Bab 38 - You Don't Know

1.3K 113 1
                                    

Stefan dan Yuki berlari menuju ke penginapan. Mereka tercengang saat melihat beberapa bus sudah terparkir di depan penginapan. Sepertinya mereka hampir terlambat. Napas keduanya terengah-engah saat tiba di penginapan. Semuanya sudah berkumpul. Mereka bersiap akan pulang.

"Dari mana saja kalian, hah?" tanya alumni senior dengan garang. Yuki dan Stefan mengatur napasnya yang ngos-ngosan.

"Maaf, Kak, kami tadi habis joging," ucap Stefan. Yuki memandang Stefan sekilas.

"Iya, kak, pemandangan di sini bagus. Jadi, kami lupa waktu." jelas Yuki. Alumni itu menyipitkan matanya. Menatap Yuki dan Stefan bergantian.

"Kalian berdua pacaran?" tanyanya kemudian.

"Iya, kak." jawab Yuki dan Stefan serempak.

"Ohh, begitu. Shawn, doi udah punya pacar," ucap alumni itu pada salah satu temannya.

Shawn, lelaki yang diajak bicara alumni itu hanya tersenyum malu. Yuki pun tersenyum kecil. Stefan menatap alumni itu tajam. Lalu ia mengamit lengan Yuki. Shawn tampak terkejut melihat tindakan Stefan. Ia pun hanya tersenyum kecut. Hahaha... Tawa kemenangan bergema dibenak Stefan.

"Cepat berkemas, kita harus pulang sekarang." ucap Shawn.

"Baik, kak." ucap Yuki. Tanpa bicara lagi, Stefan langsung mengajak Yuki pergi untuk berkemas.

Beberapa menit kemudian, Yuki sudah selesai berkemas. Ia melewati kamar Stefan. Sudah kosong. Sepertinya ia sudah keluar duluan. Yuki berjalan cepat keluar kamar. Di depan pintu, Kimberly dan Nina sudah menunggu.

"Baby, semalam lo kemana sih?" tanya Kimberly. "Ceritanya panjang. Intinya..." Yuki merangkul Kimberly dan Nina.

"Gue nginep di hotel." bisik Yuki.

"Apa?!?" pekik Kimberly dan Nina serempak. Yuki menutup telinganya karena pekikan dari dua gadis itu.

"Kok bisa?" tanya Nina.

"Jadi, semalem itu gue..." Yuki menggantung kalimatnya. Kedua matanya menyipit tajam ke arah Stefan. Di sana, ada Nasya yang sedang berbicara pada Stefan.

"Ngapain sih tuh cewek masih ngedeketin Stefan," ketus Yuki.

"Siapa, Ki?" tanya Kimberly ingin tahu.

Yuki berlalu begitu saja tanpa menjawab pertanyaan dari Kimberly. Ia berjalan lurus menuju tempat Stefan. Matanya menatap Nasya tajam. Yuki berdiri tegak sambil menyilangkan kedua tangannya di dada. Sebelah alisnya naik ke atas. Lalu ia mendelik Stefan tajam. Stefan sedikit terkejut menyadari kehadiran Yuki. Gawat!!! Stefan bisa melihat kemarahan dimata Yuki.

"Ki, ini ngga seperti yang..."

"Apa tamparan semalam belum cukup buat lo?" tanya Yuki tajam. Nasya menatap Yuki tidak senang.

"Gue ada urusan sama Stefan. Dan ini ngga ada hubungannya sama lo," ucap Nasya tak kalah tajam.

Ali dan Kevin yang berada di dekat Stefan menjadi bingung. Ada apa dengan kedua gadis itu? Dari jauh, Gio memandang keduanya sambil tersenyum. Ia pikir masalahnya sudah selesai. Ternyata masih berlanjut. Kimberly dan Nina datang mendekati Yuki. Mereka pun bingung melihat kedua temannya itu saling bertatapan tajam. Stefan mengusap pelan pelipisnya. Perlahan ia meraih lengan Yuki. Mencoba menenangkan Yuki agar tidak bertengkar lagi dengan Nasya. Yuki memandang sekilas tangan Stefan.

"Gue udah bilang, jauhi Stefan atau..."

"Atau apa, Ki?" sela seseorang.

Yuki tercekat. Ia terkejut dengan kehadiran orang itu. Adi berdiri di hadapan Yuki. Ia membelakangi Nasya. Nasya tersenyum miring di balik punggung Adi. Yuki menggeleng pelan. Ia tidak percaya kehadiran Adi di hadapannya saat ini untuk membela Nasya. Sejak menjadi kekasih Nasya, Yuki jarang berbicara dengan Adi. Sebab sahabatnya itu sibuk dengan pacarnya. Sekalinya bertemu mereka berada dalam situasi yang tidak menyenangkan.

"Atau gue akan nampar cewek itu lagi," ujar Yuki datar.

"Ngga akan gue biarin lo nyakitin Nasya," Adi menatap Yuki lekat.

"Lo ngga tahu masalahnya, Di."

"Dan gue ngga ada niat pengen tahu. Ayo, Sya." Adi menarik tangan Nasya. Yuki memandang Adi lekat.

"Ki," Yuki menatap Stefan tajam.

"Awas kalo lo deket-deket sama tuh cewek," ancam Yuki. Stefan mengangguk cepat.

Yuki berjalan meninggalkan Stefan dan lainnya. Mereka tercengang melihat sikap Yuki yang berbeda dari biasanya. Ali dan Kevin sempat melongo memperhatikan Yuki. Ali tidak menyangka gadis yang dulu menangis dan bersembunyi di rumahnya begitu amat garang sekarang. Begitu juga Kevin, ia tidak menyangka Yuki bisa segarang itu. Setahunya, gadis itu terlihat ceria dan manis. Ali dan Kevin bergidik ngeri.

"Yuki galak ya, Fan." ujar Ali.

"He-eh, tapi ini belum seberapa. Semalam dia kelihatan lebih menyeramkan dari yang tadi." ujar Stefan.

Ckck... Ali dan Kevin berdecak pelan. Mereka pun menepuk bahu Stefan pelan. Kimberly dan Nina berlari mengejar Yuki. Mereka paham dengan sikap wanita. Setiap wanita yang merasa terancam maka akan mengeluarkan sisi keberaniannya. Namanya juga cemburu, ya pasti marahlah. Dari jauh, Gio yang melihat itu tertawa geli. Begitulah Yuki. Ia paham betul seperti apa itu Yuki. Jangan coba membohongi atau pun membangkang perintahnya, maka sisi kemarahannya akan muncul. Dan yang membuat Gio tertawa geli, Stefan terlihat sangat takut saat Yuki mengancamnya.

A Little Thing Called LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang