memegang pergelangan tangan Kimberly. Kimberly menatap Al tajam.

"Jangan," ucap Al sambil menggeleng pelan.

"Gue ngga akan biarin dia nyakitin Yuki lagi," desis Kimberly tajam.

"Mereka butuh waktu untuk menyelesaikan semuanya," jelas Almenenangkan.

"Al bener, Kim. Biarin mereka nyelesein masalahnya. Kita sebaiknya nunggudisini," ucap Kevin sambil mengajak Kimberly untuk duduk.

Di dalam kamar, Yuki terus meronta untuk melepaskan dirinya dari pelukanStefan. Tapi, pelukan Stefan begitu erat. Ia berusaha untuk menenangkan Yuki.Yuki terus meronta sambil menangis. Saat ini ia sangat membenci Stefan.Akhirnya ia dapat kesempatan saat Stefan lengah. Ia langsung mendorong tubuhStefan hingga Stefan terhuyung ke belakang.

"Jangan pernah sentuh gue!!!" desis Yuki tajam.

Stefan menatap Yuki lekat. Saat ini yang ia lihat hanya kebencian yangterpancar jelas dimata Yuki. Ia tahu dirinyalah penyebabnya. Ia yang membuatYuki menjadi seperti ini. Karena kebodohannya ia kehilangan anaknya. Dan iatidak ingin kehilangan istrinya. Perlahan Stefan mendekat.

"Selangkah lagi lo maju, gue akan cabut ini." ancam Yuki sambilmemegang ujung selang infusnya.

"Jangan! Jangan lakuin itu, Ki." ucap Stefan memohon.

Suasana hening. Yang terdengar hanya sisa isakan kecil dari Yuki. Yukimenyembunyikan wajahnya dikedua lututnya yang ia tekuk. Tubuh Stefan bergetar.Betapa ia ingin merengkuh Yuki kedalam pelukannya. Tapi, ia tidak bisamelakukan itu karena ancaman yang Yuki berikan tadi. Stefan bingung. Ia tidaktahu harus melakukan apa untuk meminta maaf pada Yuki. Ia bertekuk lututdihadapan Yuki sambil menundukkan kepalanya. Ia menangis. Menyesaliperbuatannya. Yuki perlahan mengangkat kepalanya saat mendengar isakan kecildari Stefan.

"Gue tahu gue salah. Gue bodoh karena percaya sama kertas itu. Gue egoiskarena ngga pernah dengerin kemauan lo. Gue juga jahat karena udah bikin anakkita pergi. Tapi..." Stefan mengangkat kepalanya.

"Gue sayang banget sama lo, Ki. Dan gue ngga mau kita cerai. Gue nggapernah ngelakuin itu. Ngga akan pernah. Gue ngga akan ngelepasin lo. Gue mauselalu ada disamping lo." Stefan menatap Yuki sambil menangis.

"Maafin gue, Ki. Please, maafin gue." Stefan memohon pada Yuki. Yukimenatap Stefan datar.

"Sayangnya maaf lo ngga akan bisa ngembaliin anak kita, Fan." ucapYuki dingin.

Stefan terhenyak. Benar. Beribu kata maaf pun tidak akan pernah bisamengembalikan anak mereka. Yuki menatap Stefan sambil menahan tangisnya. Iameraih tas di atas nakas. Lalu mengeluarkan sepasang sepatu kecil berwarna birumuda. Ia meletakkan sepatu itu di atas ranjang.

"Tadi gue denger detak jantungnya. Waktu gue sapa dia seolah merespondengan degupan jantung yang begitu cepat. Perkiraan dokter, dia laki-laki. Sikecil, seperti yang lo bilang, Si kecil Stefan. Pas gue liat sepatu ini, guengga sabar pengen ngeliat dia. Tapi, sekarang semuanya cuma ilusi gue. Lo udahngancurin semuanya, Fan."

Yuki menangis sesunggukan. Begitu pun Stefan. Kini pasangan suami-istri ituhanya menangis. Stefan sangat menyesali kebodohannya. Apa yang sudah ialakukan? Ia sudah menghancurkan rumah tangganya sendiri. Wajar saja kalau iatidak mendapat maaf dari Yuki. Tapi, ia tidak ingin kehilangan Yuki. Ia tidakingin kehilangan orang yang sangat ia cintai.
* * *
Gio berjalan cepat menuju kelas anak Fakultas Ekonomi. Ia ingin menemui Adi.Karena kemarin ia melihat dengan jelas orang yang berada di rooftop itu Adi. Iamelihat Adi yang ketakutan dan cemas di rooftop sana. Karena itu ia inginmencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apakah yang terjadi pada Yuki kemarinada hubungannya dengan Adi? Atau jangan-jangan ada pihak lain yang bekerja samadengan Adi.

Braakk... Gio membuka pintu kelas dengan keras. Semua orang yang berada diruangan itu menatap ke arah Gio. Gio mengedarkan pandangannya ke seluruh sisiruangan. Matanya tepat bertemu dengan mata Adi yang tengah menatapnya. Giotersenyum miring. Ia pun berjalan pelan ke arah Adi.

"Gue pengen ngomong sama lo," ucap Gio. Adi memandangnya bingung.

"Lo mau ngomong apaan sama gue? Ngomong aja di sini," ucap Adi malas.Gio terkekeh kecil.

"Kenapa lo ngga nolongin Yuki kemarin? Padahal lo ada di rooftop melihatsemuanya. Atau jangan-jangan penyebab kejadian kemarin itu...elo!" ucapGio.

Adi tercekat. Ia mengepalkan kedua tangannya kuat. Ia tidak boleh terpancing.Ia harus tenang. Ia melirik ke arah belakang Gio. Di sana ada Natasha yangmengintip dari balik pintu. Ia memberi isyarat agar dirinya lekas keluar. Adiberanjak dari duduknya dan berlalu begitu saja tanpa mempedulikan Gio.

"Hei!!!" bentak Gio. Ia menarik lengan Adi. Lalu menghantam lelakiitu dengan pukulan kerasnya. Terjadi perkelahian diantara mereka. Tidak adasatu pun yang berani memisahkan mereka. Gio terlihat begitu kalap hingga tidakmembiarkan sedikit pun Adi kesempatan untuk melawannya. Sampai akhirnya Aldatang memisahkan mereka.

"Gio, hentikan!!!" ucap Al sambil menarik lengan Gio kuat.

"Lepasin gue!!! Gue harus ngehajar dia sampe babak belur, kalo perlu matisekalian." ucap Gio tajam.

"Jangan bodoh!!! Ayo, pergi." Al menyeret Gio keluar meskipun Giomenolak untuk ikut, tapi Al menyeretnya dengan paksa.

"Lo ngga pa-pa 'kan, Di?" tanya Natasha yang bergegas masuk ke dalamsaat Al dan Gio keluar. Adi mengerang kesakitan. Tubuhnya terasa remuk.

"Brengsek!!!" desis Adi tajam. Natasha membantu Adi untuk berdiri. Iapun membawa Adi ke ruang perawatan di kampus.
* * *
"Kamu pikir dengan memukul orang itu sampai mati akan mengembalikansemuanya?" tanya Al. Gio melirik Al kesal.

"Ya ngga lah, tapi paling ngga dia bisa ngerasain apa yang Yuki alami."

"Memangnya kamu yakin dia yang menyebabkan Yuki seperti itu, bukan karenahal lain?" tanya Al lagi. Gio terdiam. Ia merasa kesal karena pertanyaanAl barusan benar. Ia bahkan belum memastikan kalau Adi yang menyebabkan Yukiseperti itu.

"Sebenernya gue tahu kejadian kemarin pasti ada hubungannya dengan Stefan.Tapi, gue ngga bisa ngehajar dia karena Yuki pasti akan terluka." ucap Giopelan.

"Kita punya batasan untuk mencampuri kehidupan mereka. Jangan terlalu jauhterlibat yang akan membuat kamu kesulitan nantinya," ujar Al. Gio terkekehgeli.

"Bukannya lo sendiri yang udah terlibat jauh masuk kedalam hatiYuki?" ujar Gio sambil tersenyum mengejek.

Al tertawa kecil sambil menggeleng pelan. Ia tidak bisa memungkiri ucapan Giobenar adanya. Ia memang sudah terlibat jauh hingga ia sulit untuk melepaskandiri dari Yuki. Memutuskan untuk selalu berada disisi Yuki sepertinya keputusanpaling menyakitkan yang pernah ia ambil. Tapi, ia sedikit pun tidak menyesalatas keputusannya itu.
* * *
Stefan melirik Yuki yang terbaring tenang di ranjang. Di hadapannya, keduaorangtuanya sedang menunggu keputusan Stefan. Indra meminta Stefan untukmengakhiri penderitaan yang Stefan berikan pada anak sahabatnya itu. Tapi,Regina memohon pada Stefan untuk mempertahankan semuanya. Dan sekarang Stefanakan memberikan keputusannya. Ia menarik napas pelan.

"Aku ngga mau cerai dari Yuki. Aku ngga mau pisah sama dia," ucapStefan tegas. Regina tersenyum lega.

"Tapi, kamu terus menyakiti Yuki, Fan. Dan kamu mengingkari janji kamupada Arian," ujar Indra.

"Aku tahu, Pa, aku salah. Untuk itu aku mau memperbaiki semuanya. Aku akanmemulainya dari awal," jelas Stefan.

"Apa yang akan kamu lakukan, sayang?" tanya Regina. Stefan menatapkedua orangtuanya bergantian.

"Aku akan membawa Yuki pergi," ujar Stefan tegas. Indra dan Reginasaling berpandangan.

"Kemana?" tanya Indra.

"Ke tempat dimana aku dan Yuki bisa memulai rumah tangga lagi dari awal.Pa, Ma, aku mohon dukungan kalian." ucap Stefan memohon. Regina mengangguksetuju. Stefan memandang Indra lekat, kemudian lelaki itu mengangguk pelan.

"Jangan sia-siakan kesempatan ini, Fan." ujar Indra pelan.

"Iya, Pa." Stefan mengangguk pelan. Ia memandang Yuki lekat.

'Gue akan menebus semuanya, Ki. Gue akanperbaiki semuanya. Gue akan ngebahagiain lo seperti yang udah gue janjikan. Gueakan tepati janji itu, Ki.'
* * *

A Little Thing Called LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang