Renjun terbangun dari tidurnya dengan keadaan mata sembab dan badannya nyeri semua karena tanpa sadar dia tadi malam ketiduran dengan posisi duduk di lantai dan kepala yang menempel di tepi ranjang.
Renjun meraih ponsel di dekatnya. Matanya melotot kaget saat melihat jam yang ada di sana.
"Jam lima?"
Padahal Renjun sama sekali tidak berniat untuk tidur di rumah, ia awalnya ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia ketiduran dan baru terbangun jam lima pagi.
Renjun berlari menuju kamar mandi, ia mencuci muka dan sikat gigi, setelah itu kembali ke kamar hanya untuk mengambil ponsel dan beberapa lembar uang untuk naik taksi---jaga-jaga bila tidak ada bus yang beroperasi di jam segini.
Renjun mengintip di balik jendela, langit di luar masih gelap dan jalanan sepi. Ia lantas membuka pintu rumah dan berjalan menuju halte terdekat.
Ia memasukkan tangannya ke saku hoodie karena udara yang masih dingin. Renjun menelusuri pandangan ke sekeliling yang didominasi gelap dan kekosongan.
Pemuda itu lantas duduk di halte dan mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Mark.
"Sepertinya Mark Hyung masih tidur," gumam Renjun saat panggilannya tidak kunjung diangkat Mark.
Baru setelah Renjun menelepon untuk kedua kalinya, Mark menerima panggilannya.
"Hyung sudah bangun?"
"Iya, aku baru bangun dan tadi habis dari toilet," jawab Mark dengan suara serak khas bangun tidur.
"Tumben bangun pagi, Hyung?" Ada kekehan kecil menginggat Mark memang sulit bangun pagi.
"Nanti aku ada ulangan dan ini mau belajar," jawab Mark.
Renjun terkekeh. "Hyung rajin sekali."
Renjun diam sejenak sebelum kembali bertanya. "Hyung masih di rumah sakit atau di rumah?"
"Tentu saja aku masih di rumah sakit, aku kan sudah berjanji akan menjaga Haechan selagi kau pergi, Renjun," jawab Mark.
Renjun tersenyum tipis. "Lalu, keadaan Haechan bagaimana, Hyung?"
"Masih seperti kemarin, tidak ada perubahan."
Renjun mengangguk. "Sebentar lagi aku mau ke rumah sakit, ini lagi nunggu taksi. Maaf ya Hyung, semalam aku ketiduran, jadi nggak bisa ke sana."
"Iya, hati-hati, jangan lupa pakai pakaian hangat." Mark mengingatkan.
"Oh ya Hyung, aku minta tolong izinin ke pihak sekolah untuk tidak masuk ke sekolah selama beberapa hari," ujar Renjun.
"Iya, aku mengerti."
"Satu lagi, Hyung." Suara Renjun terdengar serius. "Sebelum aku datang, jaga Haechan dulu ya? Aku cuma khawatir dia kenapa-kenapa."
"Jangan khawatir, Renjun. Aku akan menjaga Haechan."
Renjun tersenyum, matanya fokus pada taksi yang melaju menghampirinya, ia berdiri dan melambaikan tangan. "Terima kasih, Mark Hyung."
"Sudah tugasku, Renjun."
Taksi berhenti di depan Renjun.
"Aku akhiri dulu ya, Hyung? Aku sudah dapat taksi, bye bye."
Renjun membuka pintu taksi dan sedikit terkejut saat ada orang yang duduk di sebelah supir.
"Oh? Sudah apa penumpang ya, Pak?" tanya Renjun sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Stepbrother [END]
FanfictionMempunyai saudara tiri, laki-laki, seumuran, emosian dan menyebalkan adalah salah satu dari banyaknya hal yang Haechan benci. "Aku tidak suka saudara tiri sepertimu, Huang Renjun!" "Menurutmu aku juga suka saudara tiri sepertimu?" |Bagian dari DREAM...