4. Bandara Incheon

3.6K 576 21
                                    

Setelah mendengar kabar hilang kontak pesawat itu, Haechan terus menangis di kamarnya, dia tidak mau menunjukkan sisi lemahnya di hadapan orang tuanya yang sedang berduka.

Kedua orang tuanya kini sibuk bolak-balik ke suatu tempat untuk mencari kejelasan tentang Renjun, Haechan tidak tahu di mana itu, pikirannya terlalu kalut untuk sekadar bertanya.

Dan malam itu, Haechan sendirian di rumahnya, dengan ditemani kesedihan dan duka.

Jam menunjukkan pukul dua belas tengah malam, Haechan tidak bisa tidur. Matanya sembab karena menangis, dia meringkuk di balik selimut, wajahnya ia tutupi dengan selimut, berusaha menyembunyikan kesedihannya.

Haechan pernah mengatakan kalau dia membenci Renjun, tapi demi Tuhan, Haechan tidak pernah berharap sesuatu yang buruk pada Renjun. Mau semenyebalkan apapun manusia bernama Huang Renjun, Haechan tetap tidak ingin Renjun terluka.

Haechan membuka mata, mencari ponsel dan membuka room chat-nya dengan Renjun.

Injun

Renjun-ah, kau baik-baik saja kan?

Mama daritadi menangisimu tahu, kalau kau sayang mamamu, lebih baik kau segera kembali.

Pesan Haechan terkirim, tetapi tidak ada tanda-tanda pesan dibaca ataupun diterima, yang mana menandakan ponsel Renjun tidak aktif.

Haechan mencoba menghubungi Renjun. Ia menunggu selama beberapa menit, tetapi bukan suara Renjun yang menyahut, melainkan suara operator yang mengatakan kalau nomer yang Haechan hubungi tidak aktif.

Haechan meremas ponselnya, ia hendak melempar ponselnya itu kalau saja tidak ada panggilan video dari papanya.

Tanpa pikir panjang, Haechan segera menolak panggilan video dari Johnny. Dia hanya tidak ingin orang lain tahu tentang sisi rapuhnya.

Selang beberapa detik, panggilan suara datang dari Wendy. Haechan menolak panggilan itu.

Dia ingin sendirian sekarang.

Ponsel Haechan berbunyi lagi, kali ini pesan dari papanya.

Papa

Haechan segera tidur ya, maaf sampai besok Papa sama Mama nggak pulang dulu, kami cari Renjun dulu.

Haechan besok jangan lupa sekolah.

We love you, Son.

Iya, Pa.

Haechan hanya membalas singkat pesan papanya, tidak seperti biasanya, dan papanya jelas tahu kalau Haechan memiliki masalah.

Dan benar saja, papanya mengirimkan pesan lagi. Ia menanyakan keadaan Haechan, tetapi pemuda itu tidak menjawab.

Haechan meletakkan ponselnya di bawah bantal, lantas ia menutup mata, mencoba untuk tidur. Sedangkan air matanya keluar tanpa bisa ia cegah.

Haechan sudah merasakan kehilangan seseorang yang dia sayang, dia pernah kehilangan ibu kandungnya. Dan Haechan tidak ingin kehilangan saudaranya.

***

Walau Haechan rasanya hanya ingin di rumah dan tidak sekolah, tetapi ia tetap memaksakan diri untuk datang ke sekolah. Haechan memang bandel, tetapi dia tidak pernah membantah orang tuanya.

"Kau habis menangis Haechan?" tanya Jaemin yang tiba-tiba duduk di bangku depan Haechan.

Jaemin memandang wajah Haechan, sedangkan Haechan malah membalas tatapan mata Jaemin.

Dear My Stepbrother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang