________
____
__
"Kau yakin dengan keputusanmu?"
Rose mengangguk.
"Chan... apakah aku mudah dilupakan?" Rose bertanya dengan pandangan kosong menatap keluar jendela.
Tatapan Chanyeol langsung menegas. "Jangan pernah lagi berpikir seperti itu. Kau adalah perempuan yang hebat. Sangat hebat. Mungkin kau tidak akan pernah menyadarinya."
"Apa perempuan itu... lebih pantas dariku..?"
Chanyeol membalikkan tubuh Rose yang awalnya menghadap jendela, kini menghadapnya. Dia tidak tahan perempuan itu merendahkan dirinya sendiri.
Chanyeol tidak mengatakan apa-apa. Hanya menatap wanita itu, memastikan bahwa hanya wanita di hadapannya yang bisa membuatnya menjadi seperti ini.
Rose menatap balik dengan kelopak mata yang sayu. Masih tidak mengerti arti di balik tatapan Chanyeol. Dan mungkin tidak akan pernah bisa dimengerti, karena Chanyeol tidak seberani itu untuk menjelaskan arti tatapannya.
"Rose."
"Mhm?"
"Berjanjilah untuk tidak merendahkan diri lagi." Chanyeol menatap Rose dengan sangat lembut.
Rose masih menatap bingung kedua pasang mata di hadapannya.
"Kenapa?"
"Apa kau serius masih bertanya? Merendahkan diri adalah hal yang tidak baik."
Rose kembali menunduk. Dia bahkan tidak tahu apakah itu adalah fakta yang harus dipermasalahkan? Saat ini, yang bisa dia lakukan hanya merendahkan dirinya. Bagaimana pria yang dia pikir mencintai dirinya dengan sangat amat, malah selingkuh dengan wanita lain?
"Rose." Chanyeol memanggil lagi, menyadarkannya dari lamunan.
"Di situasi ini, bukan dirimu yang pantas disalahkan. Semua ini bukan soal kekurangan yang ada dalam dirimu, tapi soal Jimin yang tidak tahu diri."
Mendengar nama Jimin, jantung Rose langsung berdegup kencang. Irama detaknya seakan tidak membiarkan Rose bernapas sedetik saja. Ditambah dirinya mulai terisak, karena tidak dapat menahan tangisnya lagi.
Chanyeol yang berada di hadapannya, langsung memeluk tubuh Rose. Berharap dia dapat menjadi perban yang mengobati seluruh luka wanita itu. Tapi dia sendiri tahu, hal itu tidak mungkin. Karena sesungguhnya, yang dapat menjadi perban untuk luka Rose, adalah yang telah melukainya, yaitu Jimin sendiri.
Tapi sekarang, apakah mungkin?
Apakah mungkin untuk Rose menemui Jimin seperti biasa?
Apakah mungkin Jimin dapat menenangkan Rose seperti dulu setiap mereka bertengkar?
Rasanya sudah tidak mungkin.
Rasanya Rose hanya akan hancur dalam lukanya, sendirian.
Layaknya kelopak bunga mawar yang hancur dan jatuh berhamburan.
________
____
__
KAMU SEDANG MEMBACA
Did You Know?
FanfictionJimin dan Seulgi bukanlah teman, kolega, atau apapun itu. Mereka tidak terikat hubungan apapun, hanya sebatas orang asing yang bertemu di bar pada malam yang sama. Malam itu, kecelakaan yang tidak diinginkan terjadi disebabkan oleh rasa mabuk yang t...