⁵⁹ | the new castle's epigraph carves a new story

45 13 101
                                    

┏┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┓

SATELLICIOICIS SATELLITE
the new castle's epigraph carves a new story

┗┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┛

◖⸙◗

         SEMENJAK DIRENGKUHNYA ketidakberdayaan Emma dalam genggaman Louis, kemudian janji untuk tak membiarkannya pergi dengan cara tak terhormat diikat melalui tiap tetes darah, dan berakhir dengan mencoba mewarnai biru yang kelabu menjadi warna lain yang lebih pantas menghiasi, saat itulah tak ada embun di balik pagar di netra yang menetes hanya untuk menenggelamkan diri ke lautan masa lalu. Kemungkinan lembaran buku dengan kertas kekuningan yang ternodai isakan pun, akan segera di balik halamannya hanya untuk melukiskan sesuatu selain lara. Maka kisah yang sedang diperjuangkan untuk terwujud, dimulai dari langkah menarik gagang telepon sebelum menyapa seseorang di seberang sana.

       Tarikan sudut bibir yang khas tak akan terukir di wajah lain. Hanya ada satu dan itu miliknya yang telah lama direnggut kenyataan. Namun, kemayaan yang dibangun mencoba diruntuhkan sehingga tak ada lagi topeng yang harus dipakai seperti sepanjang malam di Venezia pada bulan Februari. Ia pun, si pemilik tarikan sudut bibir yang khas berkata, "Baiklah, Pap. Nantikan kunjunganku ke Newcastle. Emma dan Sylvia siap bertemu denganmu." Yang pria di seberang berikan sebagai respons adalah sebuah senyuman beserta anggukan kasatmata.

       Tak harus dipertanyakan kebenaran ketika kalimat menghibur itu menjelajahi sambungan telepon hingga tiba di Newcastle. Buktinya, pria yang menjadi alasan tersampaikan pesan itu sudah berdiri di atas tanah yang sama seperti empat atau enam atau tujuh atau justru dua puluh tujuh tahun lalu. Tak ada yang berbeda darinya ketika mendorong diri melewati pintu bersayap dua yang telah menyaksikan dia berulang kali melangkah dengan berbagai emosi menemani. Namun, begitu Anthony menarik diri dan mengakhiri pelukannya, ia tahu pria ini telah mengubur separo dirinya sedalam enam kaki di bawah tanah.

       "Sir Louis Wistletone." Louis terkekeh mendengarnya. "Tidakkah kau seharusnya melenggang masuk dari arah pintu itu dan berkata," pria itu berdehem sekali sebelum melanjutkan, "Sir Louis Wistletone! Ini Sir! Panggil aku Sir Louis Wistletone bukan Louie!" Bahkan suaranya pun mencoba menciptakan irama serupa seperti yang biasa Louis kumandangkan.

 "Tidakkah kau seharusnya melenggang masuk dari arah pintu itu dan berkata," pria itu berdehem sekali sebelum melanjutkan, "Sir Louis Wistletone! Ini Sir! Panggil aku Sir Louis Wistletone bukan Louie!" Bahkan suaranya pun mencoba menciptakan irama...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       "Ayolah, Anth, tak ada yang harus dibanggakan jika kau mendapat gelar itu di balik kesengsaraan—maksudku kematian orang lain." Anthony yang sempat mendeklarkan tawa pun meredam emosi itu seketika. "Jika aku harus menukar gelar itu dengan nyawa mereka, maka akan kulakukan. Gelar bisa didapatkan dengan cara lain, tapi nyawa yang sudah Tuhan ambil tak akan dikembalikan."

       Itulah mengapa Anthony mengetahui pria ini telah mengubur separo dirinya, sebab seorang Louis Wistletone yang ia kenal tak akan mengatakan kalimat yang sedemikian rupa terdengar seperti sang ayah.

Satelliciocis Satellite [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang