12. Tentang Nyawa

3.7K 463 21
                                    

Datang silih berganti
Lantas, satu per satu mulai pergi
Dan yang tersisa hanya sendiri dan sepi

Seperti senja yang memabukkan
Laksana pelangi yang khayali
Bagai melodi yang mempesona

Yang ada akan hilang
Yang bersama akan sendiri meraup sepi
Yang datang akan kembali

💚💚💚

Renjun membanting pintu dengan amarah yang sudah menumpuk, ia bahkan belum sempat masuk ke rumah.

Pemuda itu berlari ke jalan raya, lantas mencegat taksi yang kebetulan sedang tidak ada penumpang.

Dengan tergesa-gesa Renjun masuk taksi dan mengatakan tujuannya pada sopir.

Tangan pemuda itu mengepal hingga buku-buku tangannya terlihat, rahangnya mengeras, keringat menetes dari dahinya walapun AC di mobil menyala.

Wajah khawatir dan emosi bercampur jadi satu.

"Awas saja kalau Haechan sampai kenapa-kenapa, aku nggak akan memaafkan mereka," gertak Renjun.

"Ahjussi, apa ke sungai Han membutuhkan waktu begitu lama?"

Sifat ketidak sabaran Renjun kali ini tampak jelas hingga membuat supir taksi kesal.

"Nak, kalau kau ingin cepat sampai ke sana, jangan naik taksi, naik jet pribadi saja," balas supir itu.

Renjun mendegus kesal, bukan hanya karena jawaban supir itu, tetapi juga karena keadaan jalan yang macet.

***

Haechan menghela napas lega setelah les tambahan matematikanya berakhir. Ia keluar dari ruangan dengan hati bahagia.

Pelajaran matematika seharusnya tidak menakutkan jika kau menyukai dan bisa di pelajaran itu, seperti Haechan misalnya.

Haechan berlari kecil menuju halte terdekat, masih ada sepuluh menit sebelum bus datang.

Haechan memilih membuka ponsel dan mengirimi Somi pesan, daripada dia bosan menunggu.

Jeon Somi

Lagi di mana nih? Di rumah atau masih di tempat les?

Lagi di jalan, baru selesai les. Ini aku mau sekalian jalan-jalan.

Haechanie sekarang ada di mana?

Lagi nunggu bus, bosen banget sendirian di sini. Coba kalo ada Somi di sini 😞.

Hehe, kau ini bisa saja 😄, kalau aku ada di sana pasti kau tidak akan kubiarkan sendirian, Haechanie.

Haechan mengalihkan perhatian dari ponsel, dia tersenyum lebar saat chat-nya dibalas ramah oleh Somi.

Kebahagian Haechan sebenarnya sesimple itu.

Notifikasi di ponsel Haechan berbunyi lagi, kali ini bukan balasan dari Somi, melainkan dari nomor yang tidak dikenal.

Haechan mengerutkan kening kala membaca pesan itu, perubahan wajahnya terlihat jelas, antara kesal dan takut.

Datanglah ke sungai Han jika kau ingin tahu siapa sebenarnya orang yang membunuh ibumu.

Dari teman lamamu di Jeju.

Tanpa pikir panjang---seperti bukan Haechan---ia langsung berlari dan memesan taksi secara online, menuju sungai Han.

Dear My Stepbrother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang