CH - 2

1.3K 145 5
                                    

________

____

__

"Bersulang untuk pernikahan CEO kita dua bulan lagi!" Seru Vernon, asisten sekaligus teman dekat Jimin.

Semua bersorak, turut bahagia atas pernikahan Jimin yang akan berlangsung sebentar lagi. Jimin tersenyum bahagia. Mereka bersulang, menghasilkan bunyi benturan beberapa gelas kaca.

"Jangan terlalu lelah hoejangnim, biarkan kami yang mengurus urusan kantor selama persiapan pernikahanmu." Ucap salah satu direktur yang tengah menjadi tangan kanan perusahaan selama dua tahun terakhir.

"Sudah. Cukup tentangku. Sekarang mari bersulang untuk keberhasilan produk kita!" Jawab Jimin sambil mengangkat gelasnya ke atas, lalu semua membenturkan gelas masing-masing ke gelas Jimin sebagai tanda bersulang.

Jimin meminum Wine nya yang bermerek Henri Jayer Cros Parantoux. Kadar alkohol dari Wine tersebut adalah empat puluh satu persen. Cukup tinggi bagi Jimin, karena kadar alkohol dari minuman yang sebelumnya pernah ia minum paling tinggi adalah tiga puluh dua persen.

Meskipun begitu, Jimin tetap lanjut minum dan menikmatinya.

Menit demi menit berlalu, entah sudah berapa jam acaranya berlangsung. Jimin melihat sekitar, kolega-koleganya sangat mabuk. Mereka bersenang-senang di bawah kendali alkohol. Bahkan tanpa sadar, Jimin pun sudah mabuk.

Samar-samar dari kejauhan ia melihat kelompok remaja yang juga tengah asyik bercanda, menari, dan sebagainya. Tampaknya mereka juga sangat mabuk.

Jimin tersenyum kecil, mengingat bagaimana masa remajanya tidak sebebas itu. Setiap harinya di rumah, belajar tentang menjadi pemimpin yang hebat. Dirinya tidak begitu mengharapkan kebebasan, hidup sebagai pemimpin sudah mengalir di darah dagingnya.

Sekarang pandangan tentang masa remajanya hilang. Di sekumpulkan remaja itu, ada satu perempuan yang menarik perhatiannya. Apapun alasannya, senyum perempuan itu seakan menghipnotis Jimin untuk lebih mabuk lagi.

Alkohol sudah bermain kendali terhadap dirinya. Sekarang ada lagi hal yang membuatnya semakin hilang kendali. Jimin sadar hal ini salah. Ia sudah mempunyai tunangan, dan akan menikah dua bulan lagi.

Hati Jimin hanya untuk tunangannya, Rose.

Tapi sangat sulit memalingkan pandangan dari perempuan itu.

Bibirnya yang bersentuhan dengan gelas, meneguk Wine, lalu tertawa kembali menikmati pembicaraan teman-temannya. Rambutnya yang tergerai beraturan, memperlihatkan warna coklat pekat yang indah. Kedua mata yang membentuk lekukan menggemaskan ketika pipinya tertarik ke atas karena tersenyum.

Sungguh. Jimin rasa dirinya sudah gila. Ia menggelengkan kepala dan meneguk minumannya. Pikirannya tidak kembali jernih, yang ada hanya senyuman perempuan itu. Bagaimana bibirnya bergerak, matanya yang memancarkan kesegaran, rambutnya yang tergerai bebas.

Pikirannya sungguh acak. Kepalanya seperti akan pecah. Jimin memandang kembali perempuan itu dengan tatapan frustasi. Namun sedetik setelahnya, pikiran Jimin seakan tenang akan kehadirannya. Tatapannya berubah mernjadi lembut. Jimin menikmati setiap detik dari gerak-gerik perempuan itu. Seakan ia akan mati jika memalingkan pandangan satu detik saja.

"Ah.." Jimin mendesah kecewa ketika perempuan itu berjalan ke arah luar.

Pikiran-pikiran aneh mulai bermunculan. Jimin tidak tahan lagi hingga dirinya berdiri dan menyusul perempuan itu.

Langkah demi langkah ditempuhnya. Membawanya ke sebuah lorong. Jimin kehilangan jejak perempuan itu. Pikirannya semakin kacau, ia harus segera melihatnya lagi. Jimin frustasi, sekujur tubuhnya memanas.

