Haechan dan Jeno berangkat sekolah bersama, mereka berangkat pagi-pagi karena memang ingin.
Saat tiba di kelas, Haechan terkejut dengan kehadiran Renjun, ia kira Renjun belum datang. Renjun duduk di bangku Jaemin, dia menyembunyikan wajahnya di balik lipatan siku.
Haechan berdiri di samping Renjun sedangkan Jeno duduk di tempatnya sembari melihat apa yang akan dilakukan Haechan.
Renjun sepertinya tertidur karena Haechan samar-samar mendengar suara dengkuran halus dari sana. Haechan memandang Renjun yang tertidur. Orang ini yang semalam Haechan cari, orang ini juga yang saat ini Haechan ... rindukan.
Haechan hendak membangunkan Renjun, karena bagaimanapun, tidak boleh tidur di kelas, nanti ketahuan guru dan dihukum, karena ini bukan saatnya istirahat.
Renjun tiba-tiba merenggangkan tubuhnya, ia sepertinya hendak bangun. Haechan buru-buru kabur dan duduk di bangkunya seperti tidak memedulikan Renjun, ia hanya takut ketahuan.
Jeno tertawa melihat tingkah Haechan. Pemuda itu lantas menoleh ke belakang. "Ayo sana, baikan."
Haechan menggeleng. "Aku malu. Takut juga kalau nanti kena sembur."
Tidak memedulikan segala penolakan, gelengan keras dan tarik-ulur tangan Haechan, Jeno semakin gencar menyeret Haechan dan membawanya ke sebelah Renjun.
Renjun mengangkat kepalanya yang tadi terkelungkup, tetapi bukan wajah Renjun yang mengambil fokus Haechan, melainkan pada lengan seragam Renjun yang sedikit terangkat hingga memperlihatkan dengan jelas kasa yang membalut lengan atasnya.
Dan Haechan tidak sebodoh itu untuk tidak tahu jenis luka itu. Renjun melukai dirinya sendiri. Lagi. Walau Haechan tidak pernah bilang sama Renjun bahwa ia sebenarnya tahu kalo Renjun suka menyakiti diri sendiri, maka dari itu, Haechan waktu itu meminta untuk tidur bersama Renjun setiap hari agar kakaknya itu tidak menyakiti diri sendiri saat malam hari.
Pandangan Haechan yang tampak khawatir itu bertemu pandang dengan Renjun selama beberapa detik, Haechan langsung mengubah ekspresinya menjadi datar di detik berikutnya, setelah itu ia melenggang pergi.
Dengan suara agak keras, Haechan berkata pada Jeno yang duduk di depannya. "Jeno, bilangin sama anak yang duduk di depanmu agar dia nggak nyakitin diri sendiri."
Jeno menjawil Renjun. "Kata Haechan, kau jangan menyakiti diri sendiri."
Renjun memutar tubuhnya ke belakang, membuatnya melihat wajah Jeno dan Haechan yang sedang melipat tangan di depan dada, ia balik menatap Renjun dengan pandangan datar.
"Bilangin sama anak yang duduk di belakangmu agar tidak ikut campur urusan orang lain," ujar Renjun lantas kembali menghadap ke depan.
Jeno menoleh ke belakang, baru membuka mulutnya, tetapi Haechan lebih dulu menyemburnya. "Aku udah dengar, nggak usah diulangi, aku nggak tuli!"
Jeno mengedipkan matanya, bingung. Ia tidak tahu salahnya di mana, Jeno hanya membantu menyampaikan, tetapi dia malah kena omel Haechan.
***
Sewaktu istirahat tiba, Chenle sudah datang ke kelas Haechan. Ia sudah stay di depan bangku Renjun, memanggil Renjun untuk mengajaknya keluar.
"Renjun Hyung, ayolah," ajak Chenle sembari menggoyangkan tangan Renjun.
Renjun tampak tidak bersemangat, ia hanya merespons Chenle dengan gumaman.
Wajah Chenle terlihat khawatir.
"Renjun Ge, tidak apa-apa?" tanya Chenle dalam bahasa Cina, hingga membuat Haechan yang sedari tadi memperhatikan keduanya mengerutkan kening karena tidak paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Stepbrother [END]
FanfictionMempunyai saudara tiri, laki-laki, seumuran, emosian dan menyebalkan adalah salah satu dari banyaknya hal yang Haechan benci. "Aku tidak suka saudara tiri sepertimu, Huang Renjun!" "Menurutmu aku juga suka saudara tiri sepertimu?" |Bagian dari DREAM...