CH - 46

843 102 8
                                    

________

____

__

Satu minggu. Itulah yang Hyera katakan kepada Seulgi. Jika dalam satu minggu Seulgi masih tidak ingin bersama Jimin, Hyera akan menjemputnya pulang. 

Kembali ke rumah itu lagi, Seulgi seperti mempunyai ketakutan tersendiri. Bayangan-bayangan saat Jimin membentaknya, terus terlintas dalam angan-angan. Sejujurnya sekarang pun dia sudah ingin pulang. Mentalnya seperti sudah tidak tahan berada di dekat Jimin. Jimin is such a toxic person for her.

Namun baiklah. Dia akan mendengar ibunya kali ini. Dan membuktikan mana yang sekarang lebih besar. Rasa cintanya terhadap Jimin, atau rasa bencinya.

'Harusnya aku menerima Yejun ikut kesini...' Seulgi menyesali keputusan untuk membiarkan Yejun menentap di rumah Jungkook. Tapi ini semua dia lakukan karena dia sudah berpikir jauh. Jika nanti Jimin membuatnya sangat muak, dia akan pergi dari sana tanpa menunggu satu minggu selesai. Dengan tanpa Yejun, dia bisa kabur lebih mudah. Lagipula Yejun juga masih trauma dengan jalan raya. Akan sulit untuk diajak kabur.

Sekarang Jimin mendorong kursi rodanya ke arah sofa. Ingat? Biar pun sudah boleh pulang, namun Seulgi masih harus ditunjang dengan kursi roda. Wajahnya langsung berubah ketika melihat ruang tamu yang dipenuhi dengan foto dirinya. "Darimana kau mendapat semua ini?" Tanya Seulgi sangat kebingungan. Bukankah foto dari pemotretannya tidak bisa diambil begitu saja? Dia membaca aturan itu di kontrak.

"Aku membelinya." Jawab Jimin sambil tersenyum. Seulgi lalu kembali melihat-lihat semua gambarnya di bingkai. Jimin benar-benar membeli semuanya. 

Semua orang harusnya senang bila diperlakukan seperti itu. Namun Seulgi tidak. Lebih tepatnya tidak bisa lagi. Dia masih bersama perutnya yang buncit saat pemotretan itu. Sekarang sudah tidak. Sudah hilang.

Selain itu, Seulgi merasa Jimin terlalu berlebihan sampai memasang foto pemotretannya di seluruh sudut rumah. Ya, Seulgi juga melihat satu di dapur. 

"Aku ingin mandi." Seulgi sudah tidak ingin menatap foto-foto itu lagi dan menggerakan kursi rodanya ke kamar untuk mengambil pakaian. Dia sepertinya akan mengurung diri di kamar selama seminggu ini, karena benar-benar tidak mood untuk keluar. Melihat foto-fotonya yang menyedihkan sekarang.

Namun menyadari suara langkah kaki di belakangnya, dia menoleh. "Kenapa kau juga kesini?" 

Jimin yang ditanya hanya terheran-heran. "Maksudmu?"

Saat itu juga Seulgi baru teringat lagi. Mereka kan memang tidur berdua. Malah dia yang di awal mengajak Jimin untuk tidur bersamanya saja, karena Jimin tidak bisa tidur jika tidak memeluk seseorang. Sepertinya beberapa bagian di otaknya menjadi rusak sampai pikun begini.

"Tidak jadi. Aku mandi dulu." Seulgi buru-buru mengambil pakaiannya. "Tidak ingin aku bantu dorong?" Jimin menawarkan. Dan Seulgi langsung menggeleng keras. Dia menaruh pakaian dan handuknya di pangkuan, lalu menggerakan rodanya keluar kamar. Dia merasa satu-satunya tempat dimana dia bisa sendirian sekarang hanyalah di kamar mandi.

________

____

__

Baru saja ingin melepas pakaian untuk mandi, ponsel Seulgi berbunyi. 'Ah.. aku lupa menaruh ponselku.'

Dia mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan melihat nama kontak si penelepon. Nama di kontak membuat dirinya tersenyum. Tanpa menunggu panjang, dia langsung mengangkatnya. "Wendy-ah."

"O? Akhirnya kau mengangkat. Apa kau sudah sampai rumah?"

"Bukan rumah. Tapi tempat tinggal Jimin." Seulgi tidak menganggap rumah Jimin sebagai rumahnya lagi. Tempat yang dipijaknya saat ini semakin lama terasa semakin asing. 

Did You Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang