⁶² | two roads diverge: she's with purgatory, he's with the cowardy

50 13 93
                                    

┏┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┓

SATELLICIOICIS SATELLITE
two roads diverge: she's with purgatory, he's with the cowardy

┗┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┛

◖⸙◗

         SEPASANG IRIS LOUIS BERDETAK menyaksikan seseorang tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia pun mendorong kaki itu cepat menuju seorang wanita yang terbaring lemah di atas ubin yang sangat terawat. Begitu si wanita sudah dalam jangkauan, diangkatlah kepala itu mencoba membawanya kembali ke kehidupan. Tubuh pun sempat diguncang berkali-kali sementara jantung Louis sudah diramaikan ketakutan.

       "Emma!" pekiknya cukup keras selagi tangan menampar pelan pipinya. Namun, wanita itu tak membuka netra. Tubuhnya pun tampak tak bergerak sama sekali. Meski itu gerakan alamiah untuk menunjukkan bekerjanya pernapasan pun, hal itu tak mampu Louis lihat. Sementara sepanjang pipi hingga dagu menampakkan jejak tangisan yang kentara sekali belum sempat dihapus.

       Ketika Louis mendorong telunjuk mencoba menemukan deru napas meluncur dari lubang hidungnya, hal itu tak dapat dirasakan. Digeletakkan lagi wanita itu di atas ubin, denyut nadi maupun jantung tak lagi bergejolak seolah tubuh itu sudah kehilangan segala hal yang menyinggung kehidupan—termasuk nyawa.

       Embun kembali muncul di balik pelupuk netra Louis ketika tangan terangkat untuk menutupi mulut yang masih tak memercayai takdir bisa dikendalikan seseorang, tapi untuk hal tanpa martabat. Tubuhnya pun sempat terdorong lemas ke belakang sehingga punggung tak terhindarkan menabrak tembok.

       Ia meronta di balik isakan selagi bibir dengan getir berkata, "Apa yang kau lakukan, Emma?!" Suaranya terdengar begitu serak seolah kerongkongan dalam keadaan tak bersih.

       Ia meronta di balik isakan selagi bibir dengan getir berkata, "Apa yang kau lakukan, Emma?!" Suaranya terdengar begitu serak seolah kerongkongan dalam keadaan tak bersih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       Kepala tertunduk sesaat ketika embun itu tak bersedia berhenti mengalir layaknya sungai. Wajah pun sempat disembunyikan di balik sepasang lutut. Namun, ketika ia membuka netra, tepat di samping terbaringnya tubuh Emma tanpa nyawa, dapat ia saksikan sebuah apel sudah tergigit sebagian, berdiri menatapnya. Kemudian di samping apel itu ada sebuah cangkir beserta tatakan yang berwarna putih bersih tanpa noda. Sementara beberapa centi ke bawah, ada sebuah buku yang tak begitu besar terbuka, sebab pena meniduri halamannya.

       Kaki pun dipaksa bangkit meski kesedihan sempat merangkulnya erat untuk tak lagi menyimpan harapan. Ketika tubuh sungguh berada di sisi meja dan kursi kecil di samping jendela, ia mengenali buku yang sedang Emma baca—kemungkinan sebelum keputusannya untuk pergi. Telunjuk menekan sedikit halaman pada buku yang dicegah untuk berganti oleh si pena. Ia bergumam, "Purgatorium."

Satelliciocis Satellite [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang