CH - 9

886 124 5
                                    

________

____

__



 "Aku benar-benar minta maaf." Seulgi meneteskan air matanya.

Membayangkan jika dirinya menjadi Rose, membuatnya tidak dapat menahan perih di hati. Rose harus batal menikah dengan pria yang paling dicintainya, karena kecelakaan tidak disengaja. Dan kecelakaan itu melibatkan Seulgi sendiri. Sekarang Seulgi tidak tahu harus bagaimana, tidak dapat membantu seperti yang selalu dia lakukan setiap ada orang kesusahan.

Bagaimana dia dapat membantu?

Toh sekarang dia mengandung anak dari pria yang sangat dicintai Rose. Dia juga butuh tanggung jawab dari pria itu. Bahkan sekali pun dia tidak hamil, tidak akan menjamin Rose dan Jimin bisa memiliki kehidupan pernikahan yang bahagia. 

"Seulgi-ssi, jangan menangis." Rose tersenyum, meskipun dia juga ingin menangis.

Rose duduk di kursi samping ranjang, lalu merangkup kedua tangan Seulgi. "Bohong kalau aku baik-baik saja melihatmu. Tapi aku sadar, kau juga korban. Maaf." 

Kalimat Rose membuat Seulgi bingung. "Maaf? Maaf untuk apa? Bukankah aku yang seharusnya bilang begitu?" Seulgi menatap Rose dengan air mata yang masih berlinang.

"Seulgi-ssi, aku meminta maaf karena pertama kali aku mengetahui kau hamil anak Jimin, aku mengutukmu di dalam hati. Aku mengataimu seakan kau adalah perempuan yang sangat buruk. Namun kemarin eomma Jimin telah menjelaskan semuanya, dan ternyata kau juga korban." Jelas Rose. 

Seulgi hanya terdiam. "Bukankah aku memang pantas dikatai seperti itu? Aku gagal mengendalikan diri sendiri juga malam itu." Batin Seulgi.

"Jangan meminta maaf. Aku juga pasti akan melakukan hal yang sama jika berada di posisimu. Tapi aku akan lebih mengutuk Jimin!"  Seulgi memukul selimutnya.

Rose tertawa melihatnya. Baru kali ini dia melihat seseorang kesal kepada Jimin. Seorang Jimin yang selalu dihormati, di mana pun tempat yang dipijaknya.

"Seulgi-ssi."

Seulgi menoleh.

"Jujur aku iri padamu." Raut wajah Rose berubah murung.

"Kau sekarang mengandung seorang anak, yang mungkin tidak akan terjadi kepada ku."

Perasaan Seulgi bagaikan kapas, sangat lembut dan mudah terbawa emosi orang lain. Maka itu dia menangis lagi ketika mendengar pernyataan Rose. Seharusnya di saat seperti ini, Jimin menghibur Rose dan menyemangatinya. Tapi hal itu tidak akan bisa terjadi.

"Seulgi-ssi, aku tidak bermaksud membuatmu menangis... Aku hanya ingin menceritakannya pada seseorang, dan aku pikir orang yang paling tepat adalah kau. Terima kasih, kau sangat bersimpati kepada ku sampai menangis terus menerus." Rose meraih wajah Seulgi dan menghapus air matanya. Wajah Seulgi mulai terlihat bengkak karena dari tadi menangis.

 "Ro-ssi, apa yang harus aku lakukan, aku tidak mau seperti ini." Tangis Seulgi semakin menjadi.

Melihat itu, pertahanan Rose menahan tangis akhirnya hancur. Mereka berdua saling menatap sambil bercucuran air mata. Saling memahami perasaan satu sama lain yang sulit dipahami sembarang orang. Tak ada satu pun dari mereka yang menyangka bahwa hari ini akan terjadi. 

Well, life is pretty unexpected.

Hal yang tidak disangka selalu datang saat kita tidak menyangkanya, bukan?



________

____

__



Jimin berjalan sambil menghapus air matanya. Sialnya saat ini yang dia pikirkan hanya Rose. Jimin sangat membenci bayangan tentang Rose yang bersedih. Wajah polosnya yang menangis dan dia tidak dapat melakukan apa-apa. Lebih parahnya, yang membuat Rose seperti itu adalah dirinya sendiri. Wajar saja kalau dia dapat melawan siapa pun yang membuat Rose menangis. Tapi kali ini, bagaimana caranya dia dapat melawan diri sendiri?

Did You Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang