EPILOGUE

93 16 105
                                    

┏┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┓

SATELLICIOICIS SATELLITE
epilogue

┗┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┛

◖⸙◗

        SEMALAM, AWAN MENANGIS HEBAT untuk alasan yang tak pasti. Sehingga pagi ini, dedaunan masih berkeringat dingin menanti sang surya membasuh peluh itu. Atmosfer pun mendingin meski sinar surya berhasil menembus kumpulan awan tipis yang menjulurkan leher mereka untuk mengintip kehidupan di Newcastle pada awal musim gugur, tepatnya pada tanggal sembilan september seribu sembilan ratus delapah puluh sembilan.

       Seorang pria yang telah mengenakan kemeja dengan balutan vest pun masih berdiri di hadapan kaca selagi gigi saling bergulat menghancurkan secuil roti di dalam mulut. Ia menarik sebuah sisir dari tempatnya untuk merapikan tatanan rambut yang sudah sempurna. Bahkan pagi ini, ia baru saja membersihkan kumis dan berewok seolah sungguh bersiap untuk sebuah pertemuan istimewa.

        Begitu suara ketukan pintu terdengar, ia segera meletakkan sisirnya dan meneguk habis teh dalam cangkir. Ditariklah gagang pintu itu menampakkan seorang pria dengan sebuket bunga besar yang tampak segar. Ia pun puas menatap buket bunga itu sehingga ditarik buket itu dari tangan pria lainnya yang kemudian ditukar dengan uang.

       Sepasang sepatu yang dikenakan pagi ini menampakkan petir pada kulitnya. Meskipun demikian, mereka sudah disemir mengkilap kemarin sore demi sebuah pertemuan terencana. Setelah menarik jas dan memakainya, ia sempurnakan penampilan itu dengan menyemprotkan parfum sebelum melenggang pergi dengan buket bunga.

       Sekiranya beberapa orang yang melihat dia tampak bertanya-tanya untuk apa pria ini begitu rapi ketika jam baru menunjukkan pukul delapan. Mereka pun sempat membisikkan satu dua prasangka yang merujuk pada wanita lain yang dimiliki si pria. Namun, ia tak pernah memikirkan hal itu. Meskipun langkah terhenti karena seorang gadis yang bertanya, "Untuk apa tampak semengagumkan ini, Papa?" Maka ia pun memutar tubuh untuk bertatapan dengan si gadis. "Kau sungguh akan berkencan di pagi hari seperti ini?"

       Pria itu menampakkan senyuman setinggi angkasa. Tangan pun sempat membelai rambut gadis itu singkat. "Memang aku akan pergi berkencan. Bahkan sudah kusiapkan bunganya. Tapi waktu berkencan yang sesuai justru saat ini, karena suasana yang sejuk kami akan menikmati setiap momen."

       "Bolehkah aku ikut kali ini? Aku juga ingin bertemu dengan wanita itu. Sudah lama aku tak melihatnya."

       Pria itu menggeleng cepat. "Tidak, Sylvia. Kau tak boleh ikut. Ini jam delapan itu artinya ada kelas yang harus kau hadiri. Kelas siapa ini?"

       "Tuan Kennedy," jawabnya tampak lesu. "Aku tak suka Fisika." Ia terkekeh seketika. "Tapi apakah tempat kencan itu masih sama?"

       Louis, pria itu mengangguk mantap. "Ya, karena tak ada tempat lain yang bisa dijadikan tempat kencan kami selain tempat di mana jutaan kisah tinggal. Dan karena kau sudah tahu, sekarang saatnya kau pergi ke kelas sebelum Tuan Kennedy marah."

       "Baiklah. Sampaikan salamku kepada mama."

       Pria itu pun mengangguk selagi menyaksikan putrinya yang sudah tumbuh, berlari menjauh. Maka setelah itu, ia mengambil langkah sebaliknya menuju mobil untuk kelana singkat.

Satelliciocis Satellite [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang