⁴⁴ | is this the price he deserves?

73 15 103
                                    

┏┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┓

SATELLICIOICIS SATELLITE
is this the price he deserves?

┗┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┛

◖⸙◗

       SEMENJAK SEPASANG SEPATU MENYALAMI TANAH DEVON LAGI, drum di balik tulang rusuknya serasa ditabuh begitu keras hingga terowongan itu bergetar hebat. Tak henti-hentinya tangan diangkat hanya untuk memastikan jarum arloji barunya menunjuk angka yang berbeda. Bahkan tubuh itu pun mulai menciptakan irama layaknya acapella.

      Dimulai dari bertemunya salah satu telapak sepatu dengan wajah lantai, kemudian suara-suara tulang jemari tangan bahkan leher yang sengaja dikumandangkan, hingga intonasi deru napas yang berubah-ubah. Namun, selama itu ia berusaha menghibur diri dan kembali menyetujui nurani untuk menerima uluran tangan kemiliteran, pintu ruangan si pengurus Wyverns Barrack belum juga terbuka untuknya.

       Louis tak berpikir ia secara resmi ditendang dari kemiliteran karena ia berhasil menutup mulut selama ini—kecuali ada seseorang yang menulis cerita sebaliknya kemudian membacakannya di depan para petinggi kemiliteran. Prasangka itu mengingatkannya dengan sebaris kata dari puisi Ian pada tahun keenam mereka. Ia jelas tak mampu mengingat kalimat itu dalam Latin. Namun, ia masih mengingat artinya sehingga bibir itu menggumamkan, "Kebohongan realistis lebih bisa dipercaya daripada kebenaran imajiner."

       Hampir tenggelam dalam prasangka lainnya dan mulai berspekulasi di luar nalar, hal itu tak terwujud karena pintu yang semula tertutup, kini dibuka dengan izin si pemilik ruangan. Kini Louis dihadapkan dengan pria yang sama seperti tiga bulan lalu. Bedanya, ia tampak terhibur dengan kehadiran Louis hari ini. Berbeda dengan terakhir kali mereka bertemu di mana emosi pria itu nyaris meledak layaknya gunung berapi.

       Tata krama akan dipertanyakan apabila Louis tak memberikan hormat, tapi komandannya justru menampakkan senyuman tanpa meminta Louis menurunkan tangan. Hingga seperkian detik dibuang percuma, ia terkekeh dan memerintahkan hal yang Louis harapkan.

       "Bagaimana kabarmu, Wistletone?" adalah kalimat pertama yang dilontarkan oleh pria itu. Meskipun agak aneh mendapatkan sambutan hangat seperti ini, Louis masih berusaha mensyukuri itu sehingga ia mengangguk singkat.

       "Baik. Bagaimana denganmu, Pak?"

       Pria itu pun melakukan hal serupa sebelum mengulurkan lengannya. Sepasang iris Louis ditumbuhi tanda tanya selagi mereka bergeser dari telapak tangan Komandan Milner ke sepasang bola matanya. Kedua alis Louis berakhir terangkat kebingungan sehingga pria itu terkekeh singkat. "Kau tak ingin menjabat tanganku?"

       Alis yang terangkat kini mengukir pertanyaan. "T-tapi untuk apa, Pak?"

       Kekehan itu sungguh mempermainkan Louis. Akankah pria ini mencoba menendangnya dengan cara yang menyenangkan? Rasanya makna itu berbanding terbalik dalam sudut pandang Louis.

       "Untuk pernikahanmu!" jawabnya antusias yang mana membuat Louis melebarkan sepasang samudera sementara tangan milik Komandan Milner belum juga dijabatnya. Maka pria itu mengayun tangan untuk menghapus rasa tak dihargai yang sempat tumbuh dalam benak.

       "Apa kau berpikir kemiliteran tak akan tahu soal pernikahanmu hanya karena kau mengundang sedikit tamu? Ayolah, kau seorang Wistletone. Mudah bagi kami mengetahuinya."

       "Tapi itu tak wajar," gumamnya, tapi Komandan Milner mampu mendengar itu dengan jelas. "Maksudku bukan keluargaku yang seharusnya menjadi pusat perhatian tetapi keluarga kakekku."

Satelliciocis Satellite [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang