Saat pergantian jam pelajaran, Haechan yang hari ini piket dapat tugas membersihkan papan tulis yang penuh dengan coretan rumus-rumus.
Ia sekilas melihat ke belakang, di meja Renjun sudah banyak dikerumuni teman-temannya, bahkan Jeno terlihat paling bersemangat.
Haechan sengaja melambatkan tugasnya yang biasanya diselesaikan dalam dua menit. Dia hanya malas duduk di bangkunya karena sekarang penuh dengan teman-temannya.
Jaemin menghampiri Haechan, ia menepuk pelan bahu Haechan.
"Nggak kenalan sama anak baru?" Jaemin menunjuk dengan dagunya bangku Renjun.
"Malas," balas Haechan singkat sembari tangannya masih fokus menghapus tulisan di papan.
"Kalau kau ngapusnya per-angka ya lama," ujar Jaemin. "Kenapa? Tumben nggak semangat?"
"Nggak apa-apa, cuma laper," jawab Haechan tanpa menatap Jaemin, takut jika kebohongannya terbongkar.
"Beneran nggak mau kenalan sama anak baru?"
Haechan balik badan. "Iya, nanti, di sana masih ramai."
"Yaudah aku tunggu," balas Jaemin sembari menyandarkan punggung di papan tulis yang sudah bersih.
Haechan memutar bola malas. "Kau itu kenapa sih? Ada masalah sama pacarmu?"
Jaemin hanya mengangguk dan bergumam.
Setelah selesai membersihkan papan tulis, Haechan berjalan menuju bangku Renjun, diikuti Jaemin di sebelahnya. Di sana sudah tidak ada teman-temannya, yang ada hanya Jeno, ia duduk di tempatnya Haechan.
"Annyeonghaseyo, Na Jaemin imnida," ujar Jaemin sembari mengulurkan tangan, lantas Renjun menerima uluran tangan itu, mereka besalaman dan Renjun memperkenalkan diri juga.
"Aku Seo Haechan, senang berkenalan denganmu," ujar Haechan sembari mengulurkan tangan.
Renjun tersenyum. "Aku Huang Renjun, senang berkenalan denganmu juga, Haechan."
Mereka bersalaman. Haechan tersenyum miring, baiklah, sekarang mereka saling memperkenalkan diri layaknya orang baru.
Haechan menarik tangan Renjun dan dia mendekat ke arah Renjun.
"Kita resmi memulai sandiwara," bisik Haechan sepelan mungkin.
"Jangan sampai kau salah mengucapkan naskahmu," balas Renjun.
"Semoga kita berempat bisa berteman baik," ujar Jeno lantas tersenyum.
Mereka balas tersenyum.
Jaemin tiba-tiba menoleh ke belakang, dia mencondongkan badan agar melihat lebih jelas keadaan luar kelas.
"Hei gurunya datang tiga menit lagi," kata Jaemin, beberapa detik kemudian dia sudah duduk manis di bangkunya.
Mereka sudah duduk di bangku masing-masing setelah mendengar perkataan Jaemin.
Haechan menyempatkan membuka ponsel karena merasakan ada getaran di ponselnya.
Injun
Bersandiwaralah dengan profesional, jangan menunjukkan pada teman-temanmu kalau kita saling membenci. Ingat, kita di sekolah berperan seolah-olah baru pertama kali kenalan.
Iya.
Haechan membalas singkat pesan Renjun karena takut gurunya keburu datang. Dan untung saja tepat setelah Haechan memasukkan ponselnya di tas, gurunya tiba.
Haechan menoleh ke belakang. "Hei saat istirahat nanti jangan ke mana-mana, aku sudah janji sama Papa untuk mengajakmu keliling sekolah."
Renjun hanya bergumam sebagai jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Stepbrother [END]
FanfictionMempunyai saudara tiri, laki-laki, seumuran, emosian dan menyebalkan adalah salah satu dari banyaknya hal yang Haechan benci. "Aku tidak suka saudara tiri sepertimu, Huang Renjun!" "Menurutmu aku juga suka saudara tiri sepertimu?" |Bagian dari DREAM...