⁴² | one promise to happily ever after

75 15 251
                                    

┏┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┓

SATELLICIOICIS SATELLITE
one promise to happily ever after

┗┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┛

◖⸙◗

         KERAMAIAN MENGHIASI SETIAP RUANG DALAM SEBUAH GEREJA BERARSITEKTUR VICTORIAN DI ATHERSTONE. Berbagai macam senyuman dengan makna berbeda terpantul dalam netra Louis yang menyimpan kegugupan di sana. Berulang kali tangannya merapikan jas yang bahkan kelewat sempurna di netra para tamu. Namun, ia tetap tak bisa menghentikan aktivitas itu seolah inilah cara pengalihan dari kegugupan yang menabuh relung hatinya.

       Sementara para tamu duduk dengan kegembiraan di kantong mereka, suara kereta kuda terdengar samar-samar dari kejauhan. Louis menutup netra sekilas tatkala seorang pendeta tersenyum menatap tentara Britania yang gugup ini. Namun, tak ada hal lain yang membuat suara drum di jantungnya berbunyi lebih lantang selain fakta di mana kereta kuda itu telah berhenti dengan sempurna di hadapan jalan setapak gereja. Kemudian seorang pria turun dari sana mengulurkan lengannya untuk diraih seorang wanita bergaun putih dengan sebuket bunga di genggaman.

       Seolah jantung Louis berhenti berdegup sedetik saja, ia merasa paru-parunya ingin meledak. Namun, perasaan itu tak mampu menghentikan waktu ataupun langkah wanita bersama ayahnya dan dua anak kecil yang mengiringi sepanjang jalan setapak.

       Hampir seluruh tamu undangan seketika memutar leher menyaksikan momen pengantin wanita yang begitu cantik itu akhirnya menginjakkan kaki ke bibir gereja. Kepalanya ditundukkan sekilas selagi napas ia curi dalam perhatian banyak orang. Ia menebar lebih dari sekali senyuman sepanjang jalan menuju altar pernikahan. Sementara Louis di seberang sana mengatupkan bibir rapat seolah tak ingin mengutarakan sepatah kata pun.

       Di ujung karpet merah yang terbentang sepanjang langkah si pengantin wanita, pria di sampingnya melepaskan genggaman tangan itu sehingga putrinya bisa berdiri berhadapan dengan si teman perjalanan di atas altar. Kedua anak kecil yang menabur bunga hilang seketika, sementara ekor gaun Emma yang tak terlalu panjang tak harus dirapikan ulang.

       Seolah detik seketika tak ingin bergerak mengetuk menit, Louis tak kunjung membuka veil yang menghalangi sepasang netra menatap wajah wanita semalam yang bernyanyi dan mengucap doa melalui Siúil a Rúin. Meskipun demikian, sepasang sudut bibir Emma masih ditarik ke atas walau buket bunganya sudah tak tampak dalam genggaman. Pada akhirnya, sang pendeta melontarkan deheman yang membuat Louis mengapung di atas lautan kegugupan.

       Pria itu kemudian berkata, "Dipertemukannya kita hari ini di bawah naungan gereja St Mary The Church of Our Lady dalam hari yang mulia ini untuk menyaksikan penyatuan Louis Wistletone dan Emma Harrel."

       Namun, hingga pendeta itu selesai mengucapkan kalimat pembuka, Louis masih belum menarik veil Emma sehingga pria itu menatap Louis sekilas sebelum mendorong atensi menuju keberadaan Emma.

       Mengerti maksud dari gerak isyarat tersebut, Louis segera menarik veil itu sehingga wajah Emma mampu ditatapnya keseluruhan. Saat itu Emma hampir tertawa begitu pula Dan dan Pete yang berusaha keras melontarkan tawa tanpa suara. Sang pendeta pun akhirnya menganggukkan kepala sekilas dalam senyuman.

       "Baiklah, sekarang kalian bisa mengucap janji pernikahan."

       Maka Louis melarikan tangan untuk bergenggaman dengan milik Emma. Ia mengela napas sekilas ketika sepasang netra bertemu dan Emma tak kunjung menurunkan senyumannya yang kelawat tinggi. Saat itu batin Emma berdoa agar kekehannya tak terlontar karena tak seorang pun menginginkan hal semacam itu terjadi di pernikahan mereka. Namun, kegugupan Louis membuat semuanya lucu di netra Emma.

Satelliciocis Satellite [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang