________
____
__
Kabar yang sangat baik, Seulgi sudah mulai bicara kepada yang lain. Itu semua berkat Yejun. Sisa satu hari lagi dan Seulgi sudah boleh pulang. Namun raut wajahnya tidak sebahagia pasien yang sudah pulih. Dia tidak mau pulang. Tidak akan pernah mau, kalau kembali ke rumah Jimin.
Seulgi menatap ibunya yang sedang membereskan segala perabotan Seulgi disana. Hyera yang yang ditatap pun sadar akan hal itu. "Kenapa? Jawabanku tidak akan berubah, Seulgi-ah. Setidaknya coba bicara dengan satu sama lain dulu."
"Eomma. Kau tega melihatku menderita bersamanya?" Seulgi tidak habis pikir. Dia sudah membujuk Hyera untuk membiarkannya pulang ke rumah. Karena dia tidak ingin ikut dengan Jimin. Tapi Hyera tidak setuju.
Hyera menghela napas. "Bukannya eomma tega. Tetapi berlari dari masalah itu bukan jalan keluarnya, Seulgi ah. Eomma selalu mengajarkan ini padamu."
"Tapi eomma, aku tidak bahagia bersamanya."
"Tapi aku yakin kau mencintainya kan?" Hyera tersenyum. Dan Seulgi hanya diam, tidak dapat membantah kalimat itu. Lalu detik berikutnya dia kembali menyadarkan diri. Bukan ini yang ingin dia bahas.
"Mencintai bukan berarti bisa bersama. Dia bahkan tidak mencintaiku. Semua kalimatnya omong kosong." Raut wajah Seulgi benar-benar marah. Mengingat sudah betapa sabarnya dia menghadapi Jimin selama ini. Namun yang Jimin lakukan hanya menyakitinya.
"Dari mana kau tahu bahwa Jimin tidak mencintaimu?" Hyera menghentikan aktivitasnya dan mendekat ke kasur Seulgi.
"Karena dia masih mencintai mantan tunangannya." Sakit, namun Seulgi memang harus mengatakannya. Itulah kebenarannya.
Hyera pun menggenggam kedua tangan Seulgi dan menatapnya. "Eomma minta satu hal kepadamu. Beri dia satu kesempatan lagi. Pulang bersamanya. Jika dia tetap menyakitimu, kau boleh pulang."
Seulgi sangat tidak mengerti dengan jalan pikir ibunya. Bukankah anaknya juga telah gugur? Lantas untuk apa mempertahankan pernikahan? Bukankah dia bebas memutuskan apa saja sesuai kehendaknya?
"Tidak. Aku tidak mau." Seulgi tetap menolak. Membuat Hyera menghela napas lagi.
"Eomma ke cafeteria dulu untuk beli roti." Hyera melepas genggamannya terhadap tangan Seulgi. Sedangkan Seulgi hanya menatapnya.
Hyera pun melangkah ke pintu, lalu menoleh kembali ke arah Seulgi. "Pikirkan dulu baik-baik." Dan dia pun keluar dari ruangan. Meninggalkan Seulgi seorang diri.
Apa lagi yang harus dipikirkan? Keputusannya sudah bulat. Selama Seulgi di ruangan ini, menatap jendela, dia bukan hanya sekedar diam. Dia memikirkan tindakan apa yang harus dia ambil ke depannya. Dan dia menemukan sebuah jalan yang tepat.
Dia ingin cerai. Dengan begitu mereka bisa hidup masing-masing lagi. Seperti tidak pernah bertemu. Seperti awal, Seulgi yang ingin studi ke Canada dan Jimin yang bisa kembali bersama Rose. Sama-sama menguntungkan, bukan?
Itu sebuah rencana yang sangat sempurna. Hal membuat Seulgi harus menikah dengan Jimin, adalah anak dalam kandungannya. Namun sekarang anak itu sudah tidak ada. Sudah lenyap bahkan sebelum dia dapat melihat dunia.
Jadi, tidak ada alasan untuk mempertahankan pernikahan ini. Kalau mereka cerai, keduanya bisa fokus dengan apa yang mereka inginkan. Seulgi ingin studi dan Jimin ingin Rose. Sungguh sederhana kan? Seulgi hanya tidak mengerti kenapa ibunya sungguh bersikeras membela Jimin. Apakah Jimin menyogoknya? Namun dengan apa? Uang sangat lah tidak mungkin karena Hyera bukan tipe orang yang bisa disogok dengan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Did You Know?
FanfictionJimin dan Seulgi bukanlah teman, kolega, atau apapun itu. Mereka tidak terikat hubungan apapun, hanya sebatas orang asing yang bertemu di bar pada malam yang sama. Malam itu, kecelakaan yang tidak diinginkan terjadi disebabkan oleh rasa mabuk yang t...