"Renjun, kau di mana?" tanya Haechan saat sambungan telepon terhubung, ia kini meminjam ponsel Papa.
"Aku masih di sekolah, bentar lagi mau pulang," jawab Renjun dengan suara lelah.
"Bagus, kalau begitu langsung pulang ya, lalu temani aku beli ponsel baru," ujar Haechan penuh dengan semangat.
Di seberang sana Renjun hanya membalas dengan gumaman.
"Oh ya, kata Papa setelah beli ponsel, kita sekeluarga disuruh kumpul, katanya ada hal penting yang mau disampaikan," kata Haechan.
"Iya, Haechan," jawab Renjun, lalu dia diam sebentar karena mendengarkan perkataan Jaemin di seberang sana. "Aku tutup dulu ya."
Tut tut ....
Sambungan telepon terputus. Haechan segera keluar dari kamar dan menyerahkan ponsel Papa.
"Ini, Pa, sudah selesai, terima kasih," ujar Haechan sembari menyerahkan ponselnya pada Papa yang sedang duduk-duduk santai bersama Mama di sofa ruang tamu.
"Renjun pulang jam berapa, Haechan?" tanya Mama.
"Sebentar lagi, Ma, katanya dia masih di sekolah. Aku mau siap-siap dulu," kata Haechan.
Mama mengangguk.
Haechan lantas menoleh pada Papa dan cengengesan. "Pa, minta uang buat beli ponsel. Papa kan sudah janji kalau aku sudah sembuh dibeliin ponsel baru."
Papa tersenyum. "Iya, Haechan, Papa nggak bohong kok."
Papa merogoh saku celananya dan mengambil dompet, ia mengeluarkan kartu dan menyodorkannya pada Haechan. "Ini, gunakan sebaik mungkin kartu Papa."
Haechan mengambil kartu Papa dan mencium pipi Papa. "Terima kasih, Pa."
Haechan juga mencium pipi Mama. "Mama juga dapat ciuman, biar nggak cemburu hehe, tapi aku nggak bisa sering-sering cium Mama, nanti Papa cemburu."
Haechan tertawa lantas buru-buru berlari menuju kamarnya sebelum disembur Papa.
Saat Haechan hendak bersiap-siap untuk mandi dia mendengar teriakan Renjun dari depan.
"Renjun pulang!"
Haechan keluar kamar dengan handuk disampirkan di bahu, ia melongok ke bawah dan melihat Renjun menghampiri Papa Mama.
"Renjun cepat mandi! Kita harus cepat!" seru Haechan dari lantai dua.
"Iya, ini mau ke atas!" balas Renjun, walau tubuhnya kecil begitu, suaranya tak kalah nyaring dan keras.
Renjun langsung berlari menuju tangga.
"Sudah Mama bilang jangan berteriak di rumah!"
Walau Mama mengatakan demikian, dia sendiri malah berteriak-teriak.
"Iya, Ma!" jawab Renjun dan Haechan kompak.
Papa menggeleng-gelengkan kepala melihat istri dan anak-anaknya beradu nada tinggi.
Semoga telinga Papa baik-baik saja.
***
Haechan dan Renjun sampai di salah satu toko ponsel yang dekat dengan tempat tinggalnya.
"Kau mau Iphone tipe apa?" tanya Renjun sebelum mereka memasuki toko.
Haechan tertawa, walau dia tahu tidak ada yang lucu dari pertanyaan Renjun. "Renjun, lihat nama toko itu."
Haechan menunjuk nama toko yang terpampang dengan jelas di bangunan toko.
"Bisa baca kan? Samsung Galaxy Square, kita nggak ada di Apple Store," kata Haechan, memperjelas. "Orang pintar jelas tahu kalau aku mau beli Samsung, bukan Iphone."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Stepbrother [END]
FanfictionMempunyai saudara tiri, laki-laki, seumuran, emosian dan menyebalkan adalah salah satu dari banyaknya hal yang Haechan benci. "Aku tidak suka saudara tiri sepertimu, Huang Renjun!" "Menurutmu aku juga suka saudara tiri sepertimu?" |Bagian dari DREAM...