Mark memandang wajah Haechan yang masih betah dengan tidur panjangnya. Pemuda itu menghela napas panjang, lantas ia mengacak-acak rambutnya karena frustasi.
Wendy dan Johnny masih perjalanan menuju Seoul, sedangkan teman-teman Haechan membantu mencari Renjun yang mungkin saja menginap di rumah salah satu teman mereka. Dan Mark tadi sudah meminta bantuan polisi.
"Katanya hari ini kau minta ditemani untuk bertemu Renjun dan meminta maaf, tapi kenapa kau malah begini, Haechan?" Mark memandang wajah Haechan, mengajaknya bicara seakan-akan Haechan sudah bangun.
"Kalau begini, kapan kalian bisa baikan? Kalian sekarang sama-sama menghilang. Kau hilang kesadaran dan Renjun juga ikut-ikutan hilang orangnya."
Lagi-lagi helaan napas lelah terdengar dari Mark.
"Aku tahu kau memang sulit dibangunkan saat sudah tertidur, Haechan. Tapi sekali ini saja, kau coba bangun. Orang tuamu sebentar lagi datang, Haechan, katanya kau merindukan papamu."
Mata Haechan masih terpejam bahkan setelah Mark bicara panjang lebar, padahal dia paling malas kalau berbicara terlalu banyak, apalagi dengan Haechan, karena dia itu orangnya menyebalkan.
Di kamar inap Haechan terasa sunyi setelah Mark memutuskan untuk diam, di sana hanya terdengar suara elektrokardiograf dan suara detak jarum jam.
Mark memijit pangkal hidungnya. Dia sama sekali tidak mempunyai petunjuk tentang keberadaan Renjun, ia hilang terlalu tiba-tiba.
Apa mungkin Renjun diculik?
Karena Mark yakin, Renjun tidak mungkin kabur dari masalah ini. Renjun sangat menyayangi Haechan walau dia tidak pernah menunjukkannya, hal itu terbukti dari kekhawatiran Renjun saat mendengar kecelakaan Haechan.
"Hyung, jaga Haechan selama aku pergi ya?"
Ucapan Renjun kembali terngiang di benak Mark. Jadi, ini maksud Renjun?
Dan Mark berusaha menyanggupi janji itu pada Renjun untuk menjaga Haechan. Karena itulah dia tidak ikut Jeno dan lainnya untuk mencari Renjun. Karena ia sudah berjanji pada Renjun untuk menjaga Haechan selagi Renjun pergi.
***
Wendy dan Johnny tiba di Seoul sekitar pukul empat sore, setelah mereka mampir ke rumah---hanya untuk menaruh koper, mereka langsung menuju rumah sakit. Dan di sinilah mereka sekarang, di ruangan Haechan bersama Mark.
Wendy menangis tidak karuan, dia bahkan tidak bisa menahan tubuhnya agar tetap berdiri sehingga Johnny menyuruhnya duduk dan menenangkan istrinya itu. Johnny mendekap Wendy sembari mendengar cerita Mark tentang kecelakaan Haechan dan penyakit yang Haechan derita pasca kecelakaan.
"Kata dokter, kemungkinan kecil Haechan bisa sadar." Mark mengakhiri penjelasannya.
Johnny semakin memeluk erat Wendy saat wanita itu semakin terisak.
"Haechan anak yang kuat, dia pasti bisa kembali pada kita. Haechan tidak akan meninggalkan kita, dia sayang sama kita." Johnny menghapus air matanya yang baru saja keluar, dia harus kuat di hadapan keluarganya. Kepala keluarga tidak boleh lemah.
"Lalu Renjun?" tanya Wendy.
"Maaf, Tante. Aku tidak bisa menjaganya, dia menghilang tadi pagi saat perjalanan ke rumah sakit, ponselnya mati dan aku sudah lapor ke polisi," jawab Mark.
Wendy mengepalkan tangannya, dia hanya takut pemikiran terburuknya terbukti benar.
"Kalau begitu aku pamit pulang dulu, dicariin Mama, nanti aku ke sini lagi," ujar Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Stepbrother [END]
FanfictionMempunyai saudara tiri, laki-laki, seumuran, emosian dan menyebalkan adalah salah satu dari banyaknya hal yang Haechan benci. "Aku tidak suka saudara tiri sepertimu, Huang Renjun!" "Menurutmu aku juga suka saudara tiri sepertimu?" |Bagian dari DREAM...