19. Kepercayaan yang Rusak

2.5K 335 17
                                    

Sudah beberapa hari sejak kejadian Haechan dan Renjun dikejar orang aneh yang kata Haechan mirip kera itu, untung saja orang itu tidak lagi mengejar Renjun maupun Haechan.

Haechan juga hampir setiap hari berdebat dengan Renjun, bukan berdebat serius sampai-sampai menimbulkan benci antara mereka, hanya saja mereka berdebat hal yang tidak penting.

Haechan semakin suka mengganggu Renjun karena kakaknya itu sangat lucu saat marah atau serius.

"Kau itu lucu sekali, Renjun! Seharusnya aku yang jadi kakak, kau yang jadi adikku," ujar Haechan menatap Renjun yang fokus sarapan.

Renjun membenarkan letak kacamatanya, ia memicing. "Sudah kubilang, kau harus lahir tiga bulan lebih awal dariku agar bisa jadi kakak."

"Kalau waktu itu bisa, aku akan teriak waktu di rahim Mama agar segera dikeluarkan," ucap Haechan dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.

Renjun tertawa apalagi saat melihat pipi mengembung Haechan yang bergerak-gerak saat ia mengunyah.

"Setelah sekolah nanti kau ada acara?" tanya Renjun, ia meletakkan sumpit di piringnya, memilih fokus pada Haechan yang kini mendongak dan menatapnya.

"Aku mau main bola, kau harus ikut," jawab Haechan.

Renjun menggeleng. "Aku nggak suka bola, tapi nanti aku akan menemanimu."

Haechan hanya mengangguk.

Renjun terdiam sebentar, lalu dia teringat sesuatu. "Bukannya sepulang sekolah kau ada les matematika?"

Haechan menyengir. "Aku malas ikut, kan aku awalnya ikut les agar tidak terlalu sering melihatmu di rumah, bosen."

"Oh, jadi begitu." Wajah Renjun terlihat sekali jika dia kecewa.

Haechan berdiri, lantas dia memeluk saudaranya itu dari belakang. "Kau sedih ya? Itu kan dulu saat aku membencimu, sekarang kan enggak."

Renjun memutar bola mata, dia mendorong Haechan agar pemuda itu melepaskan pelukannya. "Dan sekarang kau mau bolos les? Aku aduin Papa biar uang jajanmu dipotong."

Haechan mencibir, "Apa-apaan suka ngaduin."

"Biarin, kau juga suka ngadu sama Mama kalau aku pulang telat atau begadang, aku hanya membalas dendam." Renjun lantas tertawa.

"Iya kalau begitu nanti aku nggak bolos les, tapi aku mau main bola sebentar."

Renjun mengangguk, dia lantas berdiri dan menaruh piring kotor di wastafel.

"Haechan sudah selesai makan kan? Sekarang giliranmu cuci piring."

Haechan mengangguk, dia buru-buru menyelesaikan cucian karena takut terlambat sekolah.

Sedangkan Renjun sibuk membuat bekal untuk mereka berdua.

"Sudah selesai?" tanya Renjun setelah beberapa menit mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Haechan mengangguk. "Ayo berangkat sekarang."

***

"Anyeong chingudeul," sapa Haechan pada Jeno dan Jaemin.

"Apa?" tanya Jaemin dingin.

Jeno menggeleng pada Haechan, memberikan kode agar tidak menganggu Jaemin karena anak itu sedang bad mood.

Haechan mendekat pada Jeno dan berbisik, "Kenapa anak itu?"

"Ada masalah dengan keluarganya mungkin," jawab Jeno.

Jaemin lantas keluar kelas dengan wajah kesal, membuat Renjun yang baru datang bertanya-tanya.

"Jaemin kenapa?" tanya Renjun.

Dear My Stepbrother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang