________
____
__
Kamis, 8 Juli 2023
Rasa sakit yang menyengat kepala Seulgi membuatnya sulit membuka mata. Namun hal itu tidak mencegah Seulgi untuk tetap membuka matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah kursi supir dan kursi penumpang yang kosong.
"Mobil...?"
Seulgi mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi dengannya. Acara kelulusan di bar, Jungkook meneguk Wine seperti air mineral, dirinya meneguk beberapa gelas Wine, obrolan seru bersama teman-temannya hingga pergi ke toilet karena kantung kemihnya terasa penuh.
Setelah itu... pria asing yang mengikutinya.
Kedua mata Seulgi melebar, menyorot latar yang sekarang ia tempati secara keseluruhan. Jantungnya berdeup sangat kencang ketika mendapati pria asing tadi malam ada di sampingnya, memakai kemeja dengan kancing yang terbuka serta celana panjang yang tidak terpakai dengan benar.
Setelah itu, matanya menyorot diri sendiri. Dress putih yang ia kenakan terdapat sobekan besar di bagian dada dan lengan.
Seulgi menahan tangisnya, mencoba untuk tenang dan mengolah kembali ingatannya tentang tadi malam. Semakin jelas ingatannya, semakin banyak air yang membendung di kelopak matanya.
"Hiks...." Sebuah isakan lolos dari bibir kecil Seulgi. Semua ini sangat gila. Apakah sekarang ia sedang bermimpi?
Isakan tangis yang ia keluarkan perlahan berubah menjadi tangisan yang tak dapat dibendung. Tenggorokannya terasa sesak, seakan berteriak pun masih belum cukup untuk meluapkan kegelisahannya.
Tangisan Seulgi perlahan membuat pria di sebelahnya membuka mata. Pria yang tidak lain lagi adalah Jimin. Jimin terlihat sama seperti Seulgi saat pertama kali bangun. Tidak tahu apa yang terjadi, masih mencoba mencerna pikirannya.
Bisa terlihat dari sorot mata Jimin, ia sangat terkejut melihat Seulgi ada di sebelahnya. Lebih tepatnya di dalam mobil pribadinya, dengan kondisi busana yang tidak layak. Jimin lebih terkejut lagi ketika melihat kondisi busananya sendiri.
Sorot matanya seakan bertanya-tanya tentang apa yang terjadi. Jimin diam sejenak, tatapan matanya kosong, seperti sedang mengingat sesuatu. Beberapa detik kemudian, ia menatap Seulgi dengan tatapan yang sangat panik.
"Kau... A.. aku..." Jimin menggantungkan kalimat yang ia ucapkan dengan gemetar.
Seulgi menangis semakin kencang. Sangat berharap bahwa semua ini adalah mimpi buruknya. mimpi buruk yang sangat nyata. Namun sayang sekali, kejadian kali ini adalah realita yang pahit.
Apa yang akan mereka bilang pada keluarga masing-masing?
Bagaimana denga Jimin yang dua bulan lagi akan menikah? Ataupun Seulgi yang ingin melanjutkan pendidikan ke Kanada? Semuanya hancur hanya karena malam yang harusnya penuh kegembiraan.
Jimin menastap Seulgi yang masih menangis sesenggukan. Rasanya Seulgi tidak akan berhenti menangis dalam jangka waktu yang pendek. Bahkan untuk berbicara sepatah kata pun, rasanya tenggorokan terlalu perih untuk melakukan hal itu. Jujur, Jimin tidak tahu harus melakukan apa lagi. Seakan hidupnya yang masih panjang seketika menjadi buntu dihalang dinding tebal yang tinggi.
Namun mengingat bahwa semua ini kesalahannya, ia mencoba untuk menenangkan Seulgi. Meskipun ia tahu bahwa kecil kemungkinan akan berhasil, setidaknya ia mencoba untuk bertanggung jawab.
"Jangan menangis.." Kata Jimin dengan suara serak yang lembut.
Seulgi tetap menangis. Telinganya seakan menjadi tuli sehingga kalimat Jimin tidak dapat terdengar. Apa yang akan Seulgi jelaskan kepada keluarganya? Ataupun kedua sahabatnya? Harusnya Seulgi mendengar Wendy untuk tidak datang ke acara itu. Seharusnya sekarang Seulgi bangun di PC Room milik Jungkook karena begadang bermain game. Kalau saja Seulgi mengikuti firasat buruk Wendy, semua ini tidak akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Did You Know?
FanfictionJimin dan Seulgi bukanlah teman, kolega, atau apapun itu. Mereka tidak terikat hubungan apapun, hanya sebatas orang asing yang bertemu di bar pada malam yang sama. Malam itu, kecelakaan yang tidak diinginkan terjadi disebabkan oleh rasa mabuk yang t...