Semua itu berhenti ketika seseorang keluar dari toilet. Perempuan itu keluar dari toilet. Perempuan yang tanpa alasan membuat Jimin seperti itu. Semuanya benar-benar tidak masuk akal.

Derap langkah Jimin membuat perempuan itu terkejut. Tampaknya ia juga sedang mabuk. Namun ia bingung melihat seorang pria yang mengikutinya sampai ke toilet. Ia menghampiri Jimin dan menatapnya terheran-heran.

"Annyeong! Naneun Kang Seulgi iliya~!" Seulgi tersenyum. Kebiasaan Seulgi adalah selalu memperkenalkan diri kepada orang asing, bahkan dalam keadaan mabuk seperti ini.

Jimin mendongak dan menatap Seulgi. Ia bersandar di dinding untuk memopong tubuhnya sendiri dan melontarkan kalimat tidak jelas. Itu efek terlalu mabuk.

"Apa aku mengenalmu.. wahai tweety?" Seulgi memiringkan kepalanya bertanya-tanya.

"Twee...ty?"

"Ah ahahahaha! Aku memanggilmu tweety karena kau tidak memperkenalkan diri~~! Dan bibirmu tebal seperti kartun tweety! Kau tahu kartun itu kan? Itu kartun favoritku! Tweety sangat menggemaskan~~!"

Jimin semakin bingung. Tidak disangka Seulgi menjadi lebih bawel saat mabuk. Namun tidak peduli akan hal itu, Jimin tidak bisa mengendalikan dirinya lagi. Ia mendekati Seulgi dan memegang bahunya.

"Kenapa.. kau membuatku gila?" Ucap Jimin tanpa sadar. Alkohol mengendalikannya secara keseluruhan sekarang.

Jimin yang tidak dapat berdiri dengan benar, terhuyung dan mendorong tubuh Seulgi ke dinding. Punggung Seulgi terhentak cukup keras. Tidak ada lagi jarak di antara mereka. Tubuh mereka saling berhimpit---Jimin menahan tubuh Seulgi di dinding.

Bibir mereka tanpa sengaja bersentuhan. Ujung hidung mereka saling bergesekan dan mata mereka menatap dalam-dalam satu sama lain.

Seulgi memalingkan wajah ke samping dan berteriak, "Tweety! Kau nakal!"

Napas Jimin berhembus tepat di leher Seulgi. Aroma tubunya membuat Jimin semakin tidak karuan. Tanpa tersadar ia menjadi terobsesi dengan perempuan asing ini. Sementara itu, Seulgi berusaha tetap pada kendalinya. Tapi efek alkohol sudah membuang jauh pikiran jernihnya.

"K-Kau.. hentikan..." Seulgi masih berusaha menghentikan semua ini.

Tidak ada respon.

"Hen...hentikan..." Pikiran Seulgi berangsur kacau. Ia tidak dapat melawannya lagi dan pasrah.

Sementara Jimin, ia mencoba memusatkan pikiran pada kendalinya tapi gagal. Tubuhnya menginginkan perempuan itu, seakan Jimin yang sekarang bergerak dengan sendirinya.

Tanpa tersadar telapak tangan Jimin meraih rahang wajah Seulgi, Jemarinya menyentuh bibir Seulgi dan menatapnya seperti satu hal yang membuat candu. Kali ini, Jimin kehilangan seluruh akal sehatnya. Bahkan ia tidak ingat bahwa semua ini salah. Ia seharusnya melakukan hal ini dengan calon istrinya nanti.

Rose? Ia tidak mengingatnya detik ini.

Dua bulan lagi? Apa yang akan terjadi dua bulan lagi? Ia pun melupakannya detik ini.

Wajahnya mendekat dan lebih mendekat sampai bibirnya bersentuhan dengan milik Seulgi. Rasa Sweet Wine mendominasi mulutnya.

"Manis..." Batin Jimin.

Kegilaan semakin bertambah seiring dengan detik-detik yang berlalu. Baik Jimin maupun Seulgi, tidak ada lagi yang mencoba untuk menghentikannya. Tidak ada lagi yang mencoba untuk tetap pada kendali masing-masing. Saat ini, yang mereka rasakan adalah hasrat yang kuat kepada satu sama lain.

"Ke mobilku..." Bisik Jimin dengan napas yang tersengal, lalu menarik Seulgi pergi bersamanya.



__

____

________

Did You Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang