CH - 6

1K 131 7
                                    

________

____

__


"Wendy! Jungkook!" Wajah Seulgi terlihat lebih cerah saat kedua sahabatnya memasuki ruangan.

Wendy dan Jungkook langsung berjalan ke arah Seulgi, tanpa memperdulikan Jimin yang juga ada disana.

"Seulgi-ah!!!!! Apa yang terjadi???" Wendy sangat panik. Itu sudah jelas akan terjadi. Secara, Wendy lah yang mempunyai perasaan buruk tentang acara perpisahan itu.

Seulgi kembali diam. Wajahnya kembali murung. Meskipun dia sudah menguatkan diri sendiri, mengingat apa yang sudah terjadi seakan menjadi trauma besar untuk Seulgi.

"Seulgi?" Suara lembut Wendy menyadarkan Seulgi dari lamunannya.

Hanya butuh beberapa detik sampai air mata Seulgi kembali keluar. Entah ke berapa kalinya dia menangis hari ini. Bahkan dia sendiri tidak tahu, apakah dia sanggup menceritakan semuanya tanpa menangis?

Wendy mengusap bahu Seulgi. Seulgi bukanlah orang yang mudah menangis. Dari sana Wendy dapat mengetahui bahwa masalah yang dialaminya bukan masalah sepele.

"Aku yang akan menceritakannya." Jimin membuka suara.

Keheningan seketika menguasai ruangan. Wendy dan Jungkook menatap Jimin seakan baru menyadari kehadirannya. Entah seberapa hebat otak manusia. Tapi saat melihat Jimin, mereka berdua sepertinya tahu apa yang telah terjadi, dan berharap apa yang mereka pikirkan adalah salah.

Jimin kembali menatap mereka, lalu melangkahkan kaki meninggalkan ruangan.

"Kau istirahatlah. Kita akan segera kembali." Jungkook menatap Seulgi. Dia mendekati sahabatnya itu lalu menghapus air matanya.

"Kau mirip ubi kalau menangis. Karena itu berhentilah."

"Yak!!!!" Seulgi spontan menghentikan tangisnya dan tertawa. Wendy yang serius pun jadi ikut ketawa. Jungkook memang bisa diandalkan dalam hal seperti ini.

"Kami keluar dulu, oke?"

"Baiklah." Seulgi tersenyum. Setidaknya perasaannya lebih membaik sekarang.

Wendy dan Jungkook keluar dari ruangan untuk berbicara dengan Jimin.

Sementara Seulgi hanya menebak-nebak reaksi mereka ketika tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Apakah mereka akan terus mendukung Seulgi, atau justru merasa jijik dengan dirinya.

Seulgi hanya bisa pasrah.

Karena tidak ada pilihan yang disediakan untuknya saat ini.



________

____

__



Di satu sisi ada mereka yang tidak tahu harus berbuat apa. Tapi di sisi lain, ada orang tua yang tidak tahu apapun, yaitu orang tua Jimin. Mereka hanya antusias tentang pernikahan Jimin dan Rose yang diadakan dua bulan lagi. Lusa ibu Rose juga akan datang ke Seoul untuk mengatur pernikahan tersebut. 

"Apa mereka sudah menentukan gaun dan sebagainya?" Tanya Sojun, ayah Jimin.

"Entah, kurasa belum." Jawab Yui yang sedang menyiram pot kecilnya.

"Berilah mereka waktu, sayang." Yui menoleh ke Sojun dan tersenyum.

Sojun mendekati istrinya yang berdiri di balkon kamar.

"Apa hanya perasaanku saja?" Tiba-tiba Sojun bertanya.

"Maksudnya?"

"Hmm... aku juga tidak mengerti. Perasaanku tidak enak."

Yui menaruh teko kecilnya di meja dan menghadap Sojun.

"Mungkin kau hanya terlalu lelah. Perasaan buruk itu bisa datang kapan saja, jangan khawatir hm?" Yui tersenyum. Dia tahu hal itu bisa menenangkan suaminya.

Sojun mengangguk. Meskipun perasaan buruknya tidak hilang secara keseluruhan, tapi setidaknya sudah berkurang. Bagi Sojun, senyuman Yui adalah penicillin-nya.

Di tengah suasana yang tenang, ponsel Yui berdering. Dia langsung beranjak dari balkon menuju meja rias, tempat dimana ponselnya diletakkan. Telepon itu dari Rose. Tanpa berpikir panjang, Yui langsung mengangkat teleponnya.

"Yeoboseyo?" Yui terlihat serius mendengar suara dari seberang telepon.

"Rose-ssi? Ada apa?" Raut wajah Yui terlihat khawatir.

Bagaimana tidak? Rose hanya sesenggukan di seberang telepon. Yui tidak tahu jelas tujuan mengapa Rose menelepon sambil menangis.

Namun tiba-tiba raut wajah Yui berubah. Dia menjadi sangat bingung. Beberapa detik setelahnya, Yui menjauhkan ponsel dari telinga dan kembali meletakkannya di meja.

"Apa yang terjadi?" Sojun menghampiri Yui.

"Rose... dia tiba-tiba membatalkan pernikahan..."

Sekarang Sojun mengerti alasan di balik raut wajah Yui. Tidak mungkin Rose membatalkan pernikahan. Dia tahu bahwa Rose dan putranya, Jimin, adalah pasangan yang tidak terpisahkan. Mereka sangat mencintai satu sama lain.

"Aku sudah bilang perasaanku tidak enak... Dan itu terbukti sekarang."

"Sojun... Apa kau tidak merasa ada yang aneh? Tidak mungkin Rose membatalkan pernikahan begitu saja. Pasti ada hal besar yang terjadi."

"Aku tahu, Yui. Kita harus menanyakannya sendiri kepada Jimin."

Yui termakan dalam lamunannya. Dia mulai menebak-nebak alasan di balik semuanya. Mungkinkah mereka melakukan prank? Hal semacam itu sedang populer saat ini.

"Jangan terlalu khawatir, sayang. Aku yakin pasti ada alasan yang jelas." Kali ini Sojun yang mencoba menenangkan Yui.

Yui tersenyum dan mengangguk.

Ya.

Pasti ada alasan yang jelas, kenapa dua orang yang sangat menempel tiba-tiba putus hubungan.

Pasti ada hal yang menghalang di antara dua orang itu.

Entah sebuah masalah, atau seseorang.



__

____

________

Did You Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang