CH - 17

1K 123 7
                                    

________

____

__



Seulgi keluar dari kamar sambil mengeringkan rambut dengan handuk. Dia berjalan perlahan ke ruang tamu dan mencari-cari keberadaan Jimin. Seulgi ingin menagih baju Jimin yang terkena muntahan. Tadi di awal Seulgi sudah menagihnya, tapi Jimin menyuruh Seulgi mandi terlebih dahulu.

Mendengar suara air, Seulgi menengok ke luar dari ambang pintu. Dia mendapati Jimin yang sedang mencuci mobil. Ada lagi. Tanpa memakai baju.

"AAAH!" Seulgi sontak membalikkan badan.

Jimin langsung melempar pandangannya ke arah Seulgi. Dia sama sekali tidak tahu kalau Seulgi ada disana. Dengan wajah yang terheran-heran, Jimin mematikan keran air. Dia menghampiri Seulgi yang berada tidak jauh darinya.

"Seulgi?" Jimin memanggil, membuat Seulgi menoleh.

Namun sedetik kemudian membuang pandangan lagi. "Jimin! Kenapa kau tidak memakai baju?!" Tanya Seulgi dengan pandangan ke pintu, membelakangi Jimin.

"Uh... karena bajuku kotor? Kalau aku pakai nanti mobilnya tetap kotor." Jimin menaikkan sebelah alisnya bingung.

Kenapa juga Seulgi tidak ingin melihatnya? Namun beberapa detik kemudian, Jimin tersenyum kecil ketika menyadari sesuatu.

"Oh... apa kau malu melihat aku tidak pakai baju?" Jimin berusaha berjalan ke hadapan Seulgi. Tapi Seulgi terus berputar, menghindari Jimin yang berusaha menampakkan diri di depannya.

Karena terus menghindar, Jimin memegang tangan Seulgi dan memutarnya agar berhadapan. Tidak dapat menghindar, akhirnya Seulgi malah menutup matanya. Dia sangat gugup karena tidak pernah melihat hal seperti itu selama ini. Kalau kejadian malam itu, masih didasari dengan rasa mabuk sehingga dia tidak begitu sadar. Tapi kali ini kesadarannya penuh.

Jimin terkekeh melihat sikap Seulgi. 

"Untuk apa malu? Aku sekarang suamimu, Seulgi-ah." Ucap Jimin dengan santai.

Padahal kalimat yang dia lontarkan dengan santai itu, sudah membuat Seulgi seperti ingin terbang rasanya. Kalimatnya sedikit geli untuk didengar, tapi juga membuat berjuta kupu-kupu seperti berterbangan di dalam diri Seulgi. Ini hal yang baru untuknya. Dia tidak pernah mengalami perasaan ini.

'Aku tahu itu, tapi tetap saja gugup. Aish pria keparat.' Keluh Seulgi dalam hati.

Jimin memiringkan kepala. Masih menunggu Seulgi untuk membuka mata. Dia merasa perempuan di hadapannya terlalu polos untuk perempuan berusia dua puluh satu tahun. Bahkan zaman sekarang, remaja usia belasan tahun saja sudah pernah melihat perut roti sobek idolanya bukan? 

"Bukalah matamu, Seulgi." Jimin tertawa. Terdengar suara seperti cegukan di setiap akhir tawanya. Itu tawa khas Jimin.

Seulgi meyakinkan diri, lalu perlahan membuka mata. Dia langsung menatap mata Jimin yang berada dekat di hadapannya.

"Lihat. Tidak apa-apa kan?" Jimin tersenyum.

"J-Jimin! Aku ingatkan kau untuk berhenti! Kau itu selalu saja menggodaku..." Seulgi melepaskan tangannya dari Jimin dan sedikit menjauh, karena jarak mereka terlalu dekat. Jimin hanya menatap dengan bingung.

"Mana bajumu? Akan aku cuci." Seulgi mengulurkan tangan.

Jimin menunjuk lantai teras. Ternyata bajunya dilempar begitu saja ke sana. Baju mahal yang harganya bisa membuat dompet Seulgi kempes. Jimin bisa sesantai itu menaruhnya ke lantai teras rumah. Seulgi hanya menghela napas melihat itu, meratapi dirinya yang tidak pernah merasakan kekayaan melimpah. Dia berjalan ke arah baju dan mengambilnya.

Did You Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang