Bab 1 - I Hate You!!!

4.1K 224 4
                                    

Seorang gadis tengah berlari di trotoar jalanan ibu kota. Dengan napas yang terengah-engah ia berusaha tetap semangat untuk berlari. Diliriknya jam di pergelangan tangannya. Pukul 7 kurang 10 menit.

"Aakkhh...mati gue!" pekiknya dalam hati.

Keringat bercucuran mengalir melewati pelipis matanya. Hari ini ia harus rela lari maraton sampai sekolah. Kalau tidak ia bisa dihukum oleh Pak Arbi, guru BK yang terkenal super duper galak bin sangar. Dengan perawakan tinggi dan wajah yang dipenuhi rambut-rambut kecil, ikal, dan hitam ditambah lebat pula, membuat beliau mendapatkan gelar Hanoman SMA Pelita.

Gadis itu berhenti di halte. Berharap keajaiban datang. Sebenarnya bus tujuan sekolahnya sudah berangkat 15 menit yang lalu. Namanya juga berharap, beruntung kalau busnya lewat. Dan buntung kalau busnya tidak lewat. Ia mondar-mandir tidak jelas sambil komat-kamit membacakan mantra minta pertolongan. Sepertinya mantra itu manjur. Sebuah motor sport berwarna hitam berhenti di hadapannya. Si pemilik motor membuka helmnya. Sebuah senyuman manis terpampang di wajahnya.

"Adiiii...lo emang penyelamat gue!" pekik gadis itu seraya berlari ke arah motor lalu segera menaikinya.

"Tidur jam berapa lo semalem?" tanya Adi seraya menstarter motornya.

"Ngga begitu larut. Jam 2 malam." jawab si gadis sambil terkekeh geli.

"Gila lo!" desis Adi sambil tertawa pelan. Gadis itu memukul helm Adi pelan.

"Yuki...jangan pukul helm gue. Abis perawatan nih," ujar Adi. Yuki tertawa geli mendengar ucapan Adi.

Yuki Sheira Arlyn, gadis cantik yang mempunyai kebiasaan buruk. Bangun telat. Itu karena Insomnia akut yang katanya selalu menghalangi waktu tidurnya. Ia memiliki seorang sahabat dari zaman bayi, Adi Putra Dymara. Seorang cowok jangkung yang digilai para siswi SMA Pelita karena kemahirannya bermain alat musik serta predikat best player dalam tim basket SMA pelita. Yuki dan Adi seperti saudara kembar. Kemana-mana berdua. Dimana ada Yuki, disitu ada Adi. Dan sebaliknya. Bahkan ada yang mengira mereka berpacaran. Dengan tegas dan diplomatis, keduanya menjawab serempak.

"Kami tidak pacaran. Just a friend not more. Like brother and sister."

Motor Adi berhenti tepat di depan pagar SMA Pelita yang sudah tertutup dan terkunci oleh gembok besar.

"Yaaahh...percuma gue dapat tebengan. Hasilnya terlambat juga." keluh Yuki sambil menendang kerikil yang ada di depannya.

"Harusnya lo udah tahu kita bakalan terlambat. Pak Joko... tolong bukain pagarnya dong," teriak Adi pada seorang lelaki separuh baya yang mengenakan seragam satpam. Pak Joko berlari ke arah pagar lalu segera membuka kuncinya.

"Hati-hati, mas. Pak Arbi udah nungguin tuh," ujar Pak Joko seraya menunjuk ke arah Pak Arbi yang berdiri sambil berkacak pinggang. Yuki dan Adi memandang ke arah yang ditunjuk oleh Pak Joko. Benar saja, Pak Arbi sedang berdiri tegak.

"Hanoman udah nangkring aja disana," gumam Adi yang membuat Yuki menahan tawanya. Keduanya pun berjalan ke arah Pak Arbi.

Kedua mata tajam milik guru killer tengah menatap kedua muridnya yang saat ini sedang berdiri dihadapannya. Yuki dan Adi menunduk.

"Kalian..." desis tajam Pak Arbi. Keduanya langsung mendongak.

"Sudah berapa kali, hah?" tanya Pak Arbi lembut namun terdengar sangat mematikan.

"Sa...ya... 3 ka...li... Pak," jawab Adi gugup.

"Saya...ehm..." Yuki tampak berpikir. Keningnya berkerut-kerut.

"Ehmm...kira-kira 15 kali, Pak." jawab Yuki pelan. Mata Pak Arbi melotot.

"Kira-kira? Kamu bilang 15 kali itu kira-kira, hah!" pekik Pak Arbi. Yuki hanya nyengir.

A Little Thing Called LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang