"Oh my God!" seru Mark saat melihat keadaan Renjun dan Haechan.
Mereka masih duduk di posisi yang sama, tidak berpindah sedikit pun. Tubuh Renjun lemas, apalagi saat sesak di dadanya tadi sempat kambuh. Sedangkan Haechan, seluruh tubuhnya terasa sakit, jadi ia malas bergerak.
"Kalian tidak apa-apa?" tanya Mark khawatir, ia memeriksa Renjun dan Haechan bergiliran.
Renjun mengangguk singkat.
Mark melototkan mata saat melihat darah dari kepala dan tangan Haechan, juga wajah babak belur keduanya. "Apa kalian berantem sampai babak belur begini?"
Keduanya kompak menggeleng. "Bukan begitu, Hyung."
"Lalu kenapa kalian ada di tempat ini?" tanya Mark.
"Kami mencoba menyelamatkan diri," jawab Haechan sembari mencoba berdiri, ia juga membantu Renjun berdiri.
Mark terkejut saat menyentuh telapak tangan Renjun yang dingin.
"Bisa jalan?" tanya Mark dengan suara lebih lembut.
"Bisa." Dengan tangan digandeng Mark, Renjun berjalan tertatih-tatih.
Prang!
Ketiganya terkejut saat mendengar suara benda jatuh di belakang mereka. Haechan refleks menoleh ke belakang, vas bunga besar yang ada di pojok ruangan tiba-tiba terjatuh dengan sendirinya.
"Mark Hyung, aku takut jika tiba-tiba ada hantu," cicit Haechan sembari merapatkan tubuh pada Renjun dan Mark.
Sedangkan Renjun sudah memegangi dadanya yang terasa sesak dan tiba-tiba saja tubuhnya limbung ke lantai.
Bruk!
"Renjun?"
Mark panik setengah mati saat Renjun tidak sadarkan diri.
"Renjun kenapa, Haechan?" tanya Mark sembari tetap mencoba membuat Renjun bangun.
"Traumanya kambuh, Hyung." Haechan menundukkan kepala.
"Apa yang kalian lakukan sampai-sampai Renjun seperti ini?"
Haechan enggan menjawab.
Mark menghela napas, dia segera mengangkat tubuh Renjun dan membawanya keluar rumah itu.
"Kita bicara saat nanti di rumah. Kalian berdua punya hutang cerita padaku," kata Mark tegas.
***
Selesai membaringkan Renjun di kamar, Mark menyuruh Haechan duduk di pinggir ranjang Renjun.
Mark mengambil kotak obat setelah tanya lokasinya dari Haechan. Ia duduk di sebelah Haechan dan mengobati luka pemuda itu.
"Bagaimana ceritanya kau bisa tiba di situ?" tanya Mark sembari mengoleskan obat di pipi Haechan.
Haechan meringis kecil kala Mark menekan lukanya. "Pelan-pelan, Hyung."
"Aku awalnya berniat kabur dari rumah," ujar Haehan pelan.
"Oh wait---kabur? Kenapa kau berniat kabur, Haechan? Ada masalah apa? Bertengkar lagi sama Renjun?" tanya Mark, di suaranya terselip nada khawatir.
Haechan mengangguk. "Aku nggak sengaja ngerusak kalung pemberian papanya Renjun, dan dia marah sekali, kami jadi bertengkar. Dan Renjun benar-benar nggak mau diajak damai setelah itu."
"Renjun pasti sangat menyayangi kalung itu," gumam Mark.
"Iya, kalung itu sangat berharga baginya hingga dia tidak mau memaafkanku sampai hari ini. Kami tidak lagi saling sapa, atau makan bersama dan aku merasa ... Renjun tidak peduli lagi padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Stepbrother [END]
FanfictionMempunyai saudara tiri, laki-laki, seumuran, emosian dan menyebalkan adalah salah satu dari banyaknya hal yang Haechan benci. "Aku tidak suka saudara tiri sepertimu, Huang Renjun!" "Menurutmu aku juga suka saudara tiri sepertimu?" |Bagian dari DREAM...