CH - 22

614 85 4
                                    

________

____

__


Akhir pekan ini tidak ada rencana pergi seperti biasa. Jimin juga merasa lelah akibat banyaknya pekerjaan. Biarpun begitu, liburan pun dia gunakan untuk melihat laporan data-data kantor. Memang, pengusaha hari liburnya berbeda. Pikirannya sebagian besar adalah kerja, kerja, dan kerja.

Kalau Yejun, dia hanya sibuk bermain mainan konstruksi bangunan seperti biasa. Kadang dia ikut bermain video game bersama Seulgi. Tapi sekarang Seulgi belum keluar dari kamar. Masih menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Entah karena malas bangun atau karena hal lain. Namun yang jelas dia sedang menyembunyikan sesuatu.

Yap, dia sedang berusaha menyembunyikan salah satu gejala kehamilan pada umumnya. Tahu kan? Gejala yang membuat ibu-ibu hamil mempunyai keinginan-keinginan aneh, dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Ngidam namanya. Sejak kemarin, rasa ngidam Seulgi tiba-tiba begitu kuat dan sangat-sangat aneh.

Kebanyakan ibu-ibu hamil yang mengidam mungkin meminta martabak di tengah malam, atau roti dengan kecap, mangga muda yang baru jatuh dari pohon, dan sebagainya. Namun yang Seulgi rasakan bukanlah semua itu. Sangking anehnya, Seulgi sampai berusaha menutup-nutupi dengan mengurung tubuhnya dalam selimut.

Dia sangat ingin mencubit pipi Jimin. Yap. Itu hal yang dia ngidamkan sejak kemarin. Sangat-sangat aneh. Canggung. Dia sampai mengutuk rasa ngidamnya itu. Kenapa dia harus mendapat gejala yang aneh? Kalau yang normal seperti kebanyakan orang, dia tidak akan malu seperti ini. Masalahnya ini adalah rasa ngidam. Rasa yang lama kelamaan meningkat dan tidak dapat dihindari semudah itu. 

Seulgi sampai mencubit-cubit selimut dan membayangkan bahwa itu adalah wajah Jimin. Berharap dengan cara itu, rasa ngidamnya dapat teratasi. Namun salah. Itu cara yang benar-benar bodoh. Malah keinginan untuk mengoyak-oyak wajah Jimin semakin jadi. Seulgi sudah berkali-kali mengelus perutnya, mencoba bekerja sama dengan janinnya. But nope.

'Apa aku telepon Jungkook saja? Siapa tau dengan mencubit pipinya, keinginan untuk mencubit pipi Jimin akan hilang!' Batin Seulgi. Mendapat solusi dari diri sendiri, Seulgi pun langsung keluar dari selimut dan mengambil ponsel. Dia langsung mencari kontak Jungkook dan meneleponnya. 

Tampaknya keberuntungan sangat tidak berpihak padanya. Jungkook tidak mengangkat, lalu sesaat kemudian mengirim Seulgi sebuah pesan. Pesan yang mengatakan bahwa Jungkook sedang bertemu dengan seseorang. Lalu dia mengatakan bahwa akan menelepon Seulgi balik nanti. Mau bagaimana lagi. Seulgi tidak punya pilihan. Tidak mungkin dia mengganggu Jungkook yang sedang sibuk.

Dengan pasrah dan putus asa dia berjalan kembali ke arah kasur. Berniat untuk mengurung dirinya lagi di dalam selimut. Mencubit selimut sekencang mungkin dan berdoa agar hal itu dapat membantu. Namun sebelum itu terjadi, pintu kamar terbuka dan menunjukkan sosok Jimin disana. Jimin bertanya apa yang ingin Seulgi makan sarapan.

Karena melihat sosok Jimin dengan pipi yang sangat ingin dicubit, Seulgi refleks membuang pandangan. "A-Aku akan membuatnya sendiri! Buatkan Yejun dan dirimu sendiri saja." 

"Oh... Aku berniat untuk membuatkan kita bertiga salad buah. Sekalian, bagaimana?" Jimin menutup pintu dan malah mendekat ke arah Seulgi. Karena dia heran kenapa Seulgi bertingkah aneh seperti itu.

Merasakan Jimin yang mendekatinya, Seulgi pun mengambil ponsel dan pura-pura sibuk. Tidak ingin melihat wajah Jimin. Hal itu membuat Jimin lebih heran dan dengan mudahnya menarik ponsel dari tangan Seulgi. Sekarang Seulgi tidak punya alasan untuk pura-pura sibuk.

"Apa kau baik-baik saja?" Jimin menatap Seulgi dengan ekspresi khawatir.

Dengan semangat Seulgi mengangguk. Berharap untuk Jimin cepat keluar dan menjauh darinya. Namun Jimin malah duduk di sampingnya dan mencoba melihat wajahnya. "Kenapa kau tidak ingin menatapku? Apa aku berbuat salah?" Nada bicara Jimin terdengar khawatir dan takut.

Did You Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang