³² | self fort

93 16 160
                                    

┏┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┓

SATELLICIOICIS SATELLITE
self fort

┗┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┛

◖⸙◗

         KETIGA PASANG BOLA MATA MEREKA MASIH MEMBULAT. Terlebih ketika pria itu tak menampakkan seutas keramahan pun seperti biasanya. Mereka tahu, salah satu dari ketiganya akan dalam masalah dan Louis sempat berbisik, "Apa kau mengatakannya?" Namun, Emma menggeleng.

       Sialnya pria itu mendengar bisikan Louis sehingga ia menjawab, "Tak seorang pun mengatakan kau di sini. Pulang denganku sekarang." Nada bicaranya bahkan tak terdengar ramah. Kepribadian pria ini seolah diambil alih dirinya yang lain.

       "Tapi, Pap. Aku harus mengantar Emma," jawab Louis, tapi Richard tak peduli dengan itu.

       "Aku yakin Tuan Kennedy tak keberatan mengantar Nona Harrel ke sekolah, bukan begitu?"

       "Aku yakin Tuan Kennedy tak keberatan mengantar Nona Harrel ke sekolah, bukan begitu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       Pete yang sejak tadi terdiam seketika menjawab, "T-tentu, Tuan Wistletone. Saya tak keberatan mengantar Nona Harrel."

       Richard mengangguk sekilas. "Terima kasih, Tuan Kennedy," ucapnya sehingga Pete membalas sama-sama. Berikutnya, ia dengan tegas berkata, "Masuk ke dalam mobil sekarang, Louis."

       Louis mengangguk ragu lalu ia memeluk Pete sekilas sebelum memeluk Emma dan memberikan kecupan singkat di pipinya. Emma bahkan merasa tak nyaman dengan cara perpisahan yang satu ini. Kemudian Louis melenggang masuk ke dalam mobil diikuti Richard setelahnya. Sopir itu segera menginjak pedal gas sehingga mobil melaju menyisir jalanan Kota Newcastle yang sepi seolah jiwa Newcastle juga berkabung.

       Tak ada percakapan yang mengalir sepanjang perjalanan. Richard hanya menatap jalanan dari balik jendela mobil di mana netra menyaksikan transisi pergantian pemandangan yang disajikan. Betapa tampak ringkihnya sebuah tiang listrik yang baru saja berlalu begitu pula beberapa pepohonan yang dedaunannya berseri. Mereka tak bisa dibandingkan dengan kegagahan beberapa bangunan yang mengisi ruang berikutnya. Menjadikan transisi itu bergerak seirama. Menyelaraskan seni kontemporer dengan alam.

       Lain halnya dengan Louis yang memiliki perspektif sendiri ketika pepohonan, bangunan, dan tiang listrik itu tampak di bola matanya. Yang ia lihat bukanlah transisi keselarasan alam dan seni kontemporer, melainkan nostalgia biru yang mengetuk kalbu. Betapa ia akan merindukan hari-hari sebelum satu hal mengubah keseluruhan alur hidupnya. Di otaknya, terputar kenangan masa muda; ketika empat anak laki-laki berlarian di sepanjang trotoar sementara cakrawala telah menelan surya, atau ketika jalanan sesak akibat Revolusi Stefar, atau tatkala alarm hari liburnya hampir berbunyi dan sebuah lampu pinggir jalan menyaksikan sebuah ciuman hangat di malam Januari.

Satelliciocis Satellite [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang