CH - 31

622 96 7
                                    

________

____

__

Saat membuka mata, yang pertama kali Jimin sadari adalah dia sendirian. Tidak ada Seulgi di pelukannya seperti sebelum dia tidur. Mungkin Seulgi sedang di luar melakukan sesuatu, pikirnya.

Jimin pun meraba dahi. Ternyata kain kompresan masih menempel di dahinya. Dia pun meraih posisi duduk, membuat kainnya terjatuh ke depan. Sambil mengumpulkan nyawa, Jimin melihat-lihat sekitar. Mencoba membandingkan keadaan kamar, apakah ada yang berubah atau tidak. 

Baskom berisi air masih berada di meja rias. 

Ah. Meja rias. Dia merasa aneh kenapa ponselnya berada disana. Seingatnya dia menyimpan ponsel di kantung celana. Alasan paling masuk akal adalah Seulgi yang memindahkannya. Jimin pun belum berpikir yang macam-macam. Dia mengambil ponselnya untuk memeriksa apakah ada pesan-pesan penting berkenaan dengan pekerjaan.

Pesan paling atas berasal dari Vernon, yang bertanya tentang ketidakhadiran Jimin di kantor. Jimin sudah menebak itu akan terjadi karena dia juga tidak melapor apa-apa. Mana dia tahu akan sakit seperti ini? Dengan singkat padat jelas, dia membalas pesan Vernon untuk memberitahu bahwa dia tidak akan masuk hari ini.

Lalu pesan kedua berasal dari Choi. Hanya Choi yang memberitahu soal pembahasan mereka. Jimin pun membalas pesannya, bahwa dia akan datang kesana untuk mengambil obat. Pesan ketiga lah yang menarik perhatian Jimin. Chanyeol. Pria itu menelepon kontaknya, dan di log history tertulis bahwa mereka bertelepon selama tujuh menitan.

Telepon itu terjadi tiga jam yang lalu. Tapi tiga jam yang lalu dia masih tertidur. Lantas dengan siapa Chanyeol bicara? Siapa yang mengangkat teleponnya? Jimin tidak bodoh. Dia bisa langsung mengetahui siapa, namun dia berharap pikirannya salah. Karena itu dia mencoba untuk menelepon Chanyeol. 

Berdering, namun tidak ada tanda-tanda akan diangkat. Dan setelah itu mati karena tidak diangkat terlalu lama. 

Namun tidak lama kemudian, Chanyeol mengirim pesan. Pesan itu berisikan bahwa dia sedang jam kerja dan tidak bisa menerima telepon. Pantas saja. Namun pesan yang dikirim berikutnya, membuat Jimin melongo tidak percaya.

> Tapi kalau kau ingin bertanya tentang Nyonya Park, jawabannya iya. Dia sudah tahu. Aku sibuk, dah. <

Setelah membaca itu, Jimin kembali ke pesan Choi. Dia baru sadar bahwa tadi, pesan Choi sudah tertanda sebagai 'terbaca'. Jadi bukan hanya Seulgi tahu tentang keadaan Rose, yang pastinya diketahui dari Chanyeol. Dia juga tahu soal kebohongannya tentang mimpi. Karena Choi jelas-jelas membahas soal mimpi di pesannya. 

Jimin melempar ponselnya ke kasur, sembarang arah. Dia langsung beranjak dari kasur dan mencoba keluar. Walaupun kepalanya masih pusing sekali. Tapi masalahnya dengan Seulgi lebih penting sekarang. Dari apapun.

Keluar kamar, Jimin melihat Yejun yang berada di sofa. Yejun pun menoleh ke arahnya. "Dimana Seulgi Noona?" Itulah hal pertama yang langsung Jimin tanyakan.

"Noona ke kamar man-- oh itu dia." Yejun menatap ke arah kamar mandi.

Seulgi terlihat terkejut melihat Jimin berdiri disana. Namun detik selanjutnya dia terlihat biasa saja. "Kau sudah bangun. Minum obat demamnya." Seulgi mengambil segelas air dari dapur dan membawanya ke ruang tamu.

Televisi ruang tamu sedang nyala, berisi game. Jimin menebak kalau dari tadi Seulgi dan Yejun berdua bermain game. Karena Jimin hanya diam di tempat, Seulgi memanggilnya. "Kenapa hanya berdiri disana? Sini." Seulgi menyuruh Jimin duduk di karpet, sebelahnya.

Jimin pun berjalan ke arahnya dan melakukan apa yang Seulgi perintah. Dia duduk di samping Seulgi dan hanya menatapnya dengan heran. Seulgi sebenarnya sudah tahu apa belum sih? Dia seperti tidak tahu, tapi juga seperti sudah tahu di saat yang bersamaan. Seperti tahu, tapi berpura-pura. Sejak kapan Seulgi menjadi sulit dibaca?

Did You Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang