33. Saat Kau Pergi

2.7K 325 72
                                    

Sambil dengerin lagu ini ya.

Baca pelan-pelan ya.

***

Renjun menatap kosong foto Haechan yang berada di depan peti mati dengan karangan bunga berada di samping foto Haechan. Di foto itu, Haechan tersenyum lebar, senyum yang malah membuat Renjun sakit hati karena dia tidak akan bisa melihat senyum itu lagi.

Kini Renjun berada di rumah duka dengan memakai setelan jas hitam, matanya membengkak karena tidak berhenti menangis sejak di rumah sakit.

Para pelayat mengucapkan belasungkawa pada Renjun, Mark, Papa dan Mama yang berdiri di pinggir ruangan, setelah itu mereka melakukan penghormatan terakhir kepada mendiang.

Karangan bunga memenuhi lorong rumah duka, membuat suasana lebih ramai, tetapi tidak dengan suasana hati Renjun yang hampa dan kosong.

Selagi keluarganya membalas ucapan belasungkawa dari pelayat, Renjun sudah tidak kuat berdiri, kakinya seperti kehilangan tulang. Dia lantas merangkak ke depan foto Haechan.

Renjun memandang foto Haechan, ia lantas meletakkan tangan dan lutut di lantai kemudian dia membungkuk ke depan, memberikan penghormatan terakhir.

Setelah itu ia memandang foto adiknya dengan lama. Tak kuasa air matanya merangsek keluar, Renjun terisak.

"Haechan, kau pasti berbohong, 'kan? Katakan padaku kalau kau masih hidup? Kau hanya pura-pura mati kan? Kau biasanya suka bercanda, katakan padaku kalau kali ini kau hanya bercanda! Haechan! Bangun!"

Teriakan Renjun membuat perhatian Mark terpusat padanya.

Renjun berdiri, ia hendak membuka peti mati Haechan tetapi Mark dan Papa lebih dulu menahan tubuh Renjun.

"Renjun, jangan begini, Nak," ujar Papa.

Renjun menggeleng, air matanya mengalir semakin deras. "Haechan masih hidup, Pa! Dia tersiksa ada di ruangan sempit itu!"

"Renjun, Hyung mohon jangan membuat kepergian Haechan terasa berat," kata Mark.

"Haechan tidak akan pergi! Haechan masih hidup! Kalian menyiksa Haechan dengan menaruhnya di peti mati! Haechan tidak suka tempat itu karena menyiksanya, dia suka tempat yang luas dan bebas! Haechan lebih menyukai kebebasan!" Renjun berontak.

Mama mendekati Renjun dan memeluk Renjun. "Karena Haechan ingin kebebasan, kita nggak bisa menentang keinginannya untuk meninggalkan kita, Renjun. Mungkin dengan cara ini, Haechan bisa bebas dan menemukan tempat yang luas."

"Enggak, Ma! Kalian bohong! Haechan masih hidup!"

"Haechan masih hidup!" seru Renjun.

Pemuda itu menangis semakin keras dan terus meneriaki nama Haechan. Dengan sekuat tenaga, Renjun melepaskan pegangan Papa dan Mark hingga tubuhnya terlempar di dekat peti mati Haechan, tetapi Renjun sama sekali tidak merasakan sakit.

Tangannya terulur hendak membuka peti mati, tetapi tangan Mark lebih dulu menahannya. Pandangan Mark terlihat tidak bersahabat kali ini, yang mana membuat Renjun takut.

"Hyung, biarkan aku melihat wajah Haechan untuk terakhir kali sebelum dia dikremasi, setelah itu aku akan berusaha mengikhlaskannya," ujar Renjun lirih.

Dear My Stepbrother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang