Haechan terbangun pukul enam pagi karena ingin ke kamar mandi. Dia langsung melesat keluar kamar dan berlari kecil menuju kamar mandi yang ada di lantai dua.
Sesampainya di depan kamar mandi, Haechan menggerutu karena ada seseorang yang memakai kamar mandi. Dia mengetuk pintu kamar mandi.
"Siapa yang ada di dalam? Bisa cepat sedikit?" tanya Haechan.
Tidak ada balasan dari dalam, yang ada hanya suara percikan air dan samar-samar suara seseorang bernyanyi dengan nada lirih dari dalam, yang mana membuat Haechan merinding.
Haechan berpikir sejenak. Di lantai dua hanya di tempati dirinya dan Renjun, sedangkan Papa Mama tinggal di lantai satu. Dan tidak mungkin orang tuanya menggunakan kamar mandi lantai dua karena mereka terlalu malas untuk naik.
"Renjun! Kau kah itu?" tanya Haechan, ia sedikit berteriak dan mengetuk pintu lebih keras.
Pintu kamar mandi sedikit terbuka, lantas tiba-tiba Renjun memunculkan kepalanya yang masih penuh dengan busa, membuat Haechan terkejut setengah mati.
"Astaga! Kau mengejutkanku!" seru Haechan.
Haechan pagi ini lebih mudah merasa terkejut karena semalam habis nonton film horor dan sekarang Haechan sedikit parno. Lain kali Haechan tidak akan nonton film horor lagi.
"Kenapa?" tanya Renjun.
"Mandinya cepetan, aku kebelet, jangan malah konser di kamar mandi," jawab Haechan kesal.
"Pakai kamar mandi lain aja, aku mau lama-lama di sini," ujar Renjun lantas membanting pintu.
Haechan berdecak kesal. Renjun itu suka sekali membanting pintu, dia kira mudah apa memperbaiki kerusakan engsel pintu?
Dengan berat hati Haechan turun menuju lantai satu, masih dengan mengomel tentunya. Dia segera menuju kamar mandi dan menyelesaikan urusannya.
Selesai dengan urusan kamar mandi, Haechan melihat jam dinding, pukul enam lebih sepuluh menit.
"Mandinya nanti saja, sekolahnya masih jam delapan," gumam Haechan lantas kembali ke lantai dua.
Renjun sudah keluar kamar mandi, dia sekarang sibuk bergolek ria di depan cermin dekat kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang melingkari tubuhnya.
"Jam segini udah mandi, emang mau ke mana?" tanya Haechan.
"Ya mau sekolah lah, emang kau jam setengah delapan baru mandi, nanti terlambat," jawab Renjun, ia menatap Haechan dari pantulan cermin.
"Aku orangnya santai, yang penting kan sama-sama sampai di sekolah," ujar Haechan lantas menguap. "Dah lah aku mau lanjut tidur, bosen kalau di sini terus."
Renjun hanya bergumam sebagai jawaban, ia masih fokus menata rambutnya yang basah. Tiba-tiba pemikiran jahil terbesit di kepala Haechan, ia tersenyum miring dan mendekati Renjun.
Haechan menarik handuk yang melilit di pinggang Renjun hingga melorot, lantas dia kabur, yang mana membuat Renjun marah besar.
"Haechan! Kau mau mati? Sini kau!" Renjun mengejar Haechan setelah memakai kembali handuknya.
Haechan tertawa lepas dan berusaha dengan cepat lari menuju kamarnya, lantas dia menutup pintu kamarnya.
Renjun di luar masih marah-marah, dan bahkan dia mulai mengedor-ngedor pintu kamar Haechan.
"Keluar kau, Haechan!"
"Nggak mau!" balas Haechan.
Renjun mendengus, dia bergumam, "Untung saja tadi sudah pakai bokser."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Stepbrother [END]
FanfictionMempunyai saudara tiri, laki-laki, seumuran, emosian dan menyebalkan adalah salah satu dari banyaknya hal yang Haechan benci. "Aku tidak suka saudara tiri sepertimu, Huang Renjun!" "Menurutmu aku juga suka saudara tiri sepertimu?" |Bagian dari DREAM...