⁴⁹ | a ray of light amongst the vicious cycle

69 15 152
                                    

┏┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┓

SATELLICIOICIS SATELLITE
• a ray of light amongst the vicious cycle

┗┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┛

◖⸙◗

         KISAH LAMA YANG AKAN SELALU DIUKIR DALAM INGATAN telah berlalu ditelan masa. Kisah yang menyeret Louis Wistletone ke dalam petualangan pasca pangkat officer cadetnya diterima. Kemudian musuh bebuyutannya kian bertambah. Pertama adalah waktu. Kedua adalah rasa sakit. Namun, yang pertama itu tak akan pernah bisa dikalahkan sementara yang kedua Louis terima sebagai teman karibnya.

       Hati yang lapang menerima rasa sakit itu pun didasari sebuah alasan. Harusnya ia membenci hal satu itu karena rasa sakit bisa menuntun ke kematian sedangkan dirinya belum siap untuk pergi sejauh itu lalu mengetuk pintu antara surga maupun neraka. Sedangkan sore itu adalah bukti mengapa Louis menjadikan rasa sakit sebagai temannya. Sebuah bingkisan mengatasnamakan Pete Kennedy menjadi kado favoritnya sepanjang tahun.

       Setelah bungkusnya dikelupas dan dibiarkan membusuk di dalam tong sampah, hadiah yang disembunyikan pelukan seolah memberikan ceramah. Sekali membuka, kalimat Rasa sakit membuatmu tahu kau masih hidup. Rasa sakit membuatmu tahu kau menyia-nyiakan hidup adalah yang disuguhkan netra dia. Bukan, bukan Pete yang menulis dua kalimat itu, melainkan Maximilian. Ya, kumpulan puisi Maximilian akhirnya berhasil diterbitkan beserta kata pengantar dan terjemahannya. Kepada siapa Louis patut merasa bangga setelah tumpukan kertas kekuningan di antara dua sampul berhasil ia baca setiap katanya? Jawabnya kepada pria yang baru saja berkata, "Halo," setelah telepon tersambung.

       "Aku sudah menerima bukunya, Pete. Kau bekerja keras untuk ini dan aku sangat bangga padamu."

       Sekiranya pria di seberang tersenyum karena apresiasi itu. "Sudah kau baca isinya?"

       "Beberapa sudah."

       "Bagaimana menurutmu?"

       "Mengagumkan."

       "Mengagumkan, memang dan kau tahu apa? Setelah kukumpulkan semua puisi Ian, kurasa dia berencana menjadi seorang pastor. Maksudku, yah kau tahu dia suka berada di katedral dan membaca Alkitab hampir setiap hari. Jika kau perhatikan, kebanyakan puisinya membahas tentang kematian. Itu membuatku khawatir."

       Sempat sepasang alis Louis mengerutkan tanda tanya. "Khawatir? Mengapa?"

       Pete menggeleng di seberang sana meski Louis tak akan pernah tahu. "Entahlah. Bisa saja kematiannya di kereta disengaja? Maksudku, mungkin dia berencana bunuh diri?"

       Maka kekehan Louis lontarkan seketika. "Ini Ian yang kau bicarakan, Pete, dan aku tahu Ian tak akan melakukan itu. Lagi pula, yang terjadi di kereta itu adalah kecelakaan dan Ian bukan satu-satunya korban."

       "Baiklah ... lupakan saja. Tapi puisinya sungguh membuatku takut sekarang. Maksudku ...." Pete belum ingin menyelesaikan kalimatnya sementara Louis menunggu di sana.

       "Maksudmu?" tanyanya maka Pete segera menggeleng. "Lupakan saja. Bagian apa yang menjadi favoritmu?"

       "Umm." Louis terdiam sementara waktu selagi otaknya menjelajahi beberapa kata dalam puisi Ian. "Rasa sakit membuatmu tahu kau masih hidup. Rasa sakit membuatmu tahu kau menyia-nyiakan hidup. Apa maksudnya dari kalimat kedua?"

       "Itu siksaan, Louie." Pete menjawab seketika. "Kau akan masuk neraka karena berbuat dosa di dunia. Berbuat dosa sama dengan menyia-nyiakan waktumu di dunia. Maka dari itu, kalimat kedua merujuk pada siksaan di neraka."

Satelliciocis Satellite [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang