Bab 46 - Beneran Hamil!!!

1.7K 114 1
                                    

Yuki membuang napasnya kesal. Pasalnya, hari ini ia haruspulang sendiri. Nina dan Ali ada kencan. Kimberly dan Kevin jalan-jalan. Gioentah pergi kemana. Sedangkan Adi masih ada kelas. Yuki memperhatikan setiapkendaraan yang lalu lalang di hadapannya. Sesekali ia menjulurkan kepalanyauntuk melihat bus yang biasa ia tumpangi.

Sekilas terlintas wajah Al. Yuki terkesiap. Bagaimana bisa ia mengingat wajahlelaki itu. Oh ya, beberapa hari ini Yuki tidak melihatnya. Setelahpengakuannya waktu itu, ia tidak pernah bertemu Al lagi. Di kampus, di kantin,dan dimana-mana. Dan biasanya kalau ia menunggu bus seperti ini, Al selaludatang untuk menawari tumpangan padanya.

Drrtt... drrtt... Yuki merogoh sakunya. Ia pun mengambil ponselnya yang bergetar.'My Husband' nama itu tertulis di layar ponsel Yuki. Senyum Yuki merekah saatmengetahui kalau Stefan meneleponnya. Ia pun segera mengangkat teleponnya.

"Halo,"

"Hai, my wife..." sapa Stefan yangmembuat Yuki tersenyum malu.

"Tumben nelpon jam segini," tanya Yuki.

"Soalnya gue lagi kangen sama lo,"Stefan terkekeh pelan.

"Gombal, gue lagi bete nih." Yuki memanyunkan bibirnya.

"Kenapa?" tanya Stefan.

"Mereka semua ninggalin gue. Nih aja gue lagi nunggu bus," cerita Yuki.

"Apa?!? Jadi, lo pulang sendiri? Naikbus???" pekik Stefan kaget. Di sana, Stefan langsung terlonjak dari tempattidurnya. Karena saat ini ia tengah berbaring.

Dengan manjanya Yuki menceritakan kalau teman-teman mereka pada kompakmeninggalkannya sendiri. Dengan nada memelas ia mengatakan kalau ia kelaparansaat ini, tapi sampai sekarang busnya belum juga muncul.

"Keterlaluan mereka. Lo tunggu aja disana, gue akan hubungin mereka. Enak aja mereka ninggalin lo dan si kecil sendirian,"dengus Stefan kesal. Ia pun langsung memutuskan teleponnya. Yuki terkekeh pelankarena mendengar omelan Stefan. Dapat ia bayangkan bagaimana wajah kesal Stefansaat ini. pasti sekarang dia sedang menghubungi Kevin ataupun Ali. Bahkan bisajuga Gio dan Max.

Yuki mengayunkan kakinya menendang angin. Sesekali ia menendang batu kecil dihadapannya. Brrmmm.... Brrmmm.... Tiba-tiba terdengar suara mesin mobil. Yukimenunjukkan senyum sumringahnya. Ia tidak menyangka akan secepatnya balabantuan untuknya. Stefan benar-benar hebat. Pasti itu mobil Ali atau Kevin.Yuki pun menoleh ke belakang.

"Cepet banget sih, pasti Stefan ma..." Yuki tercekat. Kedua matanya membulatbesar. Seorang lelaki paruh baya keluar dari mobil. Ia tersenyum sambilmenundukkan kepalanya sedikit pada Yuki.

"Om Bima?" ucap Yuki kaget.

"Apa kabar, Nona Muda. Senang bertemu dengan Anda?" ucap Bima ramah. Bimaberdiri menghadap mobilnya. Ia berdiri di depan pintu mobil. Lalu membukanyaperlahan. Kedua mata Yuki makin membulat besar saat melihat seorang lelaki tuakeluar dari dalam mobil.

"Yuki," sapa lelaki tua itu.

"Kakek..." pekik Yuki tertahan.
* * *
Kimberly menenteng dua kantong besar ditangannya. Ia habis shopping denganKevin. Ia mengerutkan dahinya saat melihat rumah yang terlihat sepi. SepertinyaYuki belum pulang. Pantas saja Stefan tadi mengamuk lewat telepon. Jadi,istrinya belum pulang sampai sekarang. Kimberly tersenyum kecil sambil masuk kedalam rumah.

Ia pun meletakkan barang-barang belanjaannya di atas meja. lalu ia berjalan kedapur untuk mengambil air minum. Saat meminum minuman itu, ia terkejut karenamendengar suara pintu yang terbuka dengan keras. Air yang baru setengah masukke tenggorokkannya harus terpaksa muncrat keluar. Ia pun bergegas lari ke depanmelihat apa yang terjadi. Ternyata Yuki yang datang.

Kimberly memandang Yuki heran. Apa yang sedang terjadi? Kenapa Yuki terlihatsangat kesal? Apakah ia marah karena ia dan lainnya membiarkannya pulangsendiri? Ia pun mendekati Yuki yang tengah mengatur napasnya yang ngos-ngosan.Kimberly menyentuh pelan bahu Yuki.

"Baby," panggil Kimberly pelan. Yuki menoleh garang.

"Orang itu... Kakek ada di sini, Kim." ucap Yuki dengan susah payah.

"Apa?" kaget Kimberly. Ia tidak menyangka Yuki akan secepat ini bertemu denganorang itu.

"Jadi, lo udah ketemu sama Kakek?" tanya Kimberly. Yuki menaikkansebelah alisnya.

"Apa maksud lo udah ketemu? Jangan-jangan..." Yuki menggantungkalimatnya. Kimberly mengangguk pelan.

"Iya, gue juga udah ketemu sama Kakek. Sehari sebelum gue jemput lo keAusie. Dia ke sini, tapi gue ngga sempet ngomong sama dia karena gue keburukabur masuk ke dalam. Tapi, Gio..." Kimberly menundukkan wajahnya. Merasabersalah karena dari awal tidak memberitahu Yuki berita ini.

"Gio udah tahu Kakek ada di sini?" tebak Yuki. Kimberly menganggukpelan. Yuki menatap Kimberly tajam.

"Kenapa kalian ngga bilang?" kesal Yuki.

Yuki terlihat kesal, ia berusaha menahan amarahnya. Kimberly berulangkalimengatakan minta maaf kalau dia tidak memberitahukan berita ini. Yuki pun agakterkejut melihat lelaki tua yang notabene adalah Kakeknya sendiri. Tapi, bagiYuki, lelaki itu tidak terlihat seperti Kakeknya. Melainkan seorang otoriteryang selalu memaksakan kehendaknya.

Yuki ingat bagaimana dulu kedua orangtuanya bertengkar dengan Kakeknya itu.Akibat kejadian itu, ia dan kedua orangtuanya memilih untuk pergi meninggalkanKakeknya. Dan sekarang, Kakeknya muncul lagi. Pasti ada sesuatu yang tidak iaketahui. Yuki beranjak dari duduknya. Lalu bergegas menuju pintuk depan.Kimberly kaget melihat Yuki yang sudah memegang handle pintu.

"Baby, lo mau kemana?" tanya Kimberly khawatir. Yuki menghentikanlangkahnya.

"Pasti ada sesuatu kenapa dia bisa datang ke sini. Dan gue harustahu," ucap Yuki datar lalu menghilang cepat dibalik pintu.

Kimberly tercengang untuk beberapa saat. Apa yang akan dilakukan Yuki? Kemanaia akan pergi? Kimberly tersentak. Ia pun langsung bergegas mencari ponselnyayang ada di dalam tas. Ia segera menekan beberapa digit angka di layar ponselnya.Lalu menghubungi nomor tersebut. Tuuttt... Cklekk...

"Halo," terdengar suara di seberang.

"Gio, gawat! Yuki udah tahu kalo Kakek ada di sini," ucap Kimberlycepat.

"Apa?" pekik Gio kaget. Ia menarik napasnya pelan. Kenapa semuaterungkap secara bersamaan seperti ini? Kemarin status Yuki. Dan sekarang,keberadaan orang tua itu. Ck... Gio berdecak pelan.

"Sekarang Yuki dimana?" tanya Gio pelan.

"Dia pergi, tapi ngga bilang mau kemana. Dia cuma bilang, pasti adasesuatu yang membuat Kakek ada di sini. Dan dia pengen cari tahu itu,"ujar Kimberly.

"Oh God!" gumam Gio. Perfect! Sebentar lagi Yuki akan tahu tentangperjodohan itu. Sepertinya kebenaran sedang ingin mengungkapkan semuanya.

"Gue akan cari Yuki," ucap Gio kemudian, lalu memutuskan komunikasiitu. Kimberly sedikit bernapas lega.
* * *
Yuki berdiri di depan sebuah hotel berbintang. Ia mengedarkan pandangannya kesekeliling. Hotel ini terlihat begitu sangat mewah. Sepertinya ini hotel untukorang kelas atas. Yuki menghembuskan napasnya panjang. Ia pun melangkahkankakinya masuk ke dalam hotel. Dari sisi pintu lain, Al berjalan masuk ke dalamhotel yang sama. Lalu ia menuju resto hotel itu. Yuki berjalan menuju mejaresepsionis.

"Maaf, mba, saya mau tanya kamar nomor 2306 di lantai berapa ya?"tanya Yuki pada seorang wanita yang berdiri di belakang meja resepsionis.

"Kamar 2306 letaknya di lantai 5, bu." jawab wanita itu ramah.

"Oh, terima kasih." Yuki tersenyum.

Sekali lagi Yuki mengedarkan pandangannya melihat isi hotel itu. Benar-benarmewah. Interior setiap ruangannya sangat indah. Dominasi warna klasik menghiasisetiap dinding hotel itu. Tanpa sadar Yuki berdecak kagum. Ia pun melanjutkantujuannya untuk menuju kamar 2306. Yuki berjalan menuju lift untuk pergi kelantai 5. Sambil berjalang, ia melihat-lihat setiap sisi hotel.

Tiba-tiba Yuki menghentikan langkahnya. Ia seperti melihat sesuatu di dalamsebuah resto. Kedua mata Yuki menyipit tajam untuk meyakinkan apa yang sedangia lihat. Hah! Yuki tercekat saat menyadari siapa yang dilihatnya barusan.Seseorang yang ia kenal. Bukan seorang, tapi beberapa orang. Lebih tepatnya duaorang yang sedang duduk saling berhadapan. Kedua rahang Yuki mengatup tajammenatap kedua orang itu. Siapa yang menduga ia akan bertemu dua orang itu disini. Perlahan Yuki mendekati kedua orang itu.

"Apa Anda mengetahuinya?" Suara seseorang yang tengah membelakangiYuki.

"Soal apa?"

"Pernikahan Yuki,"

Yuki tersentak. Ia berhenti tepat di belakang salah satu dari kedua orang itu.Salah seorang dari mereka menyadari kehadiran Yuki. Ia menatap Yuki lekat. Yukimemandang ke satu arah dengan lekat. Tepat pada orang yang tengah dudukmembelakanginya. Tubuh Yuki sedikit bergetar. Orang itu sepertinya menyadariada seseorang di belakangnya. Ia pun menoleh dan langsung terperanjat kaget.

"Yuki," ucapnya agak terbata.

"Siapa lo sebenarnya?" tanya Yuki dengan suara agak bergetar.

"Yuki, kamu..." Orang itu melangkah mendekati Yuki.

"Stop!" pekik Yuki. Semua mata kini memandang ke arahnya.

Di luar, mobil Gio memasuki area hotel. Ia pun segera memarkir mobilnya. Lalubergegas masuk ke dalam. Dari jauh ia melihat lift yang terbuka. Ia harus naiklift itu untuk menuju kamar yang akan ia datangi. Ia pun berlari dan tiba didepan lift. Namun, ia menyadari satu hal. Sepertinya ada sesuatu yang terlewatiolehnya. Tapi, ekor matanya menangkap itu semua. Gio keluar lagi dari lift,lalu berjalan pelan menuju sisi kanan hotel. Sebuah resto yang sedang ramaipengunjungnya.

Kedua mata Gio membulat besar. Karena di sana ia melihat Yuki, Al, dan Kakeksedang bersama. Dapat ia lihat sepertinya Yuki sedang menahan amarahnya. ApakahYuki sudah tahu yang sebenarnya? Gio hendak melangkah, namun ia mengurungkanniatnya saat melihat Al yang meraih pergelangan tangan Yuki, namun dengan cepatYuki lepaskan. Gio memandang ke sekitar. Sepertinya mereka menjadi tontonanpublik saat ini.

"Lepasin gue!!!" pekik Yuki.

Ia menatap lelaki yang baru saja dianggapnya sebagai teman yang agak sedikitberbeda karena wawasan yang ia miliki. Tapi, kenyataannya tidak seperti itu.Baginya, Al tidak ada bedanya dengan lelaki tua yang sedang duduk di hadapanmereka. Al berusaha untuk menjelaskan pada Yuki. Namun, Yuki selalu menolaknya.Kakek Yuki berdiri dari duduknya saat ia lihat beberapa orang mulai mengeluarkankameranya untuk mendokumentasikan insiden ini.

"Yuki, kecilkan suaramu. Jangan permalukan Kakek!" ucap Kakek Yuki tajam.

"Heh," Yuki terkekeh sumbang.

"Aku ngga peduli," desis Yuki tajam.

Kakek Yuki menggeram pelan. Sifat inilah yang sulit ia kendalikan pada cucunyaitu. Begitu keras kepala. Kakek Yuki melihat sekitar, lalu member isyarat padaBima dan beberapa anak buahnya yang berdiri di sisi resto. Mereka punmengangguk pelan. Lalu, tak lama kemudian orang-orang yang berada di resto satuper satu mulai pergi. Bima agak terkejut melihat Gio yang berdiri di dekatsalah satu meja. jai, ia membiarkannya tetap di sana.

"Yuki, kamu harus dengar penjelasan aku dulu. Ini tidak seperti yang kamupikirkan. Aku dan Tuan..."

"Gue tahu, Al. Tanpa lo jelasin gue udah ngerti semuanya. Pasti lo dan orangini saling berhubungan 'kan?" tebak Yuki. Al menggeleng pelan.

"Bukan seperti itu, ini semua..."

"Ohh... gue tahu, jadi selama ini lo ngedeketin gue demi orang tua itu. Hh..." Yukimenggeleng tak percaya.

Al bingung harus memulainya dari mana. Meskipun apa yang dikatakan Yuki adabenarnya, tapi bukan seperti itu yang sebenarnya. Karena ia merasakan adasesuatu yang diluar perjanjian yang telah ia sepakati. Kakek memandang Yuki danAl bergantian. Ia pun tersenyum miring. Sepertinya pilihannya tidak salah. Yukidan Al terlihat sangat cocok. Ia berdehem pelan yang membuat Yuki mendeliknyatajam.

"Apapun yang kalian lakukan, jangan pernah libatkan aku di dalamnya." Yukiberbalik hendak pergi.

"Dia calon suami kamu, Yuki."

"Apa?"
* * *
Kimberly berjalan mondar-mondir di depan pintu. Tak lama kemudian, dua buahmobil berhenti di halaman rumah. Kimberly menghembuskan napas lega. AkhirnyaKevin datang jua. Sepertinya Ali dan Nina ikut juga. Kevin bergegas menemui Kimberlydan menanyakan keberadaan Yuki. Karena ia dan Ali tidak menemukan Yuki dihalte. Kevin bercerita kalau tadi Stefan memarahi mereka karena menelantarkanYuki sendirian.

"Tuh anak kadang-kadang berlebihan juga. Yuki itu udah gede dan bisa mengurusdirinya sendiri," dengus Ali.

"Tapi, yang jadi masalahnya sekarang bukan itu." Kimberly terlihat sangatcemas. Kevin, Ali, dan Nina memandang Kimberly lekat.

"Keliatannya terjadi sesuatu yang gawat ya, Kim?" tebak Nina. Kimberlymengangguk cepat.

"Ada apa?" tanya Kevin dan Ali serempak.

"Yuki dijodohkan... dengan Alky Morth Avery."

"Apa?!?" pekik Kevin, Ali, dan Nina bersamaan.

"Apa? Yuki dijodohin sama Al?" pekik Nina tidak percaya. Lagi-lagiKimberly mengangguk pelan.

Kevin meminta pejelasan lebih lanjut pada Kimberly. Ia pun menceritakan apayang sebenarnya terjadi. Kehadiran Al diantara mereka semata-mata karena Alingin mengenal Yuki sebagai calon istrinya. Tapi, Yuki tidak tahu soalperjodohan itu. Karena itu adalah rencana Kakek Yuki. Tapi, sekarang Yuki sudahtahu semuanya.

Kevin, Ali, dan Nina benar-benar terkejut atas berita ini. Bagaimana mungkinYuki dijodohkan sedangkan ia sudah menikah dan memiliki suami. Kevin memandangKimberly lekat. Sepertinya gadis itu terlihat sangat khawatir. Bagaimana tidak,saat ini ia belum juga mendapatkan kabar dari Gio. Apa ada sesuatu yang sangatpenting telah terjadi? Kevin mendekati Kimberly. Ia menyentuh bahu Kimberlypelan.

"Yuki sangat membenci Kakek. Pasti mereka saat sedang bertengkarhebat," gumam Kimberly.

Kevin menarik Kimberly dalam pelukannya. Ia mengusap pelan punggung Kimberly.Berusaha menenangkan kekasihnya itu. Kimberly menghembuskan napasnya pelan. Adasedikit ketenangan yang ia rasakan. Walaupun sejujurnya ia masih sangatmencemaskan keadaan Yuki.
* * *
"Dia calon suami kamu, Yuki." ucap Kakek tegas.

"Apa?" Yuki tercekat. Ia berbalik badan lalu menatap Kakek dan Al bergantian.Ia menggeleng pelan sambil tersenyum sumbang.

"Lelucon macam apa ini? Kakek,"

"Kakek ingin kalian segera menikah," ucap Kakek.

"Tapi, Tuan..." sela Al.

"Aku ingin kalian menikah. Itu sudah keputusanku," ucap Kakek cepat.Yuki mengepalkan kedua tangannya keras.

"Keputusan siapa? Atas persetujuan siapa Kakek menjodohkan aku dengan Al?Hah?" ucap Yuki dengan suara agak keras.

"Keputusanku. Dan aku tidak perlu persetujuan siapa pun untuk menikahkankamu dengan lelaki pilihanku." tandas Kakek Yuki.

Yuki menggeram pelan. Kedua rahangnya mengatup keras. Dadanya naik-turunmengatur napasnya. Kedua matanya terasa panas. Dan sepertinya amarahnya sudahhampir sampai ke ubun-ubun. Cukup sudah. Sekian lama berusaha menjauh, Yukitidak ingin Kakeknya mengacaukan hidupnya yang sudah tenang.

"Keputusan siapa? Atas persetujuan siapa Kakek menjodohkan aku dengan Al?Hah?" ucap Yuki dengan suara agak keras.

"Keputusanku. Dan aku tidak perlu persetujuan siapa pun untuk menikahkankamu dengan lelaki pilihanku." tandas Kakek Yuki.

Yuki menggeram pelan. Kedua rahangnya mengatup keras. Dadanya naik-turunmengatur napasnya. Kedua matanya terasa panas. Dan sepertinya amarahnya sudahhampir sampai ke ubun-ubun. Cukup sudah. Sekian lama berusaha menjauh, Yukitidak ingin Kakeknya mengacaukan hidupnya yang sudah tenang.

"Aku sudah menikah, Kek. Dan aku punya kehidupan aku sendiri,"

"Menikah? Bagiku pernikahanmu itu tidak ada. Karena aku tidak pernahmerestui pernikahanmu," ucap Kakek tajam. Yuki tersenyum kecil.

"Aku ngga perlu restu dari Kakek. Daddy dan Mami sudah memberikanrestunya. Bagiku itu sudah cukup. Kakek, aku minta jangan ganggu kehidupan akulagi." ucap Yuki. Kakek menatap Yuki tajam.

"Yuki," panggil Al.

"Dan lo, jangan pernah berpikir untuk meneruskan perjodohan ini. Karenague ngga akan pernah mau nikah sama lo," ucap Yuki tajam.

Al tercekat. Ia menatap Yuki lekat. Mencari celah untuk masuk membuka hatinya.Tapi, sepertinya itu sulit. Karena ia hanya melihat kebencian dan kekecewaan disana. Al membalikkan tubuhnya. Lalu berjalan pelan menuju mejanya. Ia mengambilmap berwarna hitam. Ia memandang map itu lama. Di dalam map itu adalah masadepan keluarganya. Tinta hitam yang menentukan masa depannya. Surat kontrakkerjasama antara Sun Avery Corp dan Rein's Corp. Dua perusahaan besar ituhampir saja bersatu. Namun, salah satu pihak menolak perjanjian itu. Yukimenolak perjodohan itu.

"Aku akan segera mengurus perceraianmu dengan lelaki itu. Setelah itu,kamu dan Al akan menikah." ucap Kakek dingin. Yuki menatap Kakek tajam.

"Kakek ngga boleh ngelakuin itu," ucap Yuki dingin.

"Kenapa tidak? Aku bisa melakukan apa saja. Aku akan melakukannya,memisahkan kamu dan lelaki itu." ucap Kakek angkuh.

"Hh..." Yuki tersenyum sumbang.

"Itu akan sia-sia. Karena sekarang aku sedang hamil,"

Al dan Kakek menatap Yuki lekat. Yuki membalas tatapan dua lelaki itu. Lalu iatersenyum kecil. Tak lama kemudian, ia pergi meninggalkan keduanya. Tidak adasatu pun dari mereka yang mencegah kepergian Yuki. Mereka terlalu syokmendengar berita itu. Yuki hamil? Tanpa sadar, Al melangkah mundur. Sepertinyasudah tidak ada harapan dan kesempatan lagi untuknya. Kakek memandang Al. Iatahu lelaki itu pasti terluka. Ia tidak menyangka sudah sejauh ini hubungancucunya dengan lelaki yamg menikah dengannya itu.

Gio berlari pelan mengejar Yuki keluar. Ia menghentikan langkahnya saat melihatYuki berhenti di depan pintu masuk hotel. Yuki tengah memandangi tulisan besaryang terpahat di dinding hotel. SUN AVERY HOTEL. Ck... Yuki berdecak pelan.Pantas saja lelaki tua itu menginap di sini. Karena hotel ini milik keluargaAl. Ia pun bergegas keluar. Gio mengikuti Yuki lagi. Yuki terlihat menyusurijalan. Dan ia berhenti di sebuah halte. Kemudian duduk di sana. Giomemperhatikan Yuki dari dalam mobilnya.

Yuki mengedarkan pandangannya. Takdir seperti apa yang sedang ia jalani? Kenapasaat ia merasakan kebahagiaan dalam hidupnya, masalah mulai berdatanganmenghampiri hidupnya. Selama ini ia pikir sudah sejauh mungkin meninggalkanlelaki tua itu. Berusaha menghapus ikatan yang sudah ada. Tapi, sepertinya itusulit. Karena ia melupakan satu hal. Ikatan itu bersifat permanen. Tidak adasatu pun yang bisa memutuskan ikatan darah itu. Ia tidak bisa melupakan kalauia cucu dari lelaki tua otoriter itu.

Drrtt... Drrtt... Ponsel Yuki bergetar. Ia pun merogoh tasnya, lalu mengambilponselnya. Ia tersenyum kecil saat melihat nama yang tertera di layarponselnya. Gio keluar dari mobil dan berjalan pelan menuju tempat Yuki. Yukitidak menyadari kedatangan Gio. Ia pun menempelkan ponselnya ke telinganya.

"Halo," Yuki tersenyum.

"Ki, lo baik-baik aja 'kan? Kevin sama Ali bilang lo ng..."

"Fan, lo kapan balik? Gue kangen sama lo," lirih Yuki sambil menahantangisnya.

Gio tercekat. Langkahnya terhenti melihat apa yang terjadi di hadapannyasekarang. Yuki, gadis itu tengah menahan tangisnya mati-matian. Apa yang harusia lakukan untuk menolong Yuki saat ini?
* * *

A Little Thing Called LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang