²⁹ | ¼ of blighty boys sleep peaceably in god's arms

109 17 144
                                    

┏┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┓

SATELLICIOICIS SATELLITE
¼ of blighty boys sleep peaceably in god's arms

┗┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┛

◖⸙◗

        SEMUANYA TERASA SUNYI SAAT ITU. Seolah waktu dihentikan dan tak seorang pun mendentangkan pita suara mereka untuk menyapa. Matahari yang hampir ditelan cakrawala pun, tampak masih bergantung di sana tak ingin segera menghilang—berharap ia tahu kebenaran dari kabar yang dilontarkan lidah Pete. Jikalau ada satu hal yang saat ini berdetak dalam sudut pandang Louis, maka itulah tangannya yang menggenggam gagang telepon.

       Suara Pete dapat Louis dengar kembali setelah kelumpuhan indranya untuk sesaat. Isakan terdengar nyata. Namun, Louis tak ingin memercayai itu dan tangan yang bebas dari gagang telepon mulai terkepal kencang.

       "Katakan ini tak nyata, Pete," ucap Louis berusaha menampar berita yang tak ingin didengarnya, tapi Pete segera menghentikan isakannya dan menjawab, "Apa aku terdengar berbohong atau memainkan sebuah drama, Louie?!" Ia bahkan tenggelam dalam emosi yang begitu dalam sehingga minornya agak membentak.

       Sepasang manik biru Louis berlinang seketika meskipun tak satu pun dari mereka lolos membasahi pipi. Bibirnya belum melontarkan kata lagi, bahkan ketika Pete berkata, "Ian pulang dari Yetminster setelah memenuhi permintaan sepatu lainnya dan—" Ia terdiam. Dukanya yang begitu dalam, dapat Louis rasakan. "—keretanya mengalami kecelakaan. Ian telah tiada, Louie. Begitu pula tiga puluh tujuh orang lainnya."

       Saat itu bibir Louis bergerak. Lengkungan datarnya menurun sehingga sungai yang tiba-tiba muncul di kelopak netra, mengalir perlahan. Genggaman tangan semakin erat dan Pete belum berhenti berkata.

       "Siang tadi ketika aku mendengarkan radio di King Edward's, aku mendengar berita itu. Lalu koran hari ini yang belum kubaca, menampakkan daftar orang-orang yang meninggal dunia dan terluka. Nama Maximilian Millepied tertulis dalam daftar orang yang meninggal dunia."

       Kesedihan Pete kini menjelajah melalui sambungan telepon dan melilit seluruh tubuh Louis sehingga sungainya semakin deras mengalir. Seolah semua rasa itu menggerogoti hati. Memintanya untuk meronta, tapi Louis tak mampu melakukannya.

       "Aku segera pulang setelah itu dan Ian akan tiba di Newcastle beberapa jam lagi. Ia akan dimakamkan besok pagi." Pete mengakhirinya dengan elaan napas panjang seolah pada akhirnya ia bisa melepas semua minor yang melilit.

       Pete terdiam di sana. Menunggu Louis menjawab semua kata-katanya. Namun, yang mampu Pete dengar hanyalah tangisan yang tertahankan. Tangisan yang membuat hatinya kembali bergetar.

       "Aku tak memaksamu pulang setelah ini, Louie. Aku tahu kau tak bisa. Aku hanya ingin memberitahu saja bahwa Ian telah ti—"

       Louis menyanggah cepat dalam suara serak akibat tangisannya. "Bahwa Ian telah berada di tangan Tuhan." Maka Pete tersenyum di seberang sana dan sungai kembali hadir di balik kelopak netra dia.

       Louis menarik masuk ingusnya seketika dan senyuman terpaksa ia tampakkan meskipun Pete tak mengetahui itu. "Itulah tempat yang pantas untuk, Ian. Dunia ini tak pantas memiliki Ian. Kita tak pantas memiliki Ian. Bahkan Nyonya Millepied sama sekali tak pantas memiliki Ian."

       Di seberang, Pete mengangguk lemah dan disingkapnya sungai yang hampir mengalir itu. "Ian telah bebas sekarang. Bebas dari semua hal yang menyakitinya. Tuhan telah menyelamatkan Ian dan kini, ia tak akan mendapat kesempatan untuk melihat kehancuran dunia, runtuhnya menara, atau kematian massal manusia. Ia tak pantas melihat hal-hal buruk yang terjadi di sini."

Satelliciocis Satellite [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang