Haechan menghela napas lega saat dia sudah duduk manis di kursi stasiun. Awalnya, Haechan benar-benar berniat kabur ke Jeju, bahkan dia sudah memesan tiketnya.
Nyatanya Haechan hanya duduk diam bahkan saat kereta terakhir lewat. Ia mengurungkan niatnya saat teringat wajah Renjun yang menatapnya penuh khawatir.
Kalau ia meninggalkan Renjun sendirian di sini, Renjun pasti akan sangat kesulitan, apalagi Renjun bukan asli orang Korea dan belum terlalu mengenal Seoul. Haechan jadi teringat kejadian saat Renjun panik sekali karena tersesat di sekolah waktu itu. Bagaimana jadinya jika Renjun tersesat di kota ini?
Haechan menatap ke arah depan dengan pandangan kosong, sedangkan tangannya mengambil roti di kantung kertas dan ia mulai memakannya.
Pikirannya melayang ke mana-mana. Ia mulai memikirkan tentang Jaemin yang merupakan sahabatnya, juga tentang Renjun, kakak tirinya yang entah karena alasan apa ia enggan diajak berdamai.
Haechan meremas bungkus roti tadi, dan membuang ke tempat sampah yang ada di sampingnya. Ia menghela napas sekali lagi.
Pemuda itu menunduk, dia mengeluarkan kalung di balik kausnya dan memandang gandul berwarna silver yang berbentuk melodi kunci G itu.
"Apa Renjun masih marah karena masalah kalung?" gumam Haechan.
Haechan tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan. Mencoba berbicara baik-baik dengan Renjun, tetapi gagal. Membeli kalung baru untuk Renjun dan dibuat sama persis, Renjun tentu saja menolak, ia bilang dia hanya mau kalung dari papanya langsung, Park Chanyeol.
Apa Haechan harus menemui Park Chanyeol dulu di surga dan meminta kalung yang sama?
Haechan merengek kecil. "Mama, aku harus cari ganti kalung seperti itu di mana?"
Haechan menoleh sekilas saat melihat seorang pria duduk di sebelahnya. Dia sepertinya bukan orang Korea. Mungkin pria itu menunggu kereta datang.
Haechan terdiam. Bukankah kereta terakhir sudah lewat beberapa menit lalu? Dan kenapa pria itu ada di sini?
Pria itu melihat wajah Haechan yang khawatir, kemudian matanya turun ke leher Haechan dan melihat kalung yang Haechan kenakan. Pria itu melototkan mata dan menutup mulutnya dengan tangan.
"Permisi, Nak."
"Ya? Ada yang bisa saya bantu?" Haechan menoleh dan bertanya dengan ramah.
"Saya orang asing dan belum mengerti daerah sini, bisa minta tolong beri tahu saya di mana tempat ini?" Pria itu menyodorkan sebuah lembar kertas yang berisi alamat. "Ponsel saya kehabisan baterai."
Haechan membaca alamat yang ada di kertas itu, keningnya lantas berkerut saat tahu kalau alamat yang dimaksud adalah rumahnya. Kenapa orang asing itu ingin ke rumahnya? Apa dia saudara Renjun yang datang dari Cina?
"Maaf, Pak. Saya tidak tahu tempat ini, saya dari Jeju dan sedang berlibur ke rumah saudara saya di Seoul." Haechan mengembalikan kertas itu dan tersenyum.
"Oh, tidak apa-apa, Nak."
Pria itu mengeluarkan foto dari saku jasnya dan menunjukkan ke Haechan. "Apa kamu kenal anak ini?"
Haechan membulatkan mata saat melihat foto Renjun yang ada di sana. "Renjun?"
"Ah, sudah kuduga kautahu. Saya ini saudaranya Huang Renjun yang dari Cina, katanya dia pindah ke Seoul, jadi saya mau mencarinya," ujar pria itu.
Haechan meremas foto Renjun, ia lantas tersenyum miring. "Mau menipuku, Pak? Walau Renjun berkewarganegaraan Cina, ia sama sekali tidak tidak punya darah Cina dari leluhurnya, jadi bagaimana bisa dia punya saudara dari Cina?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Stepbrother [END]
FanfictionMempunyai saudara tiri, laki-laki, seumuran, emosian dan menyebalkan adalah salah satu dari banyaknya hal yang Haechan benci. "Aku tidak suka saudara tiri sepertimu, Huang Renjun!" "Menurutmu aku juga suka saudara tiri sepertimu?" |Bagian dari DREAM...