³⁷ | to kill a savior

98 17 120
                                    

┏┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┓

SATELLICIOICIS SATELLITE
to kill a savior

┗┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┛

◖⸙◗

         MELALUI CELAH SEPASANG KELOPAK NETRA, Louis mampu melihat cahaya dalam keputusasaan. Namun, ketika tangannya berusaha meraih atau setidaknya menyerah untuk diselamatkan, tak ada satu bagian pun dari tubuhnya yang mampu bergerak. Tak ada satu suara pun yang mampu didengar. Tersesat di dalam gelapnya samudera yang akan melahap nyawa, ia bahkan tak yakin cahaya itu adalah sosok malaikat yang kemungkinan menjemputnya untuk diantar ke neraka.

       Namun, satu hal yang membuat paru-parunya menghangat adalah senyuman seseorang yang membuatnya melangkah untuk mencapai tubuh itu dan memeluk dia. Saat itulah ia menangis sejadinya meskipun lupa cara berbicara.

       Ketika tubuhnya ditarik untuk menatap wajah itu, hanya ada kehangatan yang mampu dirasakan. Saat itulah Louis membersihkan kerongkongan dan berkata, "Apa aku di surga, Ian?" Namun, pria itu belum mengubah arah lengkungan di bibir meskipun kepalanya tergeleng.

       Ia tak menjawab dan Louis semakin kebingungan. Sungainya hampir mengalir lagi, dan itu sungguh terjadi ketika rasa sakit menyerang sisi kanan perutnya sehingga sepasang tirai tersibak dan langit-langit kamar yang cukup kotor telah menggantikan wajah Ian dari pandangan.

       Saat itu, seorang pria mencengkeram ujung jarum dengan beberapa jemari sementara beberapa bagian dari benang si jarum sudah menyatu dengan kulit di sisi kanan perut Louis yang sedikit menganga sekarang.

       Menatap jarum itu, Louis segera berkata, "Jangan! Kumohon jangan! Biarkan lukanya seperti itu!" Namun, pria itu tak mendengarkan dan segera menarik celemek di atas meja yang kemudian diselipkan di antara rahang bawah dan atas Louis sebelum masing-masing ujung celemek diikat kencang sehingga suara Louis tak terdengar jelas.

       Pria dengan jemari yang telah dinodai darah Louis kembali menusukkan ujung jarumnya menembus kulit Louis yang menganga. Ia kembali menangis dan tangannya berulang kali mencoba menghentikan si pria melakukan aksi.

       "Jangan berisik, Bodoh! Kau akan membangunkan anak-anakku!" ucapnya berusaha menutup rapat luka Louis dengan jarumnya. Namun, Louis masih menangis dan menggenggam erat sprei di bawah tubuh.

       Ketika saat-saat sakit itu berakhir, pria itu menarik kapas untuk menutup jahitan di perutnya dilanjutkan dengan menumpukkan perban yang dipasang melingkar melewati pinggul, punggung, hingga kembali ke posisi awal di mana lukanya berada.

       Saat itu Louis melepas ikatan celemek yang membungkam mulutnya sedangkan pria itu bangkit dari sisi ranjang dan memberikan sesuatu kepada dia. Louis menarik benda itu dari tangannya kemudian berkata, "Terima kasih." Sedangkan pria itu mengangguk ditambahkan senyuman.

       Louis menatap arloji pemberian ayahnya sebagai hadiah Natal dua tahun silam ketika pria itu sudah meninggalkannya membawa alat-alat medis beserta air dalam wadah. Arloji itu sudah rusak parah. Salah satu jarumnya bergerak maju mundur sementara satu lainnya berdiam diri menunjuk angka empat. Kaca arlojinya retak sehingga beberapa tetes air terjebak di dalamn.

       Kembalinya pria itu ke dalam ruangan, membuat Louis mendongak sebelum mengantongi arloji. Pria itu berkata, "Jangan khawatir, aku tak akan menyakitimu. Baru saja aku menelepon Roman. Dia pemimpin IRA—" Sontak, itu membuat sepasang netra Louis terbelalak. "—dan dia akan mengembalikanmu ke barak."

Satelliciocis Satellite [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang