⁵² | nothing better; limbo or earth, life or death

64 14 113
                                    

┏┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┓

SATELLICIOICIS SATELLITE
nothing better; limbo or earth, life or death

┗┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┛

◖⸙◗

         BERLARIAN SUDAH JIWANYA MENCARI JALAN KELUAR. Namun, tak satu pun cahaya yang dikejar bersedia mendekat ataupun berhenti menghindar. Tubuhnya yang mencetak tulang-tulang renta itu berlari menelusuri hutan maupun menerjang ombak lautan, tak ia ketahui pasti rasanya. Tapi napas tersengal-sengal serta diremasnya paru-paru untuk mengucurkan setiap tetes oksigen sungguhlah derita tak tertahankan.

       Pernah tangannya melawan, mencoba menggapai uluran tangan awan, sayangnya petir justru menyentil ujung jemarinya sehingga terdorong pula tubuh itu makin ke dalam. Sementara itu, lautan tampak kelaparan sehingga cairan asam di lambungnya pun meronta mengunyah tubuh serta harapan dalam hati. Ia pun telah lupa cara berdoa, meski sekelibat pohon tercetak pada iris netra dia.

       Dinginnya cengkeraman laut tak lagi dirasakan. Basahnya pakaian sudah lenyap dibiaskan sinar. Maka kepala pun bisa terdongak menatap rambut lebat sebuah pohon dengan puluhan sulur kuat menggantung. Jikalau disatukan dua pasang sulur itu, maka ia bisa berayun di sana. Namun, alih-alih menyatukannya, hampir menyentuhnya pun si sulur seketika mencekik lehernya dan sulur-sulur yang lain mulai terbangun melilit seluruh tubuh. Hingga kepasrahan dalam dunia orang mati pun membuatnya berpikir bahwa kematian jauh lebih baik.

       Sungguh harapan yang memalukan bagi Tuhan. Mencoba mengingatkan soal harapan, tapi kembali disentak keluar. Maka sulur yang melilit leher makin kuat pun berhasil membuat sepasang netra dia memelotot memaksa keluar. Ketika pasang netra itu sungguh-sungguh memelotot, Tuhan menunjukkannya jalan pulang melalui harapan.

       Kelopak netra yang sayup-sayup terbuka mengizinkan iris itu menangkap sesuatu di hadapannya. Tampak seperti seorang wanita dan tangannya spontan menggenggam lengan si wanita yang seketika terkejut. Bahkan pekikan kecil sempat terlontar dari bibir dia. Sempat Louis berkata, "Emma!" Namun, ketika kelopak itu telah tersibak sepenuhnya, bukan wajah Emma yang ditemukan, melainkan gadis muda yang kemungkinan lebih muda dari Virginia. Ia terbalut pakaian biarawati dengan penutup kepala putih dan kalung salib serupa dengan milik dia tergantung di depan dada.

       Mengetahui kebenaran yang ada, genggaman tangan itu mengendur sebelum ditarik menjauh perlahan-lahan. Wajah ketakutan si gadis yang seolah dicengkeram pedofil pun hilang sudah. Maka Louis terdiam sekilas selagi mengingat kejadian yang entah bagaimana bisa membawanya kemari.

       Ketika si gadis baru saja mengambil kapas untuk mengulap darah dari bekas suntikan infus, ia segera bertanya, "Di mana yang lainnya?"

       Gadis itu kemudian mengerutkan sepasang alis. "Yang lain siapa, Tuan?" Jawaban itu cukup membuat jantung Louis berdebar hebat sehingga darah mengalir lebih deras dan si gadis harus menarik kapas lainnya.

       "Lainnya! Kau pasti tahu aku memakai seragam tentara, bukan?! Dan tentara tak akan bekerja seorang diri!" Jawaban dalam nada tinggi itu membuat si gadis terburu-buru mengulap darahnya selagi menggeleng berulang kali.

       "Kau punya telinga dan mulut, bukan?! Aku tahu kau mendengar. Maka jawablah aku!" Ia mengakhirinya dengan menepis tangan cepat dari aksi si gadis yang mencoba menghapus darah yang tak bersedia berhenti.

Satelliciocis Satellite [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang