Chenle mendengus kesal saat ponsel di sakunya bergetar sejak tadi.
Renjun menyeletuk. "Matikan saja ponselmu kalau itu menganggu. Ponselku saja sudah mati sejak pagi."
Renjun sibuk mengelus-elus anak anjing yang baru saja Chenle beli.
Mereka terjebak di petshop karena di luar hujan turun dan untung saja pemilik toko mengizinkan Chenle dan Renjun untuk berteduh sampai hujan reda.
Getaran di ponsel Chenle kembali terasa, pemuda itu geram dan memilih memeriksa ponselnya. Ada telepon dari Mark ternyata.
"Ada apa, Mark Hyung?" tanya Chenle setelah sambungan telepon terhubung.
"Apa Renjun bersamamu?" tanya Mark dan Chenle mendengar nada khawatir yang terselip di pertanyaannya.
"Iya, dia di sini," jawab Chenle.
"Berikan padanya, ada sesuatu yang ingin kubicarakan dengan Renjun," ujar Mark.
Chenle menyerahkan ponselnya pada Renjun, sedangkan pemuda itu mengangkat satu alisnya.
"Dari Mark Hyung," ujar Chenle.
Dengan malas Renjun menerima ponsel yang disodorkan Chenle, ia menempelkan ponsel di dekat telinga kirinya.
"Kenapa?" tanya Renjun singkat.
"Temui Haechan," jawab Mark dengan singkat pula.
Renjun memutar bola mata. "Kenapa aku harus bertemu dia? Malas sekali."
Mark menyebutkan alamat rumah sakit yang letaknya agak dekat dengan petshop.
"Kenapa dia ada di sana?" tanya Renjun dengan nada jutek.
"Haechan kecelakaan, dan dia kritis sekarang. Di sini dia tidak punya siapa-siapa lagi selain dirimu, datanglah."
Tubuh Renjun membeku untuk sesaat, dengan gerakan patah-patah, Renjun menyerahkan ponsel pada Chenle. Setelah itu dia mengambil ancang-ancang untuk berlari dan menerobos hujan.
"Renjun Hyung! Mau ke mana?! Jangan menerobos hujan! Kau lagi sakit!" teriak Chenle tetapi Renjun tidak mengindahkan peringatan Chenle, dia terus berlari menembus hujan.
Chenle memperhatikan ponselnya yang masih tersambung dengan Mark.
"Ada apa, Hyung? Kenapa Renjun Hyung sampai berlari-lari?" tanya Chenle.
"Haechan kecelakaan," jawab Mark.
***
Dengan tubuh dan seragam basah kuyup, Renjun berlari menelusuri lorong rumah sakit, mencari keberadaan Haechan dan Mark.
Napas pemuda itu tersedu-sedan, tubuh Renjun sebenarnya kedinginan, tetapi ia tidak peduli. Yang terpenting dia harus bertemu Haechan.
Dia menghentikan langkahnya saat melihat Mark berdiri dan menyadarkan punggungnya di dekat pintu ICU. Wajah pemuda itu terlihat khawatir dan saat melihat sosok Renjun, Mark menghampiri sepupunya itu.
"Haechan kenapa, Hyung?" tanya Renjun dengan nada khawatir.
Yang Renjun tahu, jika pasien dimasukkan ke ICU, itu artinya keadaan pasien itu kritis.
Mark menggeleng. "Aku tidak tahu, diagnosis awal terjadi kerusakan organ dalam karena Haechan sedari tadi muntah darah dan tulang rusuknya patah."
Renjun menatap nanar pintu ICU.
"Haechan harus dioperasi," lanjut Mark.
Renjun mengangguk. "Kalau itu baik bagi Haechan, kita harus melakukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Stepbrother [END]
FanfictionMempunyai saudara tiri, laki-laki, seumuran, emosian dan menyebalkan adalah salah satu dari banyaknya hal yang Haechan benci. "Aku tidak suka saudara tiri sepertimu, Huang Renjun!" "Menurutmu aku juga suka saudara tiri sepertimu?" |Bagian dari DREAM...