Sudah seminggu lebih sejak kepergian Haechan dan Renjun. Wendy kini berada di Canada untuk healing agar ia tidak terlalu terpuruk di Korea.
Lalu Johnny masih berada di Korea, kadang sesekali datang ke Cina untuk mengurus perusahaan Wendy. Selain untuk mengurus perusahaannya yang juga ada di Korea, Johnny dibantu Baekhyun sibuk mengurus persidangan tentang kasus pembunuhan yang dilakukan Dong Si Cheng.
Ia juga membuka kembali kasus lama tentang kematian istrinya dan juga Park Chanyeol.
Setelah kerja keras dan bantuan banyak pihak, pengacara yang disewa Johnny berhasil memenangkan kasus.
Dong Si Cheng didakwa dengan kasus pembunuhan berantai dengan tiga korban. Hukuman seumur hidup pun diberikan.
Walau begitu, hukuman itu tetap tidak akan mengembalikkan yang sudah tiada. Jadi tidak akan berpengaruh besar bagi Johnny, dia hanya ingin yang bersalah dihukum.
Johnny membungkuk sembilan puluh derajat di depan Baekhyun. Mereka kini berada di bandara Incheon, Baekhyun mengantarkan Johnny yang hendak pergi ke Cina.
"Terima kasih atas bantuanmu selama ini, Hyung."
Baekhyun menepuk pelan bahu Johnny. "Ini sudah kewajibanku membantu kalian, aku juga harus melaksanakan janjiku pada Chanyeol untuk menjaga anak dan istrinya."
Johnny mendekap Baekhyun. "Aku pergi dulu, Hyung. Jaga diri baik-baik."
Baekhyun mengangguk, lantas mereka melepas dekapannya. Baekhyun menatap Johnny, lantas ia tersenyum.
"Baik-baik di Cina, nanti jangan lupa ke Korea untuk mengunjungiku dan anak-anakku."
Johnny mengangguk. "Pasti."
***
Jeno tiba di sekolah pagi-pagi sekali. Dia lagi malas berada di rumah, ingin rasanya Jeno kabur dari rumah, tapi ia tidak mau jadi gembel di jalanan.
Jeno memasuki kelasnya yang tentu saja masih sepi, biasanya Haechan yang mempunyai jabatan ketua kelas akan berangkat lebih pagi. Entah karena memang ada pekerjaan yang harus diurus di sekolah, atau karena dia sedang marahan sama Renjun.
Jeno berdiri di depan bangku depan, bangku yang seharusnya ditempati Jaemin. Dia memandang empat meja yang ada di depannya.
Semua penghuni bangku itu meninggalkannya, hanya Jeno yang tersisa. Berawal dari Jaemin yang pergi, saat itu Jeno tidak terlalu terpuruk karena masih ada Haechan dan Renjun di sisinya, tetapi sekarang mereka juga ikutan pergi.
Mata Jeno memanas.
"Kenapa kalian tidak mengajakku sekalian? Aku juga ingin pergi," gumam Jeno.
Air matanya mulai jatuh, Jeno tidak peduli walaupun nanti ada yang melihatnya menangis, walau selama ini dia berusaha terlihat kuat dan tegas sebagai ketua OSIS, Jeno juga manusia yang berhak menangis.
"Kalian tahu? Kelas sangat sepi tanpa kalian. Aku jadi tidak bersemangat sekolah. Aku ... ingin cepat-cepat menyusul kalian."
Perubahan besar itu sangat Jeno rasakan. Jeno, Renjun, Haechan dan Jaemin yang awalnya bersahabat, kini hanya tinggal Jeno, tentu saja pemuda itu sangat kesepian.
Biasanya setiap pagi, selalu saja terdengar suara Haechan dan Renjun yang bertengkar, lalu suara Jaemin yang kadang-kadang sama gilanya seperti Haechan.
Terkadang di waktu jam kosong mereka mendengarkan curhatan Jaemin tentang pacarnya. Lalu tentang Haechan yang menyukai Somi dan Renjun yang secara tidak sengaja mengatakan kalau dia menyukai Ningning.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Stepbrother [END]
FanfictionMempunyai saudara tiri, laki-laki, seumuran, emosian dan menyebalkan adalah salah satu dari banyaknya hal yang Haechan benci. "Aku tidak suka saudara tiri sepertimu, Huang Renjun!" "Menurutmu aku juga suka saudara tiri sepertimu?" |Bagian dari DREAM...