49. First Snow

1.9K 285 36
                                    

Injun ❤️

Di tempat biasa.
06.59 AM

Apanya?
07.00 AM

Haechan mengerutkan kening. Tidak ada angin tidak ada hujan Renjun tiba-tiba mengiriminya sebuah pesan singkat dan tidak jelas.

Haechan berdecak kesal saat Renjun tidak membalas pesannya, dia hanya membacanya.

"Dasar, kakaknya siapa sih?" gumamnya.

Renjun memperhatikan jam dinding. Jarum pendek mengarah ke angka tujuh dengan jarum panjang mengarah ke angka satu.

"Eh, bukankah ulang tahunku dan Renjun sudah terlewati gara-gara kita koma? Bagaimana kalau aku membelikan Renjun hadiah?"

Pemuda itu lantas berdiri, dan berlari mencari Mama yang ada di dapur. "Mama!"

"Jangan teriak-teriak Haechan!" sahut Mama dari dapur.

Haechan cengengesan saat tiba di dapur. "Mama juga teriak gitu."

"Mama kan menasehati Haechan," kata Mama.

"Aku kan juga kan cuma memanggil Mama, bukan teriak," balas Haechan, tidak mau kalah. "Ah, sudahlah, Ma. Aku mau tanya sesuatu, Renjun suka apa, Ma? Aku mau beli sesuatu untuknya."

"Hadiah?" tanya Mama yang dibalas anggukan oleh Haechan.

"Renjun kan suka melukis, jadi---"

"Ah, melukis! Kalau begitu aku keluar dulu, Ma! Sampai nanti Mama sayang." Haechan segera melesat keluar.

"Haechan!"

"I love you, Mom," balas Haechan dari ruang tengah agar dia tidak dimarahi lagi.

***

Setelah membeli beberapa cat air dan kuas yang biasa dipakai Renjun, entah mengapa Haechan ingin mengunjungi sungai Han.

Sebenarnya bukan tanpa alasan, dia mendapat pesan dari Renjun kalau dia disuruh ke sana.

Dengan tangan memegang kantung kertas yang berisi hadiah untuk Renjun, Haechan menatap hamparan air yang ada di depannya. Terlihat begitu menenangkan, walau udara semakin dingin.

"Kapan Renjun ke Korea ya?" gumam Haechan.

Pemuda itu menghela napas lelah seakan-akan semua beban dunia ia tanggung di pundaknya.

Haechan merasakan sesuatu yang dingin dan ringan jatuh di atas hidungnya. Pemuda itu lantas mendongak dan di atas langit banyak sekali debu berwarna putih berjatuhan.

Matanya melotot. Itu bukan debu, melainkan salju!

Haechan menjulurkan tangannya dan beberapa serpihan salju turun di tangannya.

"First snow!" seru Haechan kegirangan.

"Tapi ... Renjun masih di Cina," kata Haechan dengan nada penyesalan yang kentara sekali.

Haechan merogoh ponsel yang ada di jaketnya. Ia memutuskan untuk menelepon Renjun.

Suara nada dering familiar terdengar dari belakang setelah beberapa detik Haechan menempelkan ponsel di telinga. Pemuda itu refleks menoleh ke belakang, dia terdiam di tempat sampai-sampai panggilannya tersambung.

"Renjun?" gumam Haechan, dia meletakkan kantung belanjanya dan berlari ke orang yang kini ada di depannya.

"Ya, ini aku," balas Renjun disertai senyuman.

Greep!

Haechan memeluk Renjun dengan erat, begitu pula dengan Renjun. Mereka tetap berada di posisi itu sampai beberapa menit untuk melepaskan rindu, sedangkan mata Haechan sudah memerah.

Dear My Stepbrother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang