15. Marga Huang

2.8K 406 17
                                    

"Siapa sih nama lengkap papamu?" tanya Haechan.

"Namanya Park Chanyeol dan nama Korea Mama itu Son Seung Wan," jawab Renjun.

Haechan melebarkan bola mata. "Selama ini aku bertanya-tanya, kenapa margamu Huang? Bukannya Park? Nama Koreamu apa sih?"

"Hwang In Joon," jawab Renjun.

"Kok bisa? Kalau nama Cina papamu?" tanya Haechan lagi.

"Piao Can Lie."

"Wah. Jangan-jangan kau bukan anak kandung papa sama mamamu, kau anak angkat mungkin," kata Haechan lantas tertawa.

Renjun memandangnya datar. "Kalau aku anak angkat, kenapa aku mirip Mama sama Papa?"

"Iya juga sih. Mungkin kau anak yang tidak dianggap?"

Renjun berusaha sabar dengan pertanyaan nyeleneh dari Haechan, sebenarnya Renjun ingin menonjok Haechan, tetapi ia masih ingat kalau saudara tirinya itu masih sakit.

"Bagaimana aku bisa cerita kalau kau dari tadi tanya terus?" Renjun menatapnya jengah.

Haechan akhirnya mengalah. "Oke-oke, aku diam, sekarang kau coba cerita."

"Sejak muda, Papa menjadi mafia karena kakek. Dia dan kelompoknya itu mafia besar di Cina dan Korea. Di Cina pula Mama dan Papa bertemu, oke yang ini kita lewati."

Haechan hendak membuka mulutnya, tetapi tidak jadi karena mendapat pelototan dari Renjun.

"Papa melakukan jual-beli senjata ilegal, atau dibiasa disebut bandar senjata, maka dari itu dia selalu mewanti-wanti anggota keluarganya untuk membawa senjata agar bisa digunakan kalau ada bahaya, seperti sekarang."

Renjun merogoh saku jaketnya, lantas dia menodongkan pistol di depan Haechan, sedangkan Haechan yang terkejut refleks mengangkat kedua tangannya.

"Wuih, Renjun, jangan aneh-aneh deh sama senjatanya. Kau berniat membunuhku?" tanya Haechan dengan suara gemetar karena Renjun tak kunjung menurunkan pistolnya, malahan dia tersenyum miring.

"Satu peluru nggak akan membuatmu mati kok, palingan cuma koma," ujar Renjun.

Renjun menarik pelatuk, sedangkan Haechan sudah siap-siap menutup mata, menerima semua yang akan terjadi.

Tiga detik tidak terjadi apa-apa, Haechan malahan terkejut karena ada bubble kecil yang meletus di hidungnya.

Haechan membuka mata, menatap pistol yang dibawa Renjun ternyata mengeluarkan bubble seperti yang ia gunakan untuk mandi.

Renjun tertawa keras. "Wajahmu tadi, sungguh lucu."

Kening Haechan berkerut, bibirnya ia majukan karena merasa kesal. "Kau ini benar-benar, hampir saja aku mati."

"Yang tadi hanya mainan, kalau yang ini beneran." Renjun mengeluarkan lagi pistol dari saku, lengkap dengan peluru.

"Iya-iya, sekarang masukin saku lagi," kata Haechan.

Renjun menurut.

"Kau bawa senjata begitu setiap saat?" tanya Haechan setelah Renjun selesai membereskan senjatanya.

"Nggak juga sih, kalau ada bahaya saja. Kalau Mama sepertinya bawa setiap saat, ia membawa tembak bius," jawab Renjun.

"Lalu saat di Cina, kau bawa juga?"

Renjun menggeleng. "Sebelum pernikahan Mama dengan Papa Johnny, aku nggak bawa, takut nanti ketahuan pas di bandara, aku nggak sehebat Papa Chanyeol saat nyembunyiin senjata, karena itu aku nggak bisa membalas orang yang membunuh keluarga Chenle."

Dear My Stepbrother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang