42. Pergi Untuk Kembali

1.9K 319 47
                                    

Dokter datang ke ruangan rawat inap, memeriksa pasien yang mulai sadar dari komanya empat bulan.

"Selamat Mrs. Wendy, anak Anda sudah melewati masa kritis dan keadaannya akan semakin membaik. Pasien saat ini belum bisa berjalan, ia akan butuh waktu untuk bisa kembali berjalan seperti biasa. Tubuhnya perlu menyesuaikan diri, ototnya perlu bekerja lagi dan untuk penyakit organ dalamnya, kami akan tetap memantau lebih jauh," ujar dokter dengan bahasa Inggris.

"Terima kasih, Dokter."

Dokter lantas keluar ruangan. Wendy buru-buru mengambil ponselnya, ia menelepon suaminya sembari berjalan menghampiri anaknya dan duduk di kursi sebelah ranjang.

Wendy menangis, ia tidak percaya akan apa yang ia lihat. "Halo."

"Kenapa kau menangis, Sayang?" tanya Johnny di seberang sana.

"Pa, anak kita ... dia." Wendy sesenggukan yang mana malah membuat Johnny khawatir setengah mati.

"Anak kita kenapa?" Suara khawatir terdengar jelas.

"Haechan sudah sadar, Pa," jawab Johnny.

"Haechan sudah sadar?! Sekarang kabarnya bagaimana? Aku mau bicara sama Haechan."

Wendy hendak membuka mulutnya, tetapi ia urungkan karena mendengar lenguhan Haechan.

"Nanti saja, ya Papa? Aku mau mengurus Haechan dulu, hati-hati di sana. Aku mencintaimu," ujar Wendy.

"Aku juga mencintaimu, sampaikan salam rinduku pada Haechan."

Tut tut ....

Wendy kini memberikan seluruh perhatiannya pada Haechan. Tubuh pemuda itu sangat lemah, ia kesulitan mengerakkan tubuhnya, hanya jemari yang bisa ia gerakkan.

"Mana yang sakit, Sayang?" tanya Wendy lembut sembari mengelus pelan wajah Haechan, luka-luka di wajah bekas goresan aspal kini mulai menghilang.

Haechan menggeleng lemah, tetapi air matanya menetes dan keningnya mengerut tanda dia menahan sakit.

Wendy menggenggam tangan Haechan. "Terima kasih sudah bertahan, Nak. Terima kasih karena kau mau kembali."

Haechan kembali membuka matanya dan tersenyum di balik masker oksigennya. Sepertinya dia tidak sesakit tadi.

"Ma, Renjun mana?" tanya Haechan dengan suara pelan.

Wendy terdiam, ia tidak mau memberikan berita buruk pada Haechan karena anaknya itu baru saja bangun dari komanya, ia takut terjadi sesuatu pada Haechan.

"Ma, boleh dilepas ya? Aku susah bicara." Haechan menunjuk masker oksigennya.

Wendy membantu melepas masker oksigen Haechan. "Kalau nanti sesak napas bilang Mama ya?"

Haechan mengangguk.

"Aku di mana, Ma? Sudah berapa lama aku tertidur?" tanya Haechan setelah beberapa menit dia terdiam.

"Kita ada di Canada dan Haechan tidur selama empat bulan, Mama rindu sekali sama Haechan, Mama takut kalau Haechan tidak mau bangun lagi. Apa mimpi Haechan terlalu indah sampai-sampai sulit bangun?"

Haechan menggeleng, air matanya yang sedari tadi berkumpul di pelupuk mata meluber. "Aku bermimpi melihat Renjun yang penuh darah dan tidak sadarkan diri. Aku takut Renjun pergi ninggalin aku, Ma."

Wendy lagi-lagi hanya bisa diam mendengar cerita Haechan. Ia mengelus pelan rambut Haechan dan menatap anaknya itu.

"Renjun sama Jaemin juga ngajakin Haechan pergi ke suatu tempat, katanya tempatnya bagus, di sana Haechan bisa bertemu sama mama kandung Haechan, tapi Haechan nggak mau, Ma. Jadi Renjun yang pergi sendirian," kata Haechan.

Dear My Stepbrother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang