Bab 29 - That's Really Him!!!

1.8K 145 1
                                    

Stefan berdiri di depan ruang administrasi tanpa berniat untuk ikut mengantri seperti yang lainnya. Ia hanya berdiri mematung. Max yang melihat adiknya hanya diam langsung mendekati Stefan. Ditepuknya pelan bahu Stefan. Stefan menoleh dan mendapati Max tengah tersenyum dengan lesung di pipinya. Stefan menarik napasnya pelan.

"Lo tahu seberapa deket mereka?" tanya Stefan pelan.

"Gue ngga tahu seberapa deket mereka. Atau mereka punya hubungan lebih. Tapi yang gue tahu gue, Gio udah hampir keliling dunia hanya untuk nyari Yuki. Dia bilang, gadis itu adalah hidupnya." jelas Max. Stefan mendesah pelan.

"Dia bilang akan ngerebut Yuki dari lo. Dia akan ngelakuin apa aja untuk ngedapetin Yuki. Fan, Gio itu orang yang sedikit, ah bukan, maksud gue dia orang yang benar-benar nekat. Jadi, kalo lo ngga mau Yuki lepas dari lo, lo harus jaga istri lo itu baik-baik." ujar Max. Mata Stefan menyipit.

"Kenapa lo ngomong kayak gitu? Emang apa peduli gue Gio mau ngerebut Yuki atau ngga. Gue cuma pengen tahu aja seberapa deket hubungan mereka." ketus Stefan. Max terkekeh pelan.

"Masih mau ngeles. Lo itu cemburu sama Gio," tandas Max.

"Apa? Gue cemburu?" Stefan tertawa geli hingga semua orang memandang ke arahnya.

"Ngga mungkin." Stefan tersenyum geli.

"Yakin? Kalo gitu, lo lepasin aja Yuki sekarang. Biar lo aman. Toh lo ngga peduli kan sama Yuki." ujar Max.

"Apa? Lepasin Yuki?" ulang Stefan.

"Ceraikan Yuki. Dan lo bebas."

"Cerai?" Stefan tercekat.

Cerai??? Ini kali kedua orang yang mengatakan cerai pada Stefan. Pertama kali kata itu ia dengar dari Ariel. Sekarang kakaknya sendiri yang mengatakan itu. Stefan menarik napas panjang. Ia menatap Max lekat. Seketika ia teringat dengan Yuki yang mengatakan kalau ia akan tetap memilih dirinya. Meskipun saat itu mereka sedang bermusuhan.

"Tolong lo urus administrasinya. Gue mau ke toilet," ucap Stefan seraya pergi meninggalkan Max. Max tertawa geli.

"Dasar! Adik gue itu punya gengsi kok gede amat ya, ckckck..." ucap Max bicara sendiri.

Max pun berjalan ke arah antrian loket. Ia tahu kemana perginya Stefan sekarang. Pasti ia kembali ke kamar rawat Yuki. Benar saja, Stefan masuk ke kamar sambil pergelangan tangannya. Lalu ia memandang Yuki dan Gio bergantian.

"Sekarang udah dua jam lebih, dokter bilang lo boleh pulang." ucap Stefan.

Tak lama kemudian perawat datang untuk melepas infus di tangan Yuki. Walaupun terlihat sedikit pucat, namun Yuki masih sedikit kuat. Perawat memberikan kursi roda. Dengan cepat Gio meraih kursi roda itu dan mengarahkannya pada Yuki. Stefan yang melihat itu jelas saja terkejut. Ia meraih tangan Yuki. Yuki sedikit terkejut dengan sikap Stefan. Ia memandang Stefan lekat.

"Ngga perlu, suster. Terima kasih. Saya tidak membutuhkan kursi rodanya. Karena saya yang akan membawa istri saya sendiri." ujar Stefan penuh penekanan pada kata istri.

"Hah, lo mau ngapain?" tanya Yuki terperangah kaget.

Stefan tersenyum. Ia pun mendekati Yuki, lalu menggendong Yuki. Kedua tangan Yuki refleks merangkul leher Stefan. Matanya mengerjap berulang kali. Berusaha meyakinkan kalau ini hanyalah mimpi. Stefan tersenyum kecil. Ia pun melangkah keluar yang diikuti pandangan iri oleh kaum hawa yang melihat mereka. Yuki tidak melepaskan pandangannya dari Stefan. Pandangan Stefan lurus ke depan memperhatikan jalan. Di belakang, Gio terkekeh sinis.

"Norak," ucapnya sambil menggeleng pelan.

"Jangan ngeliatin gue terus, ntar lo naksir lagi." ucap Stefan. Kontan Yuki menunduk. Menyembunyikan semburat merah di pipinya.

"Lo ngapain sih, gue 'kan bisa jalan sendiri." ujar Yuki pelan.

"Gue pengen aja." ucap Stefan. Yuki menaikkan sebelah alisnya. Bingung. Dari kejauhan, Max tersenyum sambil menggeleng pelan. Gio mendekatinya dan menepuk pelan bahu Max.

"Stefan itu ngga mudah melepaskan sesuatu. Kalo udah ada di pegangannya, bakalan sulit kita rebut. Karena dia mempertahankannya mati-matian." ujar Max.

"Oh ya. Ehmm... ini pasti akan sangat menarik." gumam Gio diikuti dengan seringaian evil-nya.

Yuki dan Stefan sudah menunggu di dalam mobil. Tak lama kemudian Max dan Gio tiba. Mereka pun langsung melesat pulang. Di tempat lain, Kimberly benar-benar khawatir. Ia pun mencoba menghubungi Stefan lagi. Dan, klik... Akhirnya ponsel Stefan di angkat. Kimberly langsung melontarkan beberapa pertanyaan.

"Adik ipar, lo bikin kita semua khawatir, tahu ngga. Terus gimana sama keadaan my baby. Dia udah baikan 'kan?"

"Iya, Yuki cuma kena alergi. Ini kita juga udah mau pulang. Oh iya, Kim, anak-anak masih ada di sana 'kan?"

"Hemm... Mereka belum..."

"Hai, Kimmy..." teriak Gio menyela pembicaraan antara Stefan dan Kimberly.

Klik. Refleks Kimberly memutuskan komunikasinya. Ia tercekat. Matanya tidak berkedip memandang kosong ke depan. Kevin dan lainnya yang melihat itu jadi turut khawatir. Apakah terjadi sesuatu dengan Yuki? Kevin memanggil Kimberly berulang kali. Namun gadis itu tidak bergeming.

"KIM..." teriak Ali sambil mengguncang tubuh Kimberly. Barulah ia tersadar.

"Oh My God! Gimana nih? Gue ngga salah denger 'kan? Kenapa psycho saraf Gio ada di sana?" pekik Kimberly.

Semua memandang Kimberly bingung. Kevin memegang bahu Kimberly. Menariknya untuk menghadap ke arahnya. Kimberly menatap Kevin lama. Ia pun berusaha untuk tenang. Setelah di rasa tenang, Kevin perlahan melepaskan pegangannya.

"Ada apa? Lo kenapa? Yuki baik-baik aja 'kan?" tanya Kevin pelan. Kimberly mengangguk.

"Yuki ngga hamil. Dia cuma kena alergi. Tadi dia sempat dibawa ke rumah sakit. Dan sekarang udah pulang. Tapi..."

Wajah Kimberly berubah jadi ketakutan. Semua yang menjadi lega karena Yuki baik-baik saja mendadak jadi ikut berubah cemas. Itu semua karena Kimberly yang terlihat sangat cemas.

"Tapi kenapa?" tanya Adi penasaran.

"Psycho saraf Gio... Dia ada di sana..." ucap Kimberly pelan.

"Psycho saraf Gio itu siapa?" tanya Nasya.

"Psikopat. Orang yang ngejer-ngejer Yuki. Orang yang ngga pernah ngebiarin cowok lain ngedeketin Yuki."

"Jadi Gio itu cowok yang suka sama Yuki?" ujar Nina. Kimberly mengangguk cepat.

"Tapi bukan hanya itu. Gio itu seperti the killer. Setiap cowok yang berusaha ngedeketin Yuki, semuanya jadi korban. Babak belur. Masuk rumah sakit. Cacat. Cowok terakhir yang ngedeketin Yuki adalah yang paling mengenaskan. Soalnya Gio bikin tuh cowok ngga bisa jalan seumur hidup." cerita Kimberly.

"Ih, nyeremin banget sih tuh cowok," Nasya bergidik ngeri.

"Iya. Dan yang jadi masalahnya sekarang, kalo Gio tahu Stefan adalah suami Yuki. Bisa-bisa Stefan... mati." ucap Kimberly pelan.

"Hah!?!" pekik semuanya.

Mereka tidak menyangka Gio akan senekat itu. Tapi dari cerita yang disampaikan Kimberly. Cowok yang bernama Gio itu benar-benar menakutkan.

"Kalo gitu kita harus ngelindungin mereka. Stefan dan Yuki," ucap Ali. Semua memandang ke arah Ali.

"Kita susul mereka." ucap Ali tegas.

"Gue setuju. Kita susul mereka." ucap Kimberly. Semuanya mengangguk setuju. Mereka akan menyusul Stefan dan Yuki untuk melindungi keduanya dari si psycho saraf Gio.

A Little Thing Called LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang