"Hyung jadi melanjutkan pendidikan ke Kanada?" tanya Haechan.
Mark yang duduk di antara Renjun dan Haechan menghela napas, sudah beberapa kali pertanyaan yang sama Haechan tanyakan dalam minggu ini.
"Iya, Haechan. Jika kau lupa, aku bukan orang Korea, dan aku harus kembali ke kampung halamanku," jawab Mark.
"Kita kan sudah berdiskusi beberapa hari lalu kalau kita akan mengadakan liburan bertujuh sebelum Mark Hyung ke Kanada, juga untuk merayakan kelulusan Mark Hyung," sahut Renjun yang sedari tadi diam.
"Kalau aku nggak jadi ke Kanada untuk apa liburan itu? Sia-sia dong, kita sudah menyiapkan banyak hal, tiket, biaya akomodasi dan masih banyak lagi," kata Mark.
Renjun melirik Haechan yang memayunkan bibir.
"Apa Mark Hyung tinggal di sana untuk selamanya?" tanya Haechan dengan suara lirih.
Mark mengangguk. "Di sana kan rumahku."
"Berarti aku nggak bisa bertemu Mark Hyung lagi?" tanya Haechan lagi. "Kenapa tidak tinggal di sini saja sih Hyung? Kuliah di sini? Mark Hyung kan enak bisa bertemu Yeri Noona setiap hari."
Mark menggeleng. "Ada sesuatu yang harus kuurus di Kanada. Iya kan, Renjun?"
Renjun tersentak karena pemuda itu lagi-lagi melamun. "Eh, apa Hyung? Aku tadi tidak dengar."
Mark menggeleng, ia lantas merangkul Haechan dan Renjun. "Tidak apa-apa. Aku cuma mau mengucapkan terima kasih karena akhirnya kalian berbaikan dan mau menerima satu sama lain. Bukan hal mudah di umur kalian ini tiba-tiba punya saudara tiri, pasti sulit. Menerima orang baru itu sulit, tapi bukan berarti mustahil."
Kedua sepupu Mark itu tersenyum.
Haechan tidak tahu jalannya takdir, ia awalnya tidak menyukai Renjun entah untuk alasan apa, dia lupa. Haechan awalnya hanya ingin papanya bahagia karena punya istri baru, ia juga bahagia karena punya mama baru, tetapi waktu itu ia tidak bahagia karena punya saudara baru.
Saudara yang jauh dari kata lemah lembut, Renjun orangnya mudah marah, suka melarang Haechan ini-itu. Namun entah kenapa sekarang Haechan sangat menyayangi kakak tirinya itu, setelah peristiwa diculiknya Renjun, Haechan kini benar-benar takut kehilangan Renjun.
Renjun pun sama. Ia awalnya tidak terlalu menggubris Haechan, bahkan saat pernikahan mamanya saja ia tidak datang---karena saat itu dia di Cina. Haechan orangnya menyebalkan dan berisik, Renjun yang biasanya menyukai ketenangan menjadi kesal dan alhasil dia mengomel setiap pagi karena malamnya Haechan selalu main game dan mulutnya itu berisik sampai-sampai Renjun tidak bisa tidur.
Pokoknya Haechan itu definisi saudara yang menyebalkan, kadang susah diatur. Namun Haechan anaknya baik, walau kadang saat mereka bertengkar, ia masih peduli pada Renjun.
Dan Haechan itu sosok adik yang tidak bisa Renjun temui baik di diri Chenle atau Jisung yang sudah ia anggap seperti adik sendiri juga. Haechan memiliki keistimewaan sendiri. Walau Renjun malu mengakuinya, sebenarnya dia juga sayang sama Haechan.
"Anak-anak! Ayo makan siang dulu!" teriakan Mama Wendy dari ruang tamu terdengar.
"Iya, Ma!" seru kedua anaknya.
"Anak-anak, ajak Mark juga, dia kebanyakan belajar sampai lupa makan." Kali ini suara Papa yang terdengar.
Mark terkekeh, ia lantas bangkit mendahului Renjun dan Haechan.
"Papa belum tahu saja kalau Jeno lebih parah, isi otaknya belajar, belajar dan belajar," bisik Haechan ditelinga Renjun.
Renjun mengangguk. "Bahkan kekasih saja Jeno tidak punya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Stepbrother [END]
FanfictionMempunyai saudara tiri, laki-laki, seumuran, emosian dan menyebalkan adalah salah satu dari banyaknya hal yang Haechan benci. "Aku tidak suka saudara tiri sepertimu, Huang Renjun!" "Menurutmu aku juga suka saudara tiri sepertimu?" |Bagian dari DREAM...