Satelliciocis Satellite [Completed]

⁴⁰ | a statement for eternal happiness with your life companion

┏┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┓

SATELLICIOICIS SATELLITE
• a statement for eternal happines with your life companion •

┗┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┛

◖⸙◗

        DETIK DEMI DETIK BERGULIR MEMENGARUHI PERGESERAN KONSTELASI DI ANGKASA setiap harinya. Malam ini, sepasang netra Louis menyaksikan pertemuan dewan bintang selagi duduk bersila di atas rumput taman belakang kediaman yang tampaknya dua kali lebih besar dari sebelumnya. Ia berusaha menemukan konstelasi zodiaknya di atas sana. Namun, ia tak mampu. Mungkin benar ucapan Tuan Sadie saat itu, apabila dia tak memerhatikan pelajaran sains di sekolahnya, ia tak akan tahu mengenai konstelasi.

       Sementara ada kediaman yang lain di seberang tempatnya terduduk, ia sudah tak keheranan. Ayahnya secara sah membeli kediaman keluarga Davies yang berada tepat di belakang kediaman Wistletone untuk memperluas taman belakang serta membangunkan rumah ideal bagi keluarga Stefar (Celestine dan Joseph).

       Awalnya Louis tak terima mendengar Joseph dengan mudahnya memiliki rumah tanpa jerih payah sedikit pun. Padahal dia telah menjadi kepala keluarga sejak sepuluh bulan lalu. Namun, fakta di mana Joseph hanya mampu membawa Celestine kembali ke kediamannya, membuat Richard mengalah sebab Celestine tak ingin kembali ke neraka itu. Dengan demikian, Louis bisa merelakan itu semua atas nama Celestine.

       Selagi pemikirannya tenggelam mencoba menyatukan garis-garis konstelasi di atas sana, seseorang duduk menyebelahinya membuat leher itu terputar.

        "Pap," gumamnya begitu pelan sedangkan Richard menampakkan senyuman selagi ia daratkan bokong di atas rumput.

        Napasnya terembus sekilas sebelum berkata, "Sudah hampir sebulan kau kembali, tapi tak biasanya kau menjadi sependiam ini, Louis. Ada apa? Sesuatu di kemiliteran mengubahmu demikian?"

       Louis memutar kembali lehernya untuk menatap rerumputan di seberang. Bahkan jemari perlahan menariki mereka.

       Sepasang bahu terangkat sebelum wajahnya kembali menatap sang ayah. "Aku tak tahu apakah ini keputusan bijak untuk mengatakannya padamu. Ini rahasia kemiliteran."

       Maka napas Richard kembali diembuskan sekilas. "Aku tak memaksamu memberitahukannya, tetapi aku tak senang melihatmu murung seperti ini. Biasanya kau selalu bersemangat menerobos Wistletone's School untuk menemui nona Harrel. Sekarang, kau tampak jarang bergaul dengannya." Louis terkekeh mendengar itu.

        Akhirnya ia menjawab, "Kupikir Pap malu apabila aku terus membuat ulah di sekolah. Nyatanya Pap merindukan itu pula."

       Richard tersenyum meskipun senyuman itu menampakkan sedikit kekhawatiran. "Ya, aku tak suka jika kau membuat ulah di mana pun. Namun, aku lebih tak suka melihat putraku berubah. Bagilah sedikit penderitaanmu kepadaku maka kau akan kembali menjadi Louis yang kukenal."