ii | blighty boys

145 19 174
                                    

Untuk pengalaman membaca yang lebih
menyenangkan, disarankan mendengarkan
Walking In The Wind oleh One Direction
sepanjang chapter ini. Cheers :)

┏┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┓

SATELLICIOICIS SATELLITE
blighty boys

┗┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┛

◖⸙◗

        THE TEAHOUSE tampak berbeda di abad kedua puluh satu. Tidak, bukan karena pelayannya telah digantikan robot semenjak Nyonya Bache pergi. Tidak juga karena interior antiknya berubah mengusung gaya Inggris modern. Mereka tetap serupa, tapi di bawah naungan atmosfer yang berbeda. Bahkan tempat ini sekarang menyajikan kopi semenjak kebudayaan mengonsumsi kopi tak lagi asing di lidah masyarakat Inggris. Tempat ini pun memiliki tambahan & Cafè setelah kata Teahouse dan mereka menghapus awalan The. Meskipun demikian, pria dengan koper persegi panjang di lantai tak pernah mengubah selera tehnya meski kopi mulai menjajaki daftar terfavorit.

       Pria itu kini memandang beberapa lembar kertas di dalam sebuah stopmap selagi menanti teh pesanannya tiba untuk dicicipi. Ketika ia selesai menumpuk rapi semua kertas dan memasukkannya kembali ke dalam koper, sebuah jurnal dari dalam sana mengganti posisi si stopmap. Tangan menarikan pena itu untuk menulis 28 April 2010. Tak ada perubahan. Masih aku. Masih satu. Ia pun kemudian memelintir pena sekilas selagi pikiran berkelana sesaat.

       Begitu seteko teh dan beberapa kudapan mendarat di atas meja, ia menggumamkan Terima kasih sekilas sebelum mendorong jurnal itu kembali ke dalam koper. Ia sempat menelisik sebuah tas kecil di dalam kopernya yang berisi surat-surat dan catatan seseorang. Ia tak tahu apakah pria itu setuju dan rela apabila mereka di bawah genggamannya, tapi beberapa rahasia di dalam sana selalu menghantui.

       Karena bayang-bayang rahasia yang diketahuinya dalam diam, ia sempat menggelengkan kepala sebelum meletakkan koper kembali ke atas lantai dan menuang teh ke dalam cangkirnya.

       Aliran teh yang cukup tinggi dari bibir teko membuat atensi dia tertuju pada si objek, tapi ketika seorang pria berdiri di hadapan menghalangi beberapa cahaya untuk masuk, ia segera mendongakkan kepala sehingga teh itu terjun bebas dan membasahi meja serta lantai.

       Ia pun gelagapan menegakkan teko, kemudian meletakkannya di atas meja. Sementara tangan itu berlarian mencari kain, hati sedikit bersyukur semua berkas sudah diselamatkan sejak tadi. Pelayan tempat ini pun akhirnya mendorong diri untuk membantu pelanggan yang masih membisu selagi netra berdetak menatap seseorang di hadapan dia.

       Tangan sempat merebut kain sebagai wujud pertanggungjawaban, tapi si pelayan justru berkata, "Tak masalah, Tuan. Biar saya yang membersihkannya."

       Momen mengulap isi teh yang tumpah oleh si pelayan pun dimanfaatkan kedua pria ini untuk saling tatap dalam ketidakpercayaan.

       Hingga pelayan wanita itu selesai membersihkan semua noda meskipun aromanya masih tersisa, pria yang masih berdiri berkata, "Keberatan aku duduk di sampingmu?" Maka pria yang mendongak itu menggeleng pelan dengan tatapan tak percaya.

       Diisilah kursi di sampingnya. Si pria kemudian melepaskan topi dan mengelus lengan kursi itu untuk beberapa saat tanpa menanggalkan senyuman.

Satelliciocis Satellite [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang