Malam setelah bertemu teman-teman di restoran, Haechan tidak bisa langsung tidur, dia harus membantu Mama dan Papa membereskan barang-barangnya dan Mama untuk pindahan ke rumah Papa.
Sungguh melelahkan walaupun Papa melarangnya untuk melakukan hal berat.
Pukul sepuluh malam Haechan baru bisa rebahan di kamarnya yang dulu.
Tok tok!
Haechan menggeram kesal karena usia rebahannya baru satu menit dan ada orang yang seenaknya menganggu aktivitasnya.
Dengan langkah kesal Haechan membuka pintu, terlihat Papa ada di depan pintu.
"Papa!" Haechan refleks memeluk Papa karena jujur saja dia sangat merindukan papanya.
"Haechan sudah minum obat?" tanya Papa lembut.
Haechan mengangguk.
"Ayo ke bawah dulu, kita kumpul dulu, Mama dan Renjun ada di bawah." Ajak Papa. "Kita sudah lama tidak berkumpul sebagai keluarga lengkap."
Mata Haechan mengernyit saat tiba di ruang tamu, Mama dan Renjun sibuk mempersiapkan sesuatu.
"Kalian ngapain?" tanya Haechan malas.
"Happy birthday Haechan dan Renjun!" seru Papa dan Mama.
Mereka masing-masing membawa satu kue ulang tahun dengan lilin angka sembilan belas di atasnya.
"Selamat ulang tahun kesayangan Mama dan Papa," lanjut mereka.
Dengan senyum lebar Renjun mendekat ke arah Haechan yang terkejut, pemuda itu lantas merangkul Haechan.
"Ulang tahun kami kan sudah lewat beberapa bulan," ujar Haechan.
"Waktu itu tidak memungkinkan untuk merayakan ulang tahun kalian, jadi sekalian sekarang," kata Papa.
Haechan memandang lilin yang ada di depannya. "Terima kasih."
"Walau terlambat, tapi aku dan Haechan akhirnya bisa merayakan ulang tahun dengan keluarga lengkap. Aku merasa sangat bersyukur," ucap Renjun.
Mama tersenyum lebar. "Ayo tiup lilinnya dulu, sebelum itu buat permintaan."
Renjun mengangguk. Masih dengan senyum lebar, ia menangkupkan tangan dan memejamkan mata. Haechan yang dari tadi memperhatikan Renjun kini ikut membuat permintaan.
Semoga Renjun bahagia selalu dan dijauhkan dari orang jahat yang ingin menghabisi nyawanya.
Haechan membuka matanya lantas ia meniup lilin yang ada di depannya, membuat Mama dan Papa bersorak bahagia.
Papa dan Mama mengajaknya duduk di ruang tamu sembari memakan kue tadi. Niat awalnya Mama ingin makan malam, tapi saat ini tidak memungkinkan karena sudah terlalu larut malam dan anak-anaknya tadi sudah makan dengan teman-temannya.
"Renjun, sini Nak." Mama menyuruh Renjun duduk di tengah-tengah antara Papa dan Mama.
Mama mengeluarkan sebuah kotak perhiasan dan menyerahkannya pada Renjun.
"Hadiah dari Mama, dijaga baik-baik ya?"
Renjun menerima kotak itu dengan tangan bergetar. Kotak perhiasan itu dulu sering dia lihat di ruang kerja Papa Chanyeol, dan semenjak kepergian papanya, ia tidak pernah melihat kotak itu lagi.
Renjun membuka kotak itu perlahan dan matanya membulat melihat kalung yang sama seperti yang dulu Haechan patahkan. Kalung kunci melodi G, berwarna emas dan di sana ada dua buah.
Mata Renjun sudah berair. Ia lantas membuka surat yang terlipat kecil di sana.
"Dari Papa?" gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Stepbrother [END]
FanfictionMempunyai saudara tiri, laki-laki, seumuran, emosian dan menyebalkan adalah salah satu dari banyaknya hal yang Haechan benci. "Aku tidak suka saudara tiri sepertimu, Huang Renjun!" "Menurutmu aku juga suka saudara tiri sepertimu?" |Bagian dari DREAM